webnovel

Kekalahan Tim

Jessica menyiapkan semua perlengkapannya karena hari ini pertandingan Voli akan di mulai. Dia memasukan semua peralatannya ke dalam tas, Jessica tidak diantar oleh Andrew karena pria itu harus sekolah.

Gadis itu mendapatkan ijin dari sekolah untuk mengikuti pertandingan voli. Jessica mengambil tasnya lalu turun ke lobby dan memesan taksi online.

Tidak berselang lama taksi yang dipesan datang, Jessica naik dan pergi menuju ke Gedung pertandingan.

Sesampai di gedung Jessica membayar taksi kemudian turun dan langsung masuk ke dalam. Jessica tidak melihat Tini, dia mengeluarkan ponsel dari dalam tas lalu menelpon Temannya.

Ternyata Tini sudah berada di ruang ganti, Jessica menuju kesana kemudian masuk, ternyata mereka semua sudah didalam. Dia menyapa mereka lalu meletakan tas di kursi.

"Hi, sorry terlambat," ucap Jessica seraya mengeluarkan pakaian volinya lalu menghampiri Tini.

"Tin, hari ini kita berhadapan dengan Bank apa?" tanya Jessica seraya mengatur pakaian voli di tempat duduk.

"Bank MD, Jess," jawab Tini sambil memakai pengaman di lututnya.

"Ohh ...." gumam Jessica. Dia mengganti pakaian kemudian memakaikan pengaman di lututnya juga sepatu. Tidak lama kemudian coach datang.

"Kalian sudah siap?" tanya coach sambil memperhatikan satu persatu timnya apakah semua sudah hadir.

"Sudah, Coach," jawab mereka serempak.

"Kalau begitu ayo keluar." Mereka pun berjalan ke arah lapangan, Jessica melihat tim lawan juga sudah siap, lalu coach memberi mereka briefing.

Babak pertama Jessica belum di masukan. Pertandingan dimulai, Jessica duduk di bangku pemain cadangan lalu coach menghampiri gadis itu.

"Jess, aku sengaja tidak memasukanmu karena aku ingin kamu memperhatikan tim lawan, kamu perhatikan kelemahan mereka, cara mereka bermain. Ok." Walaupun Jessica kecewa dia menganggukan kepala saat pelatih berkata begitu.

"Baik, Coach," sahut Jessica sambil memperhatikan timnya bermain.

Coach kembali berdiri di sisi lapangan memperhatikan tim mereka bermain, tim sudah tertinggal point. Jessica memperhatikan mereka bermain, dia berdiri dan menghampiri coach.

"Coach, aku masuk," mohon Jessica. Dia tidak ingin timnya mengalami kekalahan.

"Babak kedua kamu, Jess." Jessica kembali duduk, dia merasa kesel. Dia ingin segera bermain , tapi tidak diijinkan oleh coach. Babak pertama selesai dan tim mereka kalah.

Babak kedua dimulai coach memasukan Jessica, gadis itu langsung berlari ke depan net. Service di mulai, bola di terima oleh Etha, Etha passing bola kepada Tini lalu Tini mengumpan bola kepada Jessica. Dengan cepat Jessica langsung melompat dan melakukan smash tapi bola masih bisa di terima oleh pihak lawan.

Pihak lawan melakukan smash tapi di block oleh Tini dan Angel, bola jatuh ke tangan Jessica lalu Jessica langsung mengumpan kepada Etha tapi langsung di sambar oleh Tini, bola jatuh di garis. Tapi wasit menyatakan masuk.

Service over. Tini melakukan Service, sudah di lakukan. Lawan menerima bola dengan baik, mereka melakukan smash tapi bisa di block oleh Jessica dan Fanya, bola di terima oleh Tini. Lalu Tini mengumpan bola kepada Jessica dengan Cepat Jessica melompat dan melakukan pukulan smash, bola jatuh tepat di tengah area lawan.

Tini kembali melakukan service, bola di terima lawan lalu mereka melakukan smash tapi di block oleh Fanya dan Angel. Saling smash terjadi sehingga membuat penonton menjadi tegang.

Riuh penonton memberikan semangat kepada tim yang mereka dukung terdengar di gedung, babak kedua dan ketiga tim Jessica menang, lalu mereka pulang.

Tiba di apartemen Jessica langsung mandi dan merebahkan diri di tempat tidur, rasa lelah membuat Jessica tertidur.

Carlos pulang dari kantor, dia membuka pintu dan masuk. Tas kerjanya diletakkan di sofa kemudian berjalan ke dapur. Carlos mengambil air minum lalu duduk di meja makan.

'Hari ini sungguh melelahkan, pekerjaan di kantor menumpuk dan empat hari lagi aku harus ke America,' gumam Carlos. 'Sudah dua tahun tidak pernah pulang, aku rindu dengan orang tuaku. Aku akan meninggalkan Jessica sendiri disini selama sebulan.'

Carlos menarik napas panjang dan memikirkan Jessica. 'Apakah bisa dia sendiri di apartemen, sedangkan Jessica penakut.' Carlos menjadi bingung dia tidak tega meninggalkan gadis itu sendiri.

Carlos menutup wajahnya dengan kedua tangan, tiba-tiba ada yang menyentuh punggungnya. Dia menoleh ke samping ternyata Jessica

"Hi," sapa Carlos seraya berusaha tersenyum. "Kamu sudah makan?" tanya Carlos menatap Jessica yang sedang berjalan mengambil gelas.

"Iya, aku sudah makan," jawab Jessica sambil mengambil air minum. "Kamu sudah makan?" tanya Jessica sambil memperhatikan wajah Carlos yang terlihat kusut.

"Sudah," jawab Carlos. "Bagaimana pertandingan tadi, apakah tim kalian menang?" tanya Carlos. Dia menatap Jessica, berat rasanya meninggalkan gadis itu sendiri di apartemen.

"Iya, tim kami menang," jawab Jessica sambil menarik kursi dan duduk di samping Carlso. " Kenapa wajamu kusut begitu?" tanya Jessica dengan heran.

"Di kantor banyak pekerjaan." Carlos belum ingin mengatakan kepada Jessica kalau dia akan ke America. "Aku lelah sekali, ingin segera tidur," ujar Carlos seraya berdiri.

"Mandi supaya segar, terus tidur." Jessica meledek Carlos, kata-kata itu sering Carlos tujukan kepada Jessica, dan sekarang ucapan itu Jessica kembalikkan kepada Carlos.

Carlos tertawa dan mengacak rambut Jessica, dia meninggalkan Jessica sendiri di ruang makan. sebelum naik tangga Carlos mematikan semua lampu di lantai satu. Terdengar Jessica berteriak.

"Carlos!" Pria itu tertawa lalu menyalakan lampu kembali.

Jessica memukul-mukul lengan Carlos. Pria itu memang selalu iseng kepada Jessica, tapi dia sangat senang melakukannya karena ingin mendengar suara manja Jessica. Carlos masih menertawakan gadis itu.

"Sorry ...." ucap Carlos sambil tertawa lagi, dia merasa lucu melihat gadis itu.

"Kamu selalu iseng padaku," rengek Jessica dengan menunjukan wajah cemberut dan mencubit perut Carlos.

Kembali Carlos tertawa, dan menarik Jessica ke dalam pelukannya. "Sorry," ucap Carlos sekali lagi.

Jessica melepaskan pelukan Carlos lalu dia kembali ke kamar, begitu juga dengan Carlos.

****

Akhirnya tim Jessica berhasil masuk ke babak final, kali ini mereka berhadapan dengan tim bola voli dari Bank B. Coach memberi informasi kalau lawan mereka sangat hebat dia meminta tim harus bermain dengan hati-hati.

Pertandingan di mulai, Jessica dan Tini di posisikan sebagai smasher oleh coach sekaligus untuk memblock serangan lawan. Sedangkan Nita sebagai tosher. Jessica berbisik pada Tini.

"Tin, kalau Nita mengumpan bola kepadaku kamu lihat situasi lawan kalau memungkinkan kamu langsung sambar aja bolanya, nanti aku juga begitu." Tini mengerti lalu dia menganggukan kepala.

Pertandingan di mulai, Jessica berdiri di depan net bersama Tini. Service pertama oleh lawan, sudah di lakukan. Fanya mengambil bola lalu memberikannya kepada Nita, dengan cepat Nita mengumpan bola pada Tini.

Tini melompat dan melakukan smash tapi bola masih bisa dikembalikan oleh pihak lawan dan di terima oleh Angel. Angel langsung mengumpan bola kepada Tini tapi dengan cepat Fanya menyambar bola tersebut sehingga bola jatuh di area lawan.

Sorak-sorai penonton terdengar bersahut-sahutan memberikan semangat kepada masing-masing tim. Babak pertama tim Jessica menang dan babak kedua Tim mereka kalah, di babak ketiga terjadi rally point tapi di menangkan oleh tim lawan.

Para tim berkumpul di ruang ganti, lesuh dan lelah tampak di wajah mereka. Coach masuk, dia menyapa tim walaupun kalah dia memberi semangat kepada mereka.

"Jangan berkecil hati, kalian bermain sangat bagus. Hanya keberuntungan saja belum berpihak kepada kita." Mereka tersenyum mendengar ucapan coach, tiba-tiba direktur dari bank yang menyewa mereka masuk sambil bertepuk tangan.

"Kalian hebat walaupun kalah tapi saya bangga, karena selama ini kami tidak pernah masuk ke babak final." Melihat direktur mereka langsung berdiri.

"Baru bersama kalian bisa masuk final dan juara dua." Mereka sangat senang mendapat pujian dari direktur.

Walaupun kalah tapi direktur masih memuji permainan mereka. "Permainan kalian sangat bagus. Oh ya nanti setelah ini kita makan bersama. Mereka kembali saling pandang dan tersenyum.

Akhirnya mereka meninggalkan gedung pertandingan. Kali ini Jessica pulang bersama Tini. Gadis itu mengantar Jessica sampai di apartemen.

"Thanks ya, Tin. Sudah mengantarku," ucap Jessica seraya melepaskan sabuk pengaman.

" Iya sama-sama, Jess," balas Tini lalu Jessica turun dari mobil dan masuk ke apartemen.

Saat masuk Jessica melihat Carlos sedang di depan laptop. 'Carlos tidak kerja?' Sambil berpikir Jessica pergi ke dapur dan mencuci tangannya.

"Carlos, kamu tidak kerja?" tanya Jessica seraya berjalan menghampiri pria itu.

"Kerja, Jess. Tapi aku pulang cepat. Ayo duduk disini," panggil Carlos dengan menggeser duduknya agar Jessica bisa duduk di sampingnya.

"Kenapa, Carlos?" tanya Jessica seraya duduk di samping Carlos.

"Jess, besok subuh aku akan berangkat ke America." Jessica terkejut, dia berpkir Carlos hanya bercanda.

"Serius?" tanya Jessica dengan membelalakan mata, Jessica langsung berpikir dia akan sendiri di apartemen.

"Iya, Jess. Aku serius." Wajah Jessica langsung berubah mendengar pria itu bicara dengan serius.

"Lalu, aku sendiri disini? Berapa lama kamu disana?" tanya Jessica dengan melihat ruangan apartemen yang begitu besar dan dia akan di tinggal Carlos ke Amerika.

"Mungkin dua atau tiga minggu, oh ya nanti ATM-nya aku tinggalkan untukmu." Jessica tidak memikirkan atm tersebut yang dia pikirkan siapa yang akan menemaninya sedangkan dia itu penakut.

"Tapi, Carlos. Aku takut sendiri," rengek Jessica dengan suara manja seraya memegang lengan Carlos.

"Jangan takut tidak ada yang bisa masuk kesini, kode pengaman cuma kamu dan aku yang tahu. Untuk naik ke lantai 18 hanya mereka yang punya kartu akses, jadi kamu tidak perlu takut." Carlos berusaha menenangkan Jessica, dia tahu juga gadis itu sangat penakut.

Jessica hanya duduk diam, dan menarik nafas panjang. Wajahnya yang tadi ceria kini berganti muram, walaupun dia memohon kepada Carlos pasti pria itu akan tetap ke Amerika.

"Baiklah," ujar Jessica, kali ini dia akan memberanikan diri. Jessica berdiri dan naik ke lantai dua.

Carlos hanya diam dan menatap Jessica, sebenarnya dia kasihan meninggalkan gadis itu di apartemen. Tapi dia sangat rindu kepada kedua orang tuanya.