webnovel

Pak Anderson meninggal dunia

Beberapa menit kemudian, tiga orang datang lagi berwajah datar, bertubuh kekar berpakaian jas serba hitam menghampiri Pak Anderson dan Arka, mereka menundukkan kepalanya dengan hormat, Pak Anderson hanya tersenyum.

Ya, tiga orang bertubuh kekar tidak lain bodyguard Pak Anderson, Arka dan Isabella.

"Bagaimana Nak, Kimmy?" tanya Pak Anderson membuyarkan lamunan.

"A-apa maksud ini semua Pak?" tanya Kimmy dengan suara terbata-bata.

Pak Anderson tersenyum dan mengulang perkataannya kembali, "apa kamu menerima lamaran ini Nak, Kimmy?" tanya Pak Anderson dengan raut wajah sabar menunggu jawaban dari Kimmy.

Kimmy masih belum bisa berkata-kata terlihat jelas dia masih syok dengan semua kejadian ini. Pak Anderson mengerti, dia langsung menanyakan ke anak semata wayangnya, "bagaimana Arka?" sambil melirik Arka.

Arka yang tadinya tidak mengeluarkan sepatah katapun, kini membuka suara.

"Kamu harus terima lamaran ini, ingat ini bukan suatu permintaan tapi perintah." ucap Arka tegas dengan suara beratnya.

Dia begitu kesal melihat tingkah gadis manis tapi terlihat bodoh yang ada di depannya, berpura-pura bodoh padahal dia sangat menginginkan pernikahan ini.

Gadis mana yang tidak tertarik dengan dirinya, pria tampan dan kaya raya.

Kimmy terkaget untuk yang kesekian kalinya, bagaimana tidak pria tampan lagi angkuh itu memerintah seenak jidatnya.

"Oh, pria tampan itu ternyata tidak hanya angkuh, tetapi dia ternyata pria diktator. gumam batin Kimmy.

Karena tidak mungkin Kimmy harus mengatakan langsung pada pria tampan itu, bisa-bisa Kimmy langsung pingsan detik itu juga.

Kalau bisa Kimmy kabur dari tempat ini sudah pasti dia akan lakukan, tapi itu tidak akan mungkin. Pria berotot kekar yang menjaga, satu badannya saja sudah menutupi pintu ruang inap, Kimmy sangat takut melihat tiga orang pria besar, dia langsung menundukkan kepala.

"Bagaimana pak bisa kita mulai sekarang?" tanya pria paruh baya yang di ketahui sebagai penghulu.

Pak Anderson melirik Kimmy

"Bagaimana Nak, Kimmy?" tanya Pak Anderson. Kimmy mendongakkan kepalanya dan menatap lekat pria paruh baya yang berpakaian layaknya imam masjid, tidak mungkin dia menolaknya, bagaimana mungkin dia tidak bisa kabur dari sini, untuk mengeluarkan suara saja dia tidak berani.

"Bagaimana Nak, Kimmy?" tanya Pak Anderson lagi, kali ini Kimmy mengangguk pasrah, kemudian senyum bahagia langsung mengembang di bibir Pak Anderson.

"Mulai saja sekarang, pak." perintah Pak Anderson pada pak penghulu.

Pak penghulu menatap sekilas pada Pak Anderson yang masih terbaring lemah di atas brankar.

Kimmy dan Arka duduk berdampingan, kepala mereka ditutupi kain putih, entah dari mana kain putih itu tiba-tiba saja sudah ada di dalam ruangan.

"Bagaimana Nak, Arka? bisa kita mulai sekarang?" tanya pak penghulu.

Arka hanya mengangguk, "mempelai wanita bagaimana?" tanya pak penghulu lagi.

Kimmy hanya bisa mengangguk pasrah. Walau bagaimanapun dia tidak bisa melawan takdir. Kimmy hanya bisa berdoa semoga ini yang terbaik untuk dirinya.

"Baik kita mulai sekarang, dengan mengucap bismillah hirohmannirohim," ucap penghulu sambil menjabat tangan Arka.

"Arkana Andrew Smith, saya nikahkan engkau dengan seorang putri yang bernama Kimberly Alexandria Minha binti Revano Defras Minha dengan mas kawin dan seperangkat alat sholat bayar tunai."

"Saya terima nikahnya Kimberly Alexandria Minha binti Revano Defras Minha dengan mas kawin tersebut bayar tunai." sambung Arka dengan suara beratnya yang lantang menggema di dalam ruang inap.

"Bagaimana para saksi, sah?" tanya penghulu menatap satu-persatu orang yang berada di dalam ruangan.

"Sah, sah, sah." ucap mereka semua yang ada di dalam ruangan.

"Alhamdulillah hirobbil alamiin." lanjut penghulu dengan diiringi doa.

Selesai berdoa Arka dan Kimmy saling menukar cincin kawin yang sempat di beli Isabella di salah satu toko perhiasan berlian, dan toko muslimah untuk membeli perlengkapan alat sholat.

"Selamat pak Arka dan ibu Kimmy." ucap pak penghulu dan pak RT sambil menjabat tangan mereka berdua.

"Selamat atas pernikahan Pak Arka dan ibu Kimmy," ucap salah satu Suster.

"Selamat bahagia ya Pak Arka dan ibu Kimmy atas status barunya." ucap Dokter Arga.

"Selamat ya bro, kamu bukan bujangan lagi." ucap Isabella terkekeh sambil menepuk bahu Arka.

Arka tidak menanggapi semua ucapan yang di terimanya, dia tidak peduli sama sekali. Arka hanya sibuk dengan pikirannya sekarang.

"Selamat ya Arka, kamu sudah berubah status menjadi seorang suami tuntun, bimbing dan jaga istrimu. Nak Kimmy, kamu juga harus melayani suamimu dengan baik, semoga kalian selalu bahagia." pesan Pak Anderson dengan penuh haru.

Arka dan Kimmy hanya bisa mengangguk sebagai jawaban ucapan Pak Anderson.

Arka masih tidak percaya dengan

kejadian ini, dia sibuk dengan pikirannya, terlebih lagi dia benar-benar tidak siap untuk menikah. Dia terpaksa melakukan karena ini permintaan dari Papi.

Di ruang inap tinggal mereka bertiga, suasana hening yang menemani mereka, belum ada sepatah kata yang keluar dari bibir Arka maupun Kimmy selesai akad nikah tadi.

Malam harinya, perasaan Arka tidak enak sejak dari siang sampai saat ini. Dia begitu gelisah sambil melihat ke arah Papi yang tertidur lelap dari beberapa jam lalu, Arka terus melirik ke arah Papi.

Kimmy sudah sedari tadi di antar bodyguard Arka menuju rumah. Arka bangkit berjalan menuju brankar Papi, dia menatap lekat wajah Papi seperti merasa kehilangan. Arka mencoba membangunkan Papi.

"Papi, papi, bangunlah." sambil menggoyangkan bahu Papi dengan sangat pelan.

Tetapi tidak ada respon, Arka mencoba sekali lagi. "Papi, papi, bangunlah ini waktunya makan malam setelah itu Papi harus minum obat." ucap Arka.

Masih tidak ada respon, Arka menjadi panik dia berlari mencoba memanggil Dokter. Begitu

Dokter Arga tiba di ruang inap dia langsung mengeluarkan stetoskop dan menaruh di dada Pak Anderson, setelah di periksa keadaan pasien sambil melirik Arka hasilnya tetap masih sama.

Arka menatap Dokter Arga, mengeryitkan kening. "Apa yang terjadi pada Papi?" tanya Arka heran.

"Maafkan saya pak, Papi anda sudah tiada." jawab Dokter Arga dengan suara pelan namun jelas terdengar di telinga Arka.

Kontan Arka murka dan menarik kerah baju Dokter Arga. "Apa yang kamu katakan! berani sekali kamu mengatakan itu." teriak Arka di depan wajah Dokter Arga.

"be-betul Pak, Papi anda sudah tidak bernyawa." jawab Dokter Arga jujur.

Plakkk,, satu tamparan mendarat di pipi Dokter Arga. Dokter Arga kaget dan memegang pipi kanan yang memerah bekas tamparan Arka.

"Periksa sekali lagi." teriak Arka murka.

Dokter Arga kembali memeriksa denyut jantung pasien, kali ini dia lebih teliti mengecek kondisi pasien takut kalau dia melakukan kesalahan. Tetapi tetap nihil, hasilnya masih sama, Dokter Arga melirik Arka tanpa takut.

"Maaf pak Arka, pasien memang sudah tidak bernapas lagi." ucap Dokter Arga lirih.

Arka menyeka air mata yang mengalir deras, "keluar kamu." usir Arka pada Dokter Arga.

Dokter Arga beranjak pergi dengan tergesa-gesa keluar dari dalam ruangan.