webnovel

Alesha memasak untuk Arka

Aldisha hanya bisa diam saja mendengarkan Sean yang terus menyalahkannya, dia juga sudah bingung harus bagaimana. Rencana mereka berantakan akibat kecerobohannya sendiri, tapi itu tidak membuat Aldisha putus asa, dia juga masih sibuk memikirkan rencana selanjutnya.

"aku akan membalas kamu Arka." ucap Aldisha lirih penuh dendam. Suaranya yang masih terdengar oleh Sean, tapi Sean sendiri tidak menanggapinya.

Hari ini seperti hari libur sebelumnya, Alesha selalu meluangkan waktunya untuk bertamu ke rumah Arka. Sekarang pukul hampir menunjukkan waktu siang, Alesha baru sampai di rumah Arka. Dia tadinya berniat berangkat waktu pagi, tapi karena ada hal yang harus di kerjakannnya, membuat dirinya terlambat.

Tidak membuang waktu lagi, Alesha langsung menuju dapur untuk membuatkan Arka sarapan. Mungkin sarapan sekaligus untuk makan siang, karena Alesha yakin pelayan di sini sudah pasti membuatkan Arka sarapan pagi seperti biasanya.

Setelah beberapa menit Alesha bertempur dengan peralatan dapur, akhirnya dia selesai juga memasak beberapa menu makanan untuk makan siang mereka, tentu saja ini atas bantuan beberapa pelayan.

Alesha merasa bangga pada dirinya, dia akhirnya bisa memasak dengan handal, walaupun tidak sehandal atau sepintar pelayan yang di dapur tadi, tapi dia tetap merasa senang, apalagi dia selalu memasak hanya untuk Arka.

Dia berharap dirinya dan Arka semakin dekat, dan mungkin dia dan Arka akan serumah selamanya.

Ini alasan Alesha semangat untuk belajar memasak, dia selalu memikirkan dirinya dan Arka seperti yang dia harapkan. Alesha tersenyum lebar, dia sedikit merasa malu pada dirinya memikirkan sesuatu yang berlebihan.

Tanpa sadar dua orang pelayan dari tadi cengar-cengir melihat tingkah Alesha yang terlihat sangat aneh, dan lucu menurut mereka.

"Bu Alesha kok senyum-senyum?" ucap Hilya salah satu pelayan. Perkataannya tadi membuat Alesha terkejut.

"eh benarkah?" ucap Alesha salah tingkah.

"Cieee,,," ucap Hilya dan Farah bersamaan menggoda Alesha. Mereka mencoba menggoda sahabat bosnya itu yang terlihat sangat lucu.

"apa sih." ucap Alesha masih salah tingkah.

"Bu Alesha sangat cantik terlihat malu-malu seperti ini." goda Hilya lagi, sambil menertawakan Alesha.

Alesha hanya menggelengkan kepalanya, dia juga menyadari bahwa dirinya tadi juga senyum-senyum sendiri.

"kalau boleh tahu, apa sih yang membuat ibu Alesha senyum-senyum sendiri?" tanya pelayan yang bernama Farah. Mereka terlihat tidak merasa canggung berbicara pada Alesha, karena selama ini mereka cukup dekat dengan Alesha.

"sesuatu yang membuat aku bahagia." jawab Alesha spontan, dan tersenyum mengingat khayalannya tadi.

"Ibu Alesha sedang jatuh cinta ya?" tanya Farah langsung.

"memangnya aku terlihat sedang jatuh cinta?" tanya Alesha balik.

"tentu saja." jawab dua pelayan itu bersamaan.

Alesha hanya tersenyum lebar menanggapinya.

"kalian berdua sudah mempunyai kekasih?" tanya Alesha tanpa ragu.

"hmm kalau aku sih belum punya Bu, tapi sih Farah punya banyak kekasih." jawab Hilya yang membuat Alesha tertawa, dan melihat reaksi Farah yang terkejut dengan jawaban Hilya.

"siapa bilang, aku hanya mempunyai satu kekasih." ucap Farah tidak terima jika dirinya dikatakan mempunyai banyak kekasih.

"Oke, kalau begitu aku boleh bertanya Farah?" ucap Alesha bertanya.

"boleh kok Bu." jawab Farah.

"bagaimana tipe wanita yang di sukai kekasih kamu itu?" tanya Alesha membuat dua orang pelayan kebingungan saling bertatapan, tapi Farah tetap menjawab pertanyaan Alesha.

"kekasih aku hanya menyukai tipe wanita seperti aku, yang tidak ada pada diri wanita lain." jawab Farah percaya diri.

Hilya dan Alesha mencoba menahan tawa mereka. Alesha mengangguk menanggapinya, menurutnya jawaban Farah ada betulnya juga, kemudian dia bertanya lagi pada Hilya dan Farah.

"Menurut kalian tipe wanita yang disukai banyak pria apa?" tanya Alesha.

Dua orang pelayan wanita itu sangat bingung memikirkan jawabannya, Farah yang menggaruk tekuk lehernya yang tidak gatal, sedang Hilya menopang dagunya menggunakan tangannya mencoba untuk berpikir.

"ah aku tahu Bu, yang aku sering lihat di sinetron-sinetron televisi sih, kebanyakan pria miskin yang menginginkan wanita kaya raya, dan wanita yang sangat cantik." jawab Farah semangat. Dia memang sering menonton sinetron di televisi yang kebanyakan pria menginginkan wanita cantik, dan kaya raya.

"dasar emak-emak sinetron." ledek Hilya pada Farah.

"benarkah?" tanya Alesha.

"Iya benar kok Bu." jawab Farah dengan yakinnya.

"Itu hanya sinetron Farah." ucap Hilya gemes melihat tingkah temannya itu.

"kalau menurut aku sih Bu, kebanyakan dikehidupan nyata, memang benar pria selalu menginginkan wanita yang cantik dan seksi. Tapi mereka juga menginginkan atau mencari wanita yang pandai memasak. Karena calon istri yang pandai mengurus rumah tangga itu sangat baik untuk keharmonisan dalam rumah tangga. Makanan sehat untuk keluarga lebih penting, dan pria juga lebih suka makan bersama keluarga ketimbang memakan makanan di luar sana yang dibuat seseorang yang mereka tidak kenal, kesehatan makanannya juga tidak terjamin. Maksud pria mencari wanita pandai

memasak bukan untuk dijadikan pembantu, tapi untuk keluarga, lagian memasak hal yang biasa dalam rumah tangga, apalagi jika suami membantu kita wanita memasak menyiapkan makanan untuk keluarga, pasti sangat menyenangkan." jelas Hilya panjang lebar.

Terlihat Farah yang bengong mendengar jawaban dari Hilya, Alesha sendiri pun tersenyum puas, dia merasa jawaban dari Hilya sangat masuk akal.

"waahh aku tidak menyangka ternyata otak kamu cerdas juga ya Hilya." puji Farah kagum.

"iya dong." jawab Hilya, berpura-pura menyombongkan diri.

"terima kasih ya Hilya untuk jawabannya, terima kasih juga Farah." ucap Alesha berterima kasih.

Hilya dan Farah mengiyakan ucapan Alesha, mereka berdua dari tadi bingung, kenapa mereka berdua tiba-tiba di tanyakan seperti itu.

Setelah mengobrol bersama dua orang pelayan wanita tadi, Alesha memutuskan untuk naik ke lantai dua, dia mencoba memanggil Arka untuk memulai makan siang, karena waktu memang sudah menunjukkan waktu makan siang.

Tiga kali Alesha mengetuk pintu kamar Arka, tapi pemilik kamar tidak membukanya, Alesha merasa bosan terus memanggil dan mengetuk pintu kamar Arka, akhirnya dia memutuskan untuk masuk. Begitu pintu kamar Arka terbuka menampilkan ruang kamar yang gelap, Alesha berjalan menuju tirai kamar yang menghalangi sinar matahari masuk. Ruangan sudah lebih terang dari sebelumnya, tapi Alesha tidak melihat sosok Arka berada di kamar itu, kasur tempat tidur juga sudah tersusun rapi.

Alesha yakin Arka pasti sedang berada

di ruang kerjanya atau tidak sedang berada di ruang perpustakaan, karena Alesha sudah hafal aktivitas Arka setiap harinya. Saat Alesha melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Arka, tiba-tiba tatapannya menangkap sesuatu yang tergeletak di atas meja dekat kasur tidur Arka.