webnovel

Chapter 84 (Caged The Beast)

"Luna..." Tampak Roiyan menghampirinya yang berjalan keluar dari ruangannya. "Mari makan bersama"

"Aku tidak pergi, Aku sudah mengambil makanan pesanan orderku" Neko membalas dengan tatapan dingin.

"Dimana? Aku tidak melihat ada makanan di sini?" Roiyan melihat sekitar.

Tapi Neko terganggu ketika melihat laptopnya, dia lalu menutup laptopnya dan menatap kesal padanya. "Jika kau ingin pergi istirahat, silahkan pergi bersamaku yang lain, jika aku sudah bilang tidak bisa, ya jangan dipaksa, aku juga harus mengerjakan tugas ini secepatnya agar aku tidak mengkhawatirkan waktu, jika kau tak ada pertanyaan lain yang bisa aku kerjakan dalam tugas ini, pintu keluar ada di sana" Kata Neko membuat Roiyan terpaku mendengar itu.

Dia lalu mengepal tangan. "Jika ini bukan karena wajah mu dan penampilan mu yang begitu cantik, aku juga sudah melemparkan kalimat maki makian padamu..." Tatapnya dengan kesal lalu berjalan pergi dari sana membuat Neko menghela napas panjang.

"(Ha.... Ini merepotkan, satu hari di sini saja membuat ku harus berpikir bahwa gedung kekuasaan ini tidak di pegang oleh Beum, mau bagaimana lagi, aku sama sekali tak melihatnya, dan ini begitu merepotkan....)" Neko memegang kepalanya.

Sementara itu di sisi lain, seorang Kim berjalan masuk ke gedung kekuasaan, beberapa karyawan yang istirahat sebentar ada di bagian lorong menyapa nya. "Kim, kamu datang hari ini?" Tatap mereka.

"Yeah... Hehe" Kim membalas. Rupanya Kim memang sudah di kenal banyak orang karyawan maupun orang bawahan yang berhubungan dengan Beum, itu karena dia itu adalah asisten paling atas milik Beum sendiri. Padahal dia hanya memihak Neko tapi karena Neko ingin menjadikan nya mata mata jadi dia rela menjadi asisten Beum meskipun tidak mau.

Di saat itu juga dia berpapasan dengan Pei Lei. "Senior Kim" Pei Lei menyapa sambil berhenti berjalan.

"Ah, apakah di sini ada manajer baru itu?" Kim bertanya.

"Ya, dia sudah ada di kantornya, ada apa?"

"Aku menemukan pesanan order nya di bawah, pengantar makanan tentunya tak boleh masuk jadi aku kemari mengantarkan nya"

"Kalau begitu biar aku saja yang memberikan nya" Tatap Pei Lei.

"Ah, tidak perlu, aku juga sekalian melihat manajer barunya seperti apa, sampai jumpa" Kim berjalan pergi membuat Pei Lei terdiam.

"( . . . Aku ragu, Senior Kim kemari hanya untuk mengantarkan makanan itu, apa yang terjadi? Jangan jangan dia punya hubungan dengan Luna...)" Pikirnya dengan khawatir.

Lalu Kim mengetuk pintu kantor manajer dan membukanya melihat Neko menatap fokus pada laptopnya. Tapi ketika pintu terbuka, dia langsung berteriak. "Aku sudah bilang padamu!!" Dia berteriak sambil menoleh ke pintu, tapi ia terdiam ketika mengetahui bahwa itu Kim yang terdiam sekarang.

". . . Kupikir dia" Tatap Neko.

Kim tersenyum kecil dan menutup pintu. "Dia siapa?"

"Hanya orang yang mengganggu" Neko membalas sambil menutup laptopnya dan membiarkan Kim meletakan makanan tadi di meja Neko.

"Jadi bagaimana soal hari pertama nya, Nona Luna" Kim menatap dengan nada agak bercanda nya membuat Neko menghela napas panjang.

"Ini merepotkan sekali... Ha... Aku ingin keluar saja.... "

"Jangan berpikir begitu dulu, ketika anda bertemu dengan Tuan Beum nantinya, pastinya akan langsung sangat mudah" Kata Kim.

Tapi di luar pintu kantor Neko, Roiyan mendengar perbincangan yakni Kim dan Neko.

"(Tunggu, suaranya seperti Kim?!!)" Dia kesal dan langsung membuka pintu begitu saja dan seketika Kim dan Neko menoleh.

Roiyan terkejut melihat itu. "Kim?! Kenapa kau ada di sini?!" Roiyan menatap kesal.

". . . Ada apa ini, Direktur sementata~" Kim menggunakan nada meremehkan.

"Apa yang kau lakukan bersama manajer baru?!"

"Aku hanya mengantarkan makanan di sini, untuk nya" Balas Kim, lalu Roiyan menatap ke Neko yang hanya melemparkan tatapan tajam.

"Luna, kenapa kau bisa akrab dengan nya?"

"Eh, ini bukan dalam artian yang seperti itu" Kim langsung menyela. "Aku tadi hanya tak sengaja mengantarkan makanan untuk manajer baru"

"Itu tetap saja tidak bisa, jika mengantar, seharusnya hanya mengantar, tidak perlu mengobrol begitu!" Roiyan benar benar kesal.

"Kau mau apa, kau bukan siapa siapa di sini, meskipun di sini ada pertarungan perebutan manajer baru, itu pun tetap akan menang aku, aku memiliki segalanya di sini" Kim menatap sombong membuat Roiyan kesal.

Lalu Kim menambah. "Aku ini ganteng, tubuh ku lebih kuat dari kamu ini, jangan harapkan jika kau ingin dekat dengan manajer baru ini, benar bukan... Luna" Kim menatap membuat Neko hanya menghela napas panjang pasrah.

Tapi Roiyan tambah kesal. "Luna... Sebaiknya kau jangan dekat dekat dia, dia itu yang membuat kakak ku mati" Kata Roiyan lalu dia menutup pintu dan berjalan pergi dari sana.

". . . Aku benar benar bertanya tanya" Neko menatap Kim membuat Kim menolehnya.

"Bukankah identitas mu tidak berubah, kenapa dia tidak memprovokasi mu ketika aku menjadi Amai di sana?" Neko menatap.

"Ah soal itu, aku jelas di provokasi olehnya saat itu, ketika dia pertama kali kemari, wajahnya benar benar tidak bisa di definisikan, aku pun juga begitu, aku terkejut ketika dia ada di sini, jadi ya, aku tinggal mengaku semuanya bahwa Amai memang mati dan aku berhasil selamat dari kejadian itu, begitu saja aku bilang, dia langsung percaya dan sampai saat ini, dia benar benar masih sangat kesal padaku, seperti nya... Dan apa itu tadi, dia bilang aku membuat anda mati, astaga, payah sekali membiarkan atasan ku sendiri mati haha" Kata Kim.

Lalu Neko mengangguk mengerti. "Jadi dia masih memiliki dendam padamu soal kepergian ku dengan informasi palsu itu"

"Yup, begitulah, tapi jika di pikir pikir, cepat atau lambat, anda akan segera di ketahui identitas aslinya, apa ini beresiko?"

"Aku tak peduli resiko apapun, yang penting aku dapatkan kembali museum ku" Balas Neko.

"Ah, aku mengerti, bagus, kalau begitu, aku permisi" Kim menundukan badan dan berjalan pergi dari sana membuat Neko kembali terdiam.

"Jika dia bilang cepat atau lambat, maka yang akan terjadi akan segera terjadi.... Bagaimanapun juga, aku akan ketahuan soal identitas ku"

Sorenya ketika pekerjaan akan selesai semua. Roiyan keluar dari kantornya dan menarik perhatian semua karyawan. "Perhatian semuanya, kita akan minum bersama hari ini setelah pulang bekerja, bagi yang lembur silahkan, bagi yang pulang buru buru silahkan, dan bagi yang berani ikut, mari" Kata Roiyan.

Lalu mereka semua mengacungkan jempol berarti setuju. "Di bar biasanya"

Kebetulan Neko berjalan di langkahan lain membawa dokumen kertas ke kantornya, Roiyan menatapnya. "(Aku mungkin juga harus mengajaknya)" Lalu Roiyan mendekat.

"Luna" Panggilnya membuat Neko berhenti berjalan dan menoleh padanya dengan tatapan datar.

"Luna, mari ke bar bersama" Tatapan nya.

Tapi Neko masih tetap menatap tajam.

"Maafkan aku soal yang tadi" Kata Roiyan, akhirnya dia menyesal atas kejadian yang tadi demi dekat dengan Neko.

". . . Ha.... Kau tak bisa mengulangi hal itu lagi, berteriak pada asisten Eksekutif seprti itu, apa kau mau di keluarkan karena dia melapor?" Neko menatap serius.

"Aku mengerti, maafkan Aku, karena itu sekarang Eksekutif membawa kita makan bersama, Kau harus pergi"

". . . Apakah ini salah satu kebohongan mu bahwa Eksekutif tidak akan datang, begitu? Bahkan setelah hal tadi, aku hanya percuma saja mempresentasikan semuanya padahal Eksekutif tidak ada" Neko menatap tajam.

"Eksekutif yang mengajak, pastinya dia juga ada, dia senang karena aku berhasil melapor, manajer baru ini benar benar hebat dalam ujian presentasi mendadak" Kata Roiyan.

". . .(ini benar benar menjengkelkan... Kenapa aku harus percaya padanya, dia bahkan hanyalah masih bocah saja.... Terserah, aku hanya akan menuruti selagi itu tidak membuat rencana ku terganggu) Baiklah, aku mengerti, Aku akan pergi setelah bekerja nanti, Aku harap ini bukan kebohonganmu lagi" Lirik Neko di akhir kalimatnya.

"Baiklah" Roiyan membalas.

Hingga malam harinya, Neko kembali menutup laptopnya sambil memegang kening nya. "(Aku sudah menyelesaikan tugas ini, jika dilihat, bahkan aku baru pertama kemari saja langsung di sungguh banyak tugas, sebenarnya Beum memang sengaja memberikan ini atau apa...)"

Tapi ponselnya berbunyi membuatnya harus mengangkat dan rupanya itu dari Roiyan. "Aku sudah menunggumu, kapan kamu datang kemari?" Kata Roiyan. Neko terdiam lalu membalas. "Aku akan kesana"

Lalu dia menutup panggilan dan kembali menatap jendela. "(Aku benar benar sangat merasa aneh, apakah ini minum minum saja, aku hanya perlu ikut mereka saja... Tanpa mabuk...)"

--

Semua karyawan tampak sedang minum minum sekarang. Mereka ada di kedai Bar di pinggir penghangat badan. Pei Lei melihat Neko dan Xun mengobrol dengan baik. Ia menjadi terdiam.

"[Rasanya aneh akhir akhir ini bertemu dengan Manajer yang baru sepertinya, menjadi sebuah misteri jika Dia memiliki kemampuan di luar kita sebagai karyawan saja sementara Dia masuk langsung menjadi manajer, apa Dia juga ingin seperti Roiyan... Mencoba merebut kuasa Direktur setelah direktur saat ini menjadi Eksekutif]"

"Hei, aku punya ide!" Xun langsung mengambil gelas besar. "Bagaimana jika kita beri sungguhan pada manajer baru kita yang telah mempromosikan pekerjaan kita menjadi lebih maju lagi, dengan begitu Boss akan bangga pada kita, ini semua juga berkat manajer baru ini" Kata Xun.

"Ya, ayo buat dia mabuk!!" Mereka membalas dengan senang sementara Neko terdiam kaku mendengar itu, lalu Xun mendorong gelas besar penuh alkohol itu.

"Hei, kau yakin kau membuat nya baik nanti?" Roiyan yang juga duduk di samping Neko menatap kesal pada Xun.

"Jangan khawatir, aku yakin dia bisa meminum semuanya, ayo Minum... Sayang!!" Xun berteriak, dia akrab pada semuanya.

Neko menoleh ke Roiyan dengan kesal. "Apa kau tahu kesalahan mu sekarang?" Dia menatap dengan sangat marah.

Roiyan terdiam dan menjadi ragu.

"Kau mengajak ku kemari dan aku sama sekali tak melihat Direktur Eksekutif di sini, dan yang aku dapatkan hanyalah ini" Neko menatap.

Roiyan hanya terdiam ragu. "(Aku di hubungi mendadak oleh bos bahwa dia tak bisa ikut kita minum dan sekarang aku membohongi Luna...)" Ia tampak khawatir tapi ia terkejut karena gelas besar itu di letakan di meja dengan keras dan siapa sangka, itu sudah kosong di minum Neko.

"Woah!! Hebat sekali...!" Semuanya bersorak dan hanya yang memasang wajah pucat di sini yakni Roiyan, Xun, dan Pei Lei.