webnovel

Chapter 217 (Display Cat)

Hari selanjutnya, Felix duduk di ranjang, ia sudah memakai kemejanya dan akan berangkat bekerja pagi pagi sekali, tapi ia melihat Neko yang tertidur tengkurap dan telanjang di ranjang. Hanya selimut Neko yang menutupi pinggang nya ke bawah, sisanya terlihat. Ia mendekat dan mencium pinggang Neko.

Naik naik dan mencium telinga Neko membuatnya membuka mata terbangun. Neko membalik badan dan di saat itu Felix melanjutkan mencumbuinya.

"Kau akan bekerja?" Tatap Neko.

"Aku akan kembali secepat mungkin" Balas Felix.

"Apa kau tidak telah setelah mengemudi sepanjang malam?"

"Lelah, tapi tidak terlihat" Balas Felix.

Lalu Neko terdiam dengan wajah agak merah dan memegang pipi Felix. "Semoga harimu baik" Tatap nya.

Seketika Felix terdiam terkejut mendengar itu. Dia tak pernah mendapatkan kalimat hangat itu bahkan dari Neko.

--

Felix terdiam di meja kantornya mengingat perkataan Neko tadi. ""Semoga harimu baik" Katanya.... Apa aku baru saja bermimpi atau kepalaku yang terpukul pintu, dia tak pernah mengatakan hal yang seperti itu padaku" Dia menjadi berpikir keras. Lalu ada yang mengetuk pintu dan masuk, rupanya Kim. "Tuan Felix, apa aku harus ke tempat Nona Neko sekarang?" Tatap nya.

"Kau bisa kesana dan pastikan jangan merusak perasaanya denganku pada perkataanmu, sekali kau bicara kata apapun yang membuatnya kembali terdiam, aku akan mematahkan pita suaramu" Kata Felix dengan tatapan membunuh seketika Kim terdiam dan menundukan badan berjalan pergi.

Setelah itu Felix kembali terdiam. "(Aku telah membawanya ke tempat paling bagus, tapi apa dia benar benar menyukai tempat itu?... Dan sekarang, bagaimana keadaan nya?)" Ia menatap ke ponselnya dan melihat nomor Neko, sepertinya dia merindukan Neko, lalu menghubungi nya.

Sementara itu Neko membuka lemari es dan mengambil telur mentah di saat itu juga Felix menghubunginya. Ia menoleh ke tempat dimana ponselnya berada lalu mendekat dan mengambilnya.

"Kau sudah bangun?" Tanya Felix.

"Aku sudah bangun"

"Kalau begitu, bagaimana dengan perasaanmu?"

". . . Apa maksudmu?" Neko menjadi bingung.

". . . (Aku terlalu berlebihan memikirkan yang tadi) . . . Tak jadi, aku hanya ingin tahu keadaan bayi kecilnya" Kata Felix. Lalu Neko terdiam memegang perutnya sendiri. "Dia baik baik saja, apa kau masih pulang lama?" Kata Neko. Seketika Felix terkejut mendengarnya.

"(Apa yang terjadi disini.... Dia menanyakan itu, bukankah dia selalu bilang jangan pulang saja) . . . Ehemm.. Kenapa.... Apa kau sedang rindu padaku hm?"

" . . . Ya... " Balas Neko.

Seketika Felix kembali terdiam, dia mematikan ponselnya membuat Neko terdiam bingung.

Felix memegang kepalanya dengan tangannya dan menghela napas. "Kenapa kau bersikap aneh, tunggu tidak... Kenapa aku mematikan ponsenya..."

Lalu pintu kembali terketuk dan masuk Sheo Jin.

"Hola.... Apa kabar... Aku baru kembali dari hawai~"

"Aku tidak bertanya... Aku butuh dokumen 24" Felix menyela dengan wajah tak pedulinya.

"Haiz jahat lah kau Felix, aku padahal datang kemari dengan ceria dan baik karena hari ini sangat baik" Kata Sheo Jin dengan sedih.

"Hari yang baik? Hari apa?" Felix menjadi bingung.

"Tentu saja hari ini cuaca nya baik, angin nya juga segar, sekali kali kau harus berkencan dan mengajak nya jalan jalan"

"Aku sudah membawanya dan sekarang kenapa dia bersikap aneh?"

"Hm? Apa maksud mu?"

"Dia berkebalikan dari sebelumnya... Dia yang dulu menginginkan ku tidak pulang kini menanyakan ku kapan pulang.... Lalu--

"Dia tidak bersikap aneh" Sheo Jin menyela membuat Felix terdiam menatapnya.

"Aku tahu apa yang kau maksud Felix, karena aku ini juga perempuan. Gadis mu itu jelas jelas malu mengungkapkan rasa Terima kasih nya padamu, karena itulah dia terus membalasmu dengan tatapan kesal. Tapi jika dia sudah suka padamu, pastinya dia bakal enggak akan malu menunjukan rasa rindunya padamu" Kata Sheo Jin.

Seketika Felix ingat saat percakapan baru saja tadi bersama Neko lewat ponsel saat ia bertanya apa kau rindu dan Neko membalas nya.

"Itu berarti memang sudah waktunya" Kata Felix.

"Hm? Waktu apa?" Sheo Jin terdiam bingung.

Lalu Felix tersenyum kecil, di saat itu juga Sheo Jin berwajah merah senang. "Astaga! Kau serius!! Kya!! Aku tidak sabar menunggunya, semoga sukses kawan" Kata Sheo Jin.

"Hentikan soal itu, di mana dokumen nya?" Felix menatap dengan serius.

"Aku kebetulan bawa... Ngomong ngomong dari tadi wajahmu nampak khawatir yah" Tatap Sheo Jin sambil meletakan dokumen di meja Felix.

"(Dia gadis yang seram saat itu tapi kenapa mendadak menjadi kucing dengan orang tertentu, Felix terlalu memikirkan nya, apa yang terjadi sebenarnya, kenapa Felix bicara bahwa dia berubah?)"

"Apa dia butuh sesuatu atau sedang memikirkan sesuatu?" Tatap Felix.

"Hm... Mungkin... Eh, bagaimana dengan pengakuan mu? Apa kau sudah mengakui bahwa kau membunuh orang tua nya?" Sheo Jin menatap.

"Yah, ekspresi yang dia berikan hanya biasa saja membuat ku berpikir bahwa orang tua nya sama seperti orang orang yang membencinya" Balas Felix membuat Sheo Jin terdiam.

"(Mungkin itu benar, sebaiknya harus bisa menjaga suasana hati gadis itu.... Kelak dia akan menjadi lembut dan juga penyayang....)" Sheo Jin menjadi tersenyum haru sendiri.

Felix yang melihat itu menjadi memasang wajah datar. "Kenapa tidak pergi?"

"Eh, kenapa memang nya.... Aku kesini kan juga ingin memberitahu sesuatu.... Besok, kamu akan bertemu seseorang, pastikan kau membawa gadis mu itu karena kau mungkin berpikir bahwa kau ingin sekali membawa gadis itu Kemanapun setiap kau pergi untuk mengetahui keadaan nya" Kata Sheo Jin, lalu dia berbalik dan berjalan pergi.

Malamnya, dia pulang tengah malam. Dia melepas baju atasnya, seperti biasa, telanjang dada. Ia juga melihat Neko yang sudah tidur duluan membelakangi nya, lalu Felix mendekat akan memeluk Neko tapi Neko mendadak menjauh semakin mepet ke samping ranjang membuat Felix terdiam bingung.

Ia akan mendekat tapi mendadak tangan Neko menahan wajahnya membuat mereka saling menatap.

"Kenapa?" Felix menatap datar.

"Kau tanya kenapa? Kau bilang akan pulang cepat.." Neko menatap kesal.

"Aku rupanya terlalu sibuk...." Balas Felix. Tapi wajah Neko tetap kesal dan membelakangi nya lagi.

"Begini saja, bagaimana bisa ikut aku besok, agar kau tahu bagaimana pekerjaan ku bisa menjadi sibuk san memakan banyak waktu" Bisik Felix sambil memeluk nya.

"Tidak mau....." Neko membalas dengan tatapan kesal membuat Felix kembali terdiam.

Hingga hari berikutnya. Dia tetap mengajak Neko untuk ikut dengan nya.

"Ikutlah denganku" Felix menatap Neko yang duduk di sofa membaca buku.

"Aku sudah bilang aku tidak mau"

"Kenapa, ini pertemuan penting, jika kau disini juga kan berbahaya bukan"

"Aku tidak peduli, tinggalkan aku sendiri" Neko menyela.

Dari luar ruangan Arthur mendengar mereka.

"[Sepertinya mereka sedang bertengkar yah]" Dia hanya berjalan lewat.

"Kenapa kau susah sekali aku ajak pergi?" Lirik Felix. Neko hanya diam membuang wajah. Tiba tiba Felix menariknya dan mengangkat nya.

"H... Hei apa yang kau lakukan, turunkan Aku!!" Neko terkejut.

"Kau harus ikut aku, tak ada pembantahan" Kata Felix

"Tidak... Lepaskan aku..." Neko mencoba memberontak. Tapi dengan cepat Felix mencium nya, seketika Neko terdiam kaku.

"Sekarang kau bisa tenang huh.."

". .. Akh.... Kau sialan" Neko menatap kesal dengan cepat menggigit leher Felix tepat dimana tato lehernya. Neko menggigit di bagian gambar mulut kalajengking itu.

Felix hanya bisa tersenyum kecil dan sabar menghadapi Neko.

-

Di dalam mobil, Neko hanya terdiam membuang wajah nya di samping Felix. Mereka duduk di bangku tengah sementara sang supir ada di depan sendiri.

"Sampai kapan kau akan bersikap seperti itu?"

"Itu karena... Kau membuatku gila" Neko membalas dengan wajah yang sedikit merah.

"Jangan khawatir, aku akan segara membawamu ke ranjang nantinya"

"Itu bukan yang ku maksud" Neko menyela.

Tapi ia menjadi bingung ketika mobil yang mereka pakai tak berhenti di jalan yang di tuju, ia menjadi menatap ke Felix.

Neko memberi isyarat padanya untuk memberitahu supir tapi sepertinya Felix malah bingung.

"Cih... Dia tak berhenti di tempat yang kau tuju" Kata Neko yang terpaksa bicara. Lalu Felix melihat jendela, ia menjadi mengkerutkan alis karena melihat banyak hutan, sudah jelas mereka malah pergi ke jalan berhutan.

". . . Apa yang terjadi... Kenapa kau tidak menghentikan mobilnya?" Tatap Felix pada supir.

Tapi sang supir hanya diam, ia tiba tiba menodongkan pistol dan menembak mereka, untungnya mereka menghindar.

"Buka mobilnya!!" Teriak Felix seketika mendorong Neko keluar. Mereka berdua berguling keluar dengan Felix yang melindungi Neko dengan tubuhnya.

"Kau ..." Neko terbangun dengan cemas melihat tubuh Felix terluka.

"Aku baik baik saja... Kita ada di hutan" Kata Felix. Tiba tiba mobil tadi menabrak sebuah pohon besar dan meledak terbakar.

Mereka berdua yang meyaksikan itu hanya terdiam.

"Ada apa dengan orang itu, dia benar benar hampir menembak mu" Felix mengepal tangan nya dengan kesal.

"lebih baik kita segera pergi" Kata Neko. Tapi pohon tadi tumbang membuat mereka menoleh dengan terkejut karena pohon itu akan mengenai mereka.

"Pergilah dari sini!!" Neko melompat mendorong Felix. Membuat Felix terkejut mundur beberapa langkah karena dorongan itu.

Tapi siapa sangka yang terkena jatuhnya pohon adalah Neko. Pohon itu mengenai kakinya Neko.

"Amai... Amai... Bangunlah!!!" Teriak Felix. Neko terbangun dengan mereka yang masih berada di hutan.

"Amai... Apa yang kau pikirkan, kau menjadi celaka sekarang!" Tatap Felix.

Neko terdiam, ia menjadi terkejut karena merasakan kedua kakinya kesakitan, terlihat kedua kakinya mengeluarkan banyak darah dan terluka.

"[Ini... Menyakitkan]" Neko menahan sakitnya.

"Amai... Aku tak mau kau mengulanginya lagi" Kata Felix.

". . . " Tapi Neko hanya terdiam lemas.

"Kau bodoh.... Seharusnya... Ka..u ...ber... Terima kasih....padaku.." Kata Neko yang perlahan menutup mata.

"Amai... Amai... Bukalah matamu... Amai" Felix terus berteriak.

"(Kenapa kau berpikir untuk menyelamatkanku, tindakanmu sangat berbahaya, jika itu memang refleks darimu maka kau masih melihatku dengan mata tulus mu)" Sepertinya rencana Felix membawa Neko kemanapun menjadi berakhir kecelakaan.