webnovel

JANJI MENGUNJUNGI  

Ray membukakan pintu apartemennya untuk Oscar, Arlo dan Daniel, "Hei," ucap Ray memeluk mereka satu per satu.

"Ada apa Ray? Pekerjaan apa?" tanya Oscar.

"Mari ikut." Ray menggerakkan dagunya, dia melangkah ke ruang tengah.

Arlo si Octopus bingung dan penasaran, tapi tak membuatnya bertanya. Ray menyalakan komputernya. Dia masuk ke dalam situs kependudukan Thailand.

"Daniel, aku tidak paham tulisan ini. Kau bisa beberapa bahasa, bukan? Termasuk bisa bahasa Thai?"

"Ya," ucap Daniel. Ia mendekat ke komputer. Ray sudah menyiapkan keyboard komputer huruf Thailand.

"Carikan Mekhala Ancali," ucap Ray dan Daniel mengetiknya.

Segera saja muncul ribuan nama wanita bernama 'Mekhala Ancali'.

"Siapa dia?" tanya Oscar si Paus Orca. Matanya yang berwarna hijau terlihat penasaran.

"Oke, teman-taman. Kenalkan, ia Mekhala Ancali. Dia target kita.

Aku sudah jelaskan sebelumnya kita bekerja lagi. Mekhala Ancali kekasih Dexter Anderson. Kita harus mencarinya guna memastikan apakah anaknya adalah anaknya bersama Dexter atau bukan.

Mekhala sudah kembali ke negaranya dua puluh tahun yang lalu. Saat itu teknologi belum seperti ini. CCTV bandara masih VCD. Sulit rasanya jika kita harus ke bandara mencari VCD itu yang entah ada berapa ribu keping. Kita tidak bersama Interpol lagi, jadi kita tidak bisa datang begitu saja meminta data. Ini foto Mekhala 28 tahun yang lalu." Ray menunjukkan foto Mechala.

Semua teman-teman Ray melihat ke foto itu.

"Kalian lihat. Ada ribuan nama Mekhala Ancali, sulit mengenali wajahnya di foto ini karena diambil 28 tahun. Dia pasti sudah tua saat ini."

"Lalu?" tanya Arlo The Octopus, "Bagaimana cara kita menemukannya?"

"Surat yang dia kirim tidak ada lagi, tapi aku dapat akses ke email yang dikirim 15 tahun yang lalu. Aku dapat lokasinya, dahulunya tempat itu internet cafe. Dia mengirim email dari sana.

Mari kita kecilkan zona pencarian. Hanya di sekitaran internet cafe yang digunakan Mekhala dalam radius sepuluh kilometer. Berapa banyak 'Mechala' yang kita temukan di sekitaran internet kafe ini?" Ray mengetik keyboard dengan lincah. Dia memperhatikan beberapa nama wilayah yang muncul tertera di layar.

"Daniel, masukan semua nama wilayah ini di komputer itu. Kita lihat berapa banyak 'Mechala.' Ray menunjuk komputer yang tadi digunakan Daniel untuk mengetikkan nama Mekhala menggunakan huruf Thai.

Daniel melakukannya, dia mengetikkan nama-nama wilayah yang sebelumnya Ray cari. Semuanya menatap layar besar. Muncul dua puluh nama 'Mekhala Ancali'.

"Good, sekarang kita hanya perlu menyaringnya lagi dengan berapa banyak Mekhala Ancali yang lansia?" Oscar tersenyum senang.

"Betul sekali." Ray tersenyum senang.

Beberapa detik kemudian layar itu menunjukan hasil ada dua 'Mekhala Ancali' yang berusia cukup tua.

"Sekarang tugas kita hanya tinggal memastikan Mekhala mana yang target kita." Arlo tersenyum senang.

"Yes, Buddy! Kita harus berangkat ke sana, lalu mencari tahu anak May." Ray memutar kursinya dengan riang. Mata abu-abunya berbinar terang.

"Kapan kita berangkat? Jake tidak ikut?" Nada suara Oscar terdengar berat.

"Kita akan berangkat lusa nanti. Mengenai Jake, aku sudah menghubunginya puluhan kali. Selalu mesin yang menjawabnya. Aku rasa dia butuh dorongan kuat. Tidak papa, kita pergi lebih dulu." Ray optimis.

***

Seorang wanita berusia empat puluhan akhir sibuk memasak di dapur. Waktu sudah menunjukkan pukul 10:15 pagi. Dia harus mengantarkan katering makan siang ke sebuah perkantoran.

"Permisi ... ada orang?!"

Suara seorang laki-laki di luar sana membuatnya menghentikan pekerjaan. Ia matikan kompor lalu secepatnya keluar dan mencari tahu siapa yang datang. Wanita itu memperhatikan seorang lelaki berdiri di depan rumahnya. Dia memicingkan mata.

"Nyonya Mekhala Ancali?" tanya seorang laki-laki muda. Dia tampan menurut wanita itu. Seorang laki-laki dengan seragam kurir pengantar paket. Namun, wajahnya tidak seperti orang kebanyakan yang dia temui.

"Ya betul."

"Ini ada paket untukmu." Laki-laki itu menyerahkan paket, "Isinya baju." Laki-laki itu membaca keterangan di paket itu.

"Baju?" wanita itu kebingungan.

"Iya. Ini paket untukmu. Tandatangani tanda terimanya lalu tuliskan namamu di bawahnya."

"Baiklah," ucap wanita itu. Ia menandatanganinya.

"Sekarang aku harus mengambil fotomu bersama paketnya. Aku harus mengirimkannya ke kantor." Wanita itu mengangguk. Ia menuruti permintaan si kurir paket.

"Kau orang asing?" tanya wanita itu. Wajah si kurir paket sangat berbeda dengan orang-orang biasanya. Dia lebih terlihat seperti turis.

"Tidak, Nyonya. Aku bukan orang asing. Ibuku orang Thai dan ayahku orang Inggris."

"Oh, begitu?"

"Iya."

"Kau tinggal di sini?"

"Tidak, Nyonya. Aku baru beberapa tahun tinggal di sini."

"Bahasa Thai-mu bagus sekali."

"Ibuku yang mengajarkan sejak aku kecil."

"Ah, begitu."

"Anakku juga punya darah campuran sepertimu."

"Oh, ya? Wah ... dia pasti cantik sekali? Eh ... dia laki-laki atau perempuan?"

"Laki-laki."

"Dia pasti tampan. Dia bekerja?"

"Ya, dia bekerja di perusahaan farmasi. Terima kasih paketnya." Wanita itu mengacungkan paket. Dia sibuk dan harus kembali ke aktivitasnya, memasak.

"Iya, Nyonya." Si pengantar paket berlalu pergi menggunakan sepeda motor. Dia berhenti di tepi jalan lalu mengirimkan hasil foto si wanita dan juga tulisan tangannya.

{Bagus, Starfish. Hanya satu lagi Mekhala Ancali} Ray Si Dolphin tersenyum saat mendapatkan pesan dari Daniel.

{Dia berkata punya anak berdarah campuran. Anak itu laki-laki dan bekerja di perusahaan farmasi} balas Daniel.

{Orca dan Octopus akan segera melakukan pengintaian setelah kau konfirmasi MekhalaAncali yang satunya}

Ray memberi perintah. Daniel yang bernama samaran Starfish yang berarti Bintang Laut melanjutkan misinya. Dia juga mengulangi hal tersebut pada Mekhala Ancali yang satunya. Meminta wanita itu untuk menandatangani tanda terima dan memintanya menuliskan namanya lalu berfoto bersama paket. Daniel kembali mengirimkan hasilnya pada Ray.

Ray bersama Dexter di villanya yang mewah. Villa di pinggiran pantai. Sangat cantik dan memikat.

"Sir Dexter, yang mana menurutmu Mekhala Ancali yang kau cari?" Ray menunjukan foto kedua Mekhala yang diselidiki Daniel beserta tulisan tangannya.

Dexter memperhatikan dengan seksama. Mereka sudah berpisah lebih dari dua puluh tujuh tahun. Tentu saja wajah Mekhala tidak lagi sama. Ia sudah menua. Namun, dengan yakin Dexters menunjuk foto yang pertama. Dirinya menjadi semakin yakin setelah melihat tulisan tangannya.

{Mangsa sudah ditemukan. Target pertama positif} Ray mengirim pesan kepada teman-temannya.

Oscar dan Arlo segera paham. Mereka harus meneliti tempat tinggal Mekhala untuk mencari tahu yang putranya. Dia target selanjutnya.

***

Tim Dark Ocean melakukan pengintaian, tapi bukan mereka langsung. Wajah mereka sangat berbeda dengan penduduk asli. Daniel menanyai remaja di sekitar tempat tinggal Mekhala mencari informasi mengenai anak Mekhala dan memberikan mereka sedikit uang sebagai imbalan.

Daniel, Oscar dan Arlo memperhatikan gerak-gerik anak Mekhala dengan saksama. Dia bernama Aran. Mereka sudah mendapatkan info di mana anak Mekhala bekerja. Sehingga jadi lebih mudah mengawasi Aran saat dia tidak berada di lingkungan perumahannya.

Mereka bertiga sering berselisihan dengannya dan hanya dianggap sebagai turis asing. Mereka mengawasi kebiasaanya terlebih dahulu sebelum menjalankan misi. Mengambil sampel untuk tes DNA tanpa Aran sadari.

Sementara teman-temannya melakukan pengintaian anak Mechala, Ray mencari Florence. Di dalam tubuh Florence masih tertanam GPS sehingga dia bisa menemukannya dengan mudah.

Si Dolphin mendatangi sebuah sekolah internasional yang sangat elit. Dia yakin Bella sekolah di tempat itu, karena dia mendapat jejak Florence bolak-balik ke tempat itu.

Dia memperhatikan dari jauh wanita cantik yang keluar dari mobil, rambutnya blonde sebatas bahu. Ray menurunkan topinya sehingga wajahnya hampir tidak terlihat. Dia memasang tudung jaket lalu berjalan cepat ke arah wanita yang bersandar di sisi mobil. Wanita itu melihat jauh ke depan. Dia memperhatikan seorang gadis kecil yang berlari riang ke arahnya.

Ray semakin mempercepat langkahnya.

"Aku mengunjungimu, Florence. Seperti janjiku padamu tiga bulan yang lalu," ucap Ray pelan dan lirih. Ia terus melangkah maju dan Florence juga melangkah maju menyongsong sang putri.

Ray tersenyum sambil menundukkan wajahnya dalam-dalam.

Bugh!

Ray menabrak tubuh Florence dengan sengaja. Ia memalingkan wajah ke arah Bella ingin melihat wajah gadis kecil itu. Dirinya ingin melihat senyum bahagia Bella. Pengorbanan Tim Dark Ocean akan terasa setimpal dengan melihat mereka berdua tersenyum. Ray sengaja menabrak Florence karena laki-laki itu merindukannya dan ingin mengerjainya.

"Hei! Perhatikan langkahmu!" Florence terkejut saat seseorang menabrak tubuhnya.

"I'm so sorry, Mum." Ray menoleh ke arah Florence, tetapi dia menundukkan wajahnya dalam-dalam dan betapa terkejutnya ia melihat pergelangan kaki kanan Florence. Di sana masih terdapat tato yang dibuat Don Juan dulu kepadanya. Wajah Ray memucat dia mempercepat langkahnya segera kembali ke villa. Kening Florence mengkerut saat mendengar suara lelaki yang menabraknya.

"Momy!" Bella berlari ke arah ibunya. Perhatian Florence segera teralihkan.

Ketika Tim Dark Ocean berkumpul Ray menceritakan dia melihat Florence masih memiliki tato itu. Semua orang terkejut dan kesal. Jika sampai Florence tertangkap semuanya jadi sia-sia.

"Teman-teman. Kalian lanjutkan dulu pengintaian, aku harus menjemput Jake. Aku yakin berita ini pasti bisa membuatnya mau bergabung kembali."

"Ya, bawa dia ke sini. Apa yang dilakukannya di sana? Jadi pelanggan tetap kelab malam?" Oscar menggelengkan kepala.

"Jika dia bertanya kepada kalian tentang misi ini, katakan kalian tidak tau. Kalian paham? Jika tidak, aku yakin, Jake akan tetap memilih berhibernasi dalam goa menghabiskan warisan orang tua angkatnya," ucap Ray mewanti-wanti.

"Hei, Dolphin!" Arlo melihat dalam ke wajah Ray, "Sejak kapan kau yang mengatur kami, hah?" Arlo mengangkat dagu. Beberapa hari terakhir Ray terlihat sangat bossy.

"Sejak aku mendirikan bisnis The Five Brother Investigation. Aku atasan kalian." Ray tersenyum angkuh.

"Atasan?! Kau kerjalah sendiri!" ucap mereka bersamaan, "Jalankan The Dolphin Investigation saja." Mereka membalikkan tubuh bersama-sama keluar ruangan.

"Eh ... tidak, tidak! Kita setara. Kita tim, bukan? tidak ada atasan dan bawahan." Ray meralat kata-katanya.

"Good!" ucap mereka bersamaan sambil mengecup kening si Dolphin dengan gemas.

"Menjauh dariku!" Ray gusar. Dia paling muda di antara mereka dan teman-temannya selalu saja memperlakukan Ray seperti adik kecil.