Di pagi hari yang sangat cerah, Azara dan Azka sudah siap untuk pergi ke rumah sakit menjenguk kakek tua pemulung yang masih dirawat di sana.
Di dalam mobil Azka kembali menanyakan pertanyaan yang waktu itu belum sempat dijawab oleh Azara. Ia masih merasa pemasaran dengan kekuatan yang dimiliki oleh Azara.
Karena Azka tahu kemampuan Azara yang dapat mendengar suara hati dan pikiran orang lain itu tidak banyak dimiliki oleh manusia biasa.
"Azara, kamu belum menjawab pertanyaanku yang waktu itu," kata Azka menoleh ke arah Azara yang duduk di sampingnya.
"Soal apa?"
"Soal kemampuan kamu itu," sahut Azka pelan.
"Oh soal itu, aku memang sudah punya kemampuan itu dari lahir," jawab Azara pelan dan berkata jujur.
Azka mengangguk kemudian berkata lagi,"Lalu ayahmu?"
"Maksud kamu?"
"Maksud aku apakah ayah kamu juga tahu dengan kemampuan kamu ini?"
"Iya. Meskipun dia bukan ayah kandungku, tapi dia tahu semua tentang aku. Termasuk dengan kemampuan yang aku miliki ini," jawab Azara sambil tersenyum.
"Bukan ayah kandung?" tanya Azka terlihat sedikit terkejut.
"Iya. Dia bukan ayah kandungku. Dia mengadopsi aku sewaktu aku masih berusia 7tahun dari panti asuhan. Dia juga yang sudah sangat membantuku melewati kehidupan ini. Biarpun begitu, aku sangat mencintai dia. Dia laki-laki yang hebat," ucap Azara dengan mata yang berkaca-kaca.
Melihat wajah Azara yang sedih, Azka jadi merasa bersalah karena kembali mengungkit masalalu tentang ayahnya yang sudah meninggal dunia.
"Maafkan aku Azara. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk mengungkit masalah itu," kata Azka dengan wajah yang sangat merasa bersalah.
"Aku tidak akan memaafkanmu!" jawab Azara meledek.
Azka hanya tersenyum sambil berkata,"Aku pikir kamu serius," katanya merasa lega ketika ia mengetahui Azara hanya sedang bercanda saja.
Sesampainya di rumah sakit Azara dan Azka langsung menuju ke ruang dimana kakek itu dirawat.
"Kakek apa kabar?" tanya Azara dengan ramah.
Kakek itu hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Azara.
Namun di dalam hatinya ia bersuara,'Aku baik. Terimakasih banyak sudah menyelamatkan nyawaku. Sekarang aku tidak ingin bicara denganmu. Karena aku merasa ada seseorang yang sedang mengintaiku.'
Azara yang bisa mendengar suara hati kakek itu dengan cepat membisikkan suara di telinganya.
"Bisakah kakek katakan padaku bagaimana ciri-ciri pelaku itu?" tanya Azara pelan.
Kakek itu hanya diam tanpa bicara sedikitpun.
Lalu Azara kembali membisiki kakek itu.
"Dimana orang itu Kek?" kata Azara pelan di dekat telinga kakek tua itu.
'Aku tidak tahu. Mungkin ini hanya perasaan aku saja. Tapi aku sangat yakin kalau ada seseorang yang sedang memperhatikan ku,' gumam si kakek tua itu di dalam hatinya.
"Kakek tenang saja. Aku akan meminta bantuan kepada polisi untuk berjaga di sini jadi Kakek tidak perlu takut lagi. Sekarang apakah Kakek bisa jelaskan padaku bagaimana ciri-ciri pelaku itu?" kata Azara pelan.
Azka hanya diam dan tersenyum melihat bagaimana Azara menyikapi kakek tua itu dengan kemampuan yang ia miliki.
'Dia benar-benar perempuan yang hebat,' gumam Azka di dalam hatinya.
Mendengar suara hati Azka, Azara menoleh ke arah Azka sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir.
Azara merasa terganggu dengan suara hati Azka yang tadi ia dengar.
Melihat ekspresi Azara, Azka memilih diam dan keluar dari ruangan kakek itu.
Ia lebih baik menunggu di luar ruangan agar tidak mengganggu konsentrasi Azara.
Ketika sedang duduk di depan ruangan, Azka melihat seseorang berpakaian serba hitam sedang melihat ke arahnya. Dengan cepat Azka mendekat ke arahnya. Namun sayang orang berjubah hitam itu sudah lebih dulu lari dan menghindar dari kejaran Azka.
Azka terus mengejarnya sampai nafasnya hampir habis. Sampai di Koridor rumah sakit, langkah Azka terhenti ketika seorang perempuan tua terjatuh akibat tertabrak olehnya.
"Maaf Nek, maafkan saya..." kata Azka sambil membantu nenek itu berdiri lagi.
Ketika sudah selesai berurusan dengan nenek itu, Azka kembali ingin mengejar orang berjubah hitam tadi. Namun sayangnya Azka kehilangan jejak.
Orang itu dengan cepat menghilang tanpa jejak.
Azka yang masih terengah-engah mencoba menenangkan dirinya. Setelah sedikit lebih tenang, ia melangkah menuju ke ruang CCTV untuk melihat siapa orang berpakaian serba hitam tadi.
Namun di tengah perjalanan tiba-tiba ponsel Azka berbunyi. Ada panggilan masuk dari Azara.
(Mendengar)
"Baiklah aku akan segera ke sana," kata Azka terburu-buru mematikan panggilannya.
Azka berlari menuju ke ruangan kakek itu.
Sesampainya di sana, dilihatnya sudah ada dua orang polisi yang berjaga di depan ruangan.
"Aku meminta dua polisi ini untuk menjaga kakek yang sekarang statusnya sudah menjadi saksi," kata Azara menyambut kedatangan Azka di depan ruangan.
"Baguslah kalau begitu, sekarang kita harus pergi dari sini!" ucap Azka terburu-buru menarik tangan Azara.
"Ada apa? Kenapa wajahmu pucat begitu? Kamu kenapa?" tanya Azara mulai panik melihat Azka yang masih pucat.
Azka pun mulai menceritakan tentang apa yang tadi ia lihat. Sontak hal itu membuat Azara sangat terkejut.
"Berarti benar apa yang tadi dikatakan oleh kakek itu. Tadi kakek itu juga bilang kalau ada seseorang yang sedang mengintainya. Kakek itu sampai ketakutan, makanya aku meminta dua orang polisi untuk berjaga di depan ruangan kakek," kata Azara menatap Azka.
"Ayo kita ke ruang CCTV sekarang!" Azka menarik tangan Azara. Mereka pun berjalan menuju ke ruangan CCTV di rumah sakit itu.
"Kamu tidak lupa kan untuk menanyakan ciri-ciri pelakunya sama kakek itu?" tanya Azka menatap Azara.
"Iya. Aku sudah menanyakan itu tadi. Kakek bilang ciri-ciri pelakunya berpakaian jubah hitam dan mengenakan topeng," kata Azara mengangguk dengan sangat yakin.
"Mengenakan topeng?" sahut Azka sedikit terkejut.
"Iya."
"Sial! Ini akan semakin sulit untuk diungkap," gerutu Azka yang tampak sedikit kesal.
Azka tampak semakin tertekan setelah mengetahui ciri pelaku itu.
Mereka pun melanjutkan langkah mereka menuju ke ruang CCTV.
Sementara orang berjubah hitam yang tadi mengintai ruangan kakek itu kini sudah melepas jubahnya dan masih mengintai mereka dari kejauhan.
Sesampainya di ruang CCTV, Azka segera menunjukkan ID cardnya dan menjelaskan tujuan kedatangannya kepada petugas yang berjaga di ruangan itu.
"Permisi Pak, kami dari pihak kepolisian. Mohon kerja samanya untuk mengecek CCTV di rumah sakit ini. Karena kami sedang mencari pelaku pembunuhan. Kira-kira setengah jam yang lalu," ucap Azka dengan tegas.
"Baik Pak," kata petugas sambil membuka rekaman itu.
Namun ada yang mengganjal dari rekaman CCTV yang ada di ruangan itu.
Rekaman sekitar setengah jam yang lalu, tidak terlihat di layar komputer.
"Kok tidak ada ya?" kata petugas itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Apa Bapak tadi meninggalkan ruangan ini?" tanya Azka mulai mencurigai sesuatu.
Petugas security yang berjaga di ruangan itu mencoba mengingat kembali kejadian setengah jam yang lalu di ruangan ini.