40 Keserakahan Lusi

Dalam keadaan masih syok, Lusi masih sempat bersyukur atas kejadian ini, setidaknya itu bisa membuat Luis tertahan bersamanya untuk beberapa hari ke depan fikirnya. Lusi merasa keberuntungan sedang menghampirinya.

Seketika lokasi kejadian kecelakaan menjadi ramai orang yang berkerumun karena penasaran ingin mengetahui kronologi kejadian. Beberapa orang membantu evakuasi korban kecelakaan, ada pula yang mengatur lalu lintas, menghubungi Rumah Sakit dan polisi.

Beberapa saat kemudian mobi Ambulans datang, Lusi minta ikut satu Ambulans dengan Luis yang tidak sadarkan diri. Sepuluhbmenit kemudian mereka sampai di Sunway Medical Centre Kuala Lumpur.

Luis segera di bawa masuk ke ruang tindakan karena terlihat mendapat cidera yang serius. Sementara Lusi mendapatkan perawatan luka ringan karena hanya luka gores di dahi, beberapa di tangan dan kaki.

Lusi menunggu di depan pintu ruang tindakan IGD, dia berdiri mondar - mandir seperti satpam kepanasan sambil mengigiti kuku jari jemarinya. Lusi nampak gelisah..dia menerka nerka kondisi Luis setelah mengalami kecelakaan. Lusi sungguh berharap keberuntungan sekali lagi berpihak kepadanya.

Satu jam kemudian tindakan keperawatan Luis selesai, seorang wanita keluar dari ruangan tersebut. "Nona, apakah anda keluarga pasien di dalam?" tanya perawat tersebut.

"Iya..iya betul, saya tunangannya" Lusi mengambil kesempatan untuk mengambil alih kuasa atas Luis.

"Ini ponsel dan beberapa barang berharga milik Tuan Luis, dan silakan nona ikut saya, sebab dokter ingin bertemu".

"Baik" Lusi menerima ponsel dan beberapa barang milik Luis, Lusi mengekori langkah perawat tersebut menuju ruangan dokter. Perawat tersebut mempersilakan Lusi masuk ke ruangan dokter dan duduk menunggu.

Seorang dokter pria paruh baya masuk ke ruangan dari pintu samping, "Selamat sore nona, prkenalkan nama saya dr.Faisal, dokter spesialis yang merawat Tuan Luis. Anda siapanya pasien?" tanya dokter tersebut memastikan.

"Ehm...saya tunangannya dok".

"Dimana keluarga inti pasien?".

"Kak Lisa, kakaknya sedang di luar negara jadi sepenuhnya mengijinkan saya untuk mengurus Luis, dan juga kami sudah tinggal bersama sejak lama jadi dokter bisa percayakan ke saya" Lusi coba meyakinkan dokter.

"Baiklah, jadi begini...kecelakaan tersebut mengakibatkan trauma benturan yang merusak otak secara langsung, benturan yang menyebabkan reaksi radang / inflamasi hebat dan terus berproses hingga merusak otak, dan peningkatkan volume darah dalam rongga otak".

"Karena rongga otak tidak mungkin bertambah besar, maka peningkatan volume akan menekan batang otak. Padahal bagian ini sangat vital untuk pusat kesadaran, pengatur pernapasan, dan pengatur denyut jantung". Lusi terkejut mendengar penjelasan dokter, ternyata begitu parah luka yang dialami Luis.

"Sejauh pemeriksaan yang sudah saya lakukan, tingkat kesadaran pasien mulai membaik sekarang, namun akan memburuk beberapa hari kemudian karena ada perdarahan di dalam kepalanya".

"Apakah pasien akan hilang ingatan?" Lusi tidak sabar, keserakahannya semakin menjadi.

"Itu bisa saja terjadi, tapi sejauh ini pasien belum menunjukkan tanda - tanda hilang ingatan. Anda harus bersyukur karena pasien tak henti memanggil nama anda saat saya sedang memberikan tindakan perawatan, Tuan Luis bilang : Winda..sayang..kita akan segera bertemu...kamu harus sabar menantiku". dr.Faisal tersenyum menceritakan keromantisan Luis di ruang tindakan tadi.

Lusi mengukir senyum yang dipaksakan di bibirnya..senyuman pahit tersembul di permukaan, hatinya perih bagai luka yang ditaburi garam mendengar cerita dr.Faisal.

"Saya akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui apakah saraf - saraf pada tulang belakangnya masih berfungsi dengan baik. Saya akan segera mengabari anda jika hasilnya sudah keluar" dr.Faisal segera menyelesaikan penjelasannya begitu melihat ekspresi ganjil pada wajah wanita di depannya itu.

"Terima kasih dokter".

Sementara itu di KLIA, Niko masih setia menanti Tuannya, berulang kali dia melihat jam di tangannya dan menghubungi nomor yang sama selama dua jam. Sekali lagi Niko menghubungi nomor Luis namun masih tidak di angkat.

//🎵🎵🎵//

📨"Pulanglah dan kerjakan urusan bisnis di Yogyakarta, Aku masih ada urusan disini".

📨"Baik, apa Tuan baik - baik saja?" Niko memastikan sebab Tuannya itu sulit di hubungi setelah telfonnya siang tadi.

📨"Tidak usah banyak tanya, lakukan saja perintahku!".

📨"Baiklah Tuan, maafkan saya" Niko semakin curiga dengan bahasa pesan Luis yang tidak seperti biasanya.

Lusi menekan nomor yang sering dia hubungi, dia menelfon papinya untuk minta bodyguard dan menceritakan kejadian tadi siang. Lusi juga meminta papinya agar merahasiakan kejadian ini dari keluarga Adijaya.

📞"Sayang..jangan egois, merahasiakan dari keluarga Adijaya hanya akan menimbulkan masalah baru untukmu. Berhentilah memaksakan kehendakmu" nasehat Tuan Jhonas.

📞"Papi..please..beri Lusi kesempatan untuk memiliki Luis, Lusi begitu mencintai Luis. Lusi janji tidak akan minta apapun lagi..Lusi hanya ingin berada di samping Luis. Lusi mohon..kali ini saja kabulkan permintaan Lusi" Lusi mulai mengeluarkan air mata dramanya untuk meraih simpati orang tuanya.

📞"Huft..baiklah, tapi Papi akan tetap mengawasimu dan memberi tahu keluarga Adijaya yang sebenarnya jika kondisi Luis memburuk. Ingat sayang..jangan berbuat hal bodoh karena kamu bisa terjerat hukum pidana" Tuan Jhonas memperingatkan putri tunggalnya yang selalu berbuat hal bodoh untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.

📞"Iya..iya..papi tenang saja".

Lusi tertawa kegirangan setelah menelfon papinya, dia menunjukkan wajah sombongnya. "Dua masalah sudah teratasi, tinggal memikirkan rencana selanjutnya" batin Lusi dalam hati.

Lusi mengambil ponsel Luis dan mulai menekan beberapa digit nomer. " Sekarang giliranmu!"

Bibir tipis Lusi berubah seketika, senyum liciknya terlukis jelas di wajah cantiknya. Sekarang tinggal menyingkirkan wanita pengganggu...

avataravatar
Next chapter