webnovel

Antonia vs Sergiu

Pagi hari yang dingin, para Tentara dan warga sipil tengah bahu-membahu membereskan puing-puing reruntuhan dari setiap bangunan yang hancur akibat serangan brutal Tentara Ukraina yang menyasar Warga Sipil. Mereka bekerja keras dan bekerja ikhlas untuk menyelamatkan nyawa-nyawa yang barangkali ada orang yang masih selamat dalam timbunan reruntuhan bangunan.

Suara tangisan bayi terdengar dari arah barat, tepatnya reruntuhan sebuah rumah bertingkat dua. Orang-orang berlari menuju ke sumber tangisan bayi dan mereka bahu-membahu menyingkirkan reruntuhan puing-puing bangunan untuk menyelamatkan sang bayi.

Antonia bekerja dengan penuh semangat menyingkirkan puing-puing. Meskipun dia merasa kelelahan, namun bagi dirinya, keselamatan orang lain terutama seorang bayi jauh lebih utama daripada kelelahan yang menimpa dirinya. "Aku adalah seorang Ayah, dan aku harus menyelamatkannya apapun yang terjadi," gumamnya dalam hati.

Jiwa ayah Antonia begitu besar dan dia tidak ingin melihat ada bayi atau anak-anak yang menderita. Dalam perang ini dia selalu teringat akan sosok anaknya yang masih kecil yang tengah mengunggunya di rumah beserta istrinya. Maka dari itu, Antonia akan berjuang untuk bertahan hidup demi melindungi Donbass dan rakyatnya dengan darah dan juga keringatnya.

Setelah memindahkan puing-puing reruntuhan, Antonia tersenyum bahagia melihat kondisi bayi tersebut terlihat baik-baik saja dalam pelukan jasad ibunya. Dia segera mengambil bayi tersebut untuk diberikan pertolongan pertama oleh Tenaga Kesehatan.

Orang-orang memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa melihat bahwa bayi tersebut masih hidup.

Masih ada secercah harapan di tengah Peperangan yang brutal.

.

.

Antonia tengah duduk bersender pada sebuah dinding di sebuah gedung untuk mencari sinyal setelah seharian penuh dia bekerja di lapangan untuk menyelamatkan Orang-rang yang tertimbun reruntuhan bangunan.

Dia tengah menghubungi istrinya melalui sambungan video.

Panggilanpun terhubung dengan cepat, dan dia disambut dengan sambutan hangat dari Istri yang tengah menggendong anak perempuannya yang masih berusia empat bulan yang tertidur dalam pelukannya.

"Kamu sudah makan belum, Viktor? Barusan aku diajak makan malam di restorannya Charlemagne beserta anggota keluarga cabang Hohenzollern-Sigmaringen dan yang lainnya."

"Aku sudah makan, sayang, dan terima kasih atas kepedulianmu. Aku di sini baik-baik saja dan tahun depan aku akan pulang ke Potsdam," balas Antonia dengan senyuman di wajahnya. Meskipun menjalani hari yang berat, dia harus menujukkan senyuman serta keadaan yang baik agar Istri dan Keluarganya tidak mengkhawatirkan dirinya.

"Syukurlah kalau kau baik-baik saja. Aku benar-benar khawatir kau bekerja di PMC, meskipun PMC tersebut masih milik dari kerabatmu." Meskipun Antonia menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja, namun rasa khawatir tergambar jelas di wajah cantik istrinya yang sedikit berjerawat dengan berambut pendek bergelombang sebahu dan berwarna hitam legam yang menjadi mahkota indah pada kepalanya. "Kenapa kau tidak menjadi Tentara Reguler saja?"

"Kalau jadi PMC itu memiliki banyak tantangan serta bisa mendapatkan banyak pengalaman tempur. Kalau Tentara Reguler, jarang diterjunkan untuk hal yang menantang dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam Perang ini, baik Russia, Prussia, China, dan Azerbaijan lebih menejurkan PMC daripada Tentara Reguler mereka."

"Kalau begitu, berjuanglah untuk melindungi mereka di Donbass dan kembalilah dengan selamat, sayang. Kami semua di sini merindukanmu."

"Aku tidak akan mati dengan mudahnya, cintaku," balas Antonia dengan nada penuh semangat. "Aku akan berjuang di sini dan aku berjanji akan kembali dengan selamat, sayang. Aku sudahi dulu yah. Selamat malam, sayang."

Panggilan video tersebut berakhir dan ketika Antonia memasukkan ponselnya. Sebuah peluru melesat dengan sangat cepat di depan wajahnya dan hampir saja itu membunuhnya.

Antonia segera menunduk sebelum adanya tembakan kedua. Dia telah mendeteksi lokasi musuhnya dengan kemampuan kewastikaan yang dia miliki. Musuh berada di jarak tujuh ratus meter arah barat laut.

"Sepertinya dia memiliki kemampuan penglihatan yang tajam, hingga bisa mengetahui posisiku yang berada di dekat jendela sebuah gedung," ujar Antonia sambil mempersiapkan senjata api dan tajam yang akan dia bawa. "Akan lebih menarik jika bertarung denganmu dari jarak dekat."

Sementara itu di sebuah tempat yang dipenuhi dengan semak belukar, seorang sniper Ukraina yang dilengkapi dengan persenjataan yang berat tengah memburu mangsanya. Tembakannya menjatuhkan seorang Tentara Donetsk yang tengah berjaga di atas sebuah bangunan yang berjarak enam ratus delapan puluh tiga meter dari posisinya.

"Para bajingan itu tidak akan berani melawanku. Jangankan melawan, untuk mendekati saja aku yakin mereka tidak akan pernah bisa," ungkap sniper tersebut dengan penuh percaya diri.

Antonia berjalan dengan penuh percaya diri menuju ke arah barat laut. Rekan-rekannya menanyakan ke mana dia akan pergi, dan Antonia hanya menjawabnya dengan kalimat, "Biarkan aku mencabut nyawanya."

Merasakan adanya sebuah peluru yang melesat dengan kecepatan tinggi. Antonia segera menarik pedangnya dan membelah peluru tersebut hingga terbelah menjadi dua bagian.

"Sepertinya dia sangat serius ingin bertarung melawanku," gumam Antonia.

Sergiu Piturca segera berdiri dari posisinya. Penampilannya terlihat menyeramkan bagaikan hantu dengan mata yang memancarkan cahaya berwarna hijau, ekspresi wajah yang datar dengan tatapan mata yang tajam layaknya burung elang dan mengenakan seragam militer berwarna serba hitam yang lengkap dengan armor dan berbagai peralatan tempur lainnya.

Antonia berjalan perlahan dengan menenteng senapan Armalite AR-50 yang dia dapatkan sewaktu bekerja di China. Dia meninggalkan posisinya untuk memburu musuhnya. Dari kejauhan, dia melihat dua titik cahaya berwarna kehijauan yang terlihat menyeramkan.

"Sepertinya dia adalah musuhku."

Mereka berdua berjalan untuk saling berdekatan layaknya dua Cowboy yang akan saling adu tembak dari jarak dekat secara jantan. Jauh di lubuk hatinya, Antonia merasakan bahwa ini adalah akhir dari hidupnya, tapi dia berpikir bahwa dia tidak akan mati dengan mudahnya meskipun harus berhadapan dengan para iblis.

Dia telah selamat dari berbagai kematian yang tak terhitung dalam melawan musuh yang tak bisa diduga. Keraguan yang tengah menimpa dirinya adalah hal yang wajar sebagai seorang manusia biasa, yang terkadang dilanda keraguan jika berhadapan dengan situasi yang tak terduga.

Terlepas tentang keraguan yang tengah menimpa dirinya, Antonia berusaha menyakinkan dirinya bahwa dia tidak akan mati dengan mudahnya karena ada istri dan sang anak yang tengah menunggu di rumahnya dan selalu mendoakan agar dirinya baik-baik saja.

Dia sangat menyayangi Keluarga, Klan, dan Negaranya, maka Antonia harus berjuang untuk Orang-orang yang dia sayangi.

Sebuah hal yang tak terduga terjadi, di mana Sergiu membuang senapannya. Melihat hal tersebut membuat Antonia kaget.

"Kenapa kau membuang senapanmu?" tanya Antonia dengan berteriak.

"Aku rasa kita berada di level yang sama!" jawabnya berteriak. "Selain itu, akan terasa lebih greget jika bertarung tangan kosong denganmu, mengingat kita sama-sama seorang Tentara Bayaran! Katakan kepadaku, berasal dari mana kau?"

"Aku berasal dari Burgman Group," jawab Antonia.

"Blackwater!"

Setelah memperkenalkan dari PMC mana mereka berasal, mereka berdua saling berlari dengan begitu cepat. Ketika mereka berdua berada dalam jarak yang dekat. Mereka saling tinju. Pukulan Antonia mengenai wajah musuhnya yang ditutupi oleh topeng hitam, sementara pukulan Sergiu mengenai pipi bagian kanan Antonia. Pukulan Antonia begitu keras sehingga menyebabkan Sergiu terpental sejauh tiga meter.

Antonia melompat untuk menghantam musuhnya dengan kedua sikutnya, namun dia berguling ke arah samping kanan. Sergiu berdiri dengan cepat dan menendang Antonia dan Antonia membalasnya dengan menyapu kaki musuhnya sehingga dia terjatuh.

Mereka berdua bangkit perlahan dan memasang posisi kuda-kudanya. Mereka berdua saling serang dengan melancarkan beberapa teknik pukulan dan tendangan mereka. Meskipun mereka berdua memiliki kemampuan beladiri yang baik, namun ketika mereka bertarung, mereka tidak ada bedanya dengan para berandalan yang bertarung tanpa pandang bulu, dan tanpa memikirkan teknik.

Dalam pertarungan jalanan, yang paling penting adalah tekad serta keinginan untuk menang dan melumpuhkan musuh.

Sergiu menahan tendangan lurus dari Antonia, namun dengan gerakan cepat Antonia maju dengan mengangkat kakinya lalu memberikan sebuah tendangan sehingga mengenai dada Sergiu dan membuatnya jatuh terpental.

"Siapa namamu?" tanya Antonia.

"Sergiu Piturca," jawabnya dengan nafas terengah-engah.

"Antonia," katanya dengan menyebutkan nama panggilannya, karena nama lengkapnya sangat panjang seperti kereta, tipikal para Bangsawan Europa keturunan Jerman yang suka memberikan nama yang sangat panjang.

Antonia berjalan perlahan menghampiri Sergiu yang terlihat tidak berdaya. Dia mengangkat kaki kanannya untuk menginjak musuhnya tersebut, namun Sergiu segera melakukan serangan kejutan dengan menerjangnya dan menjatuhkan Tentara Bayaran dari Burgmann Group tersebut. Sergiu segera menduduki perut Antonia dan memberikan pukulan yang bertubi-tubi ke arah wajahnya. Antonia berusaha menangkis setiap pukulan dari Sergiu dan sengan sekuat tenaga Antonia bangkit berdiri sehingga membuat Sergiu terjatuh. Dia menarik kaki musuhnya dan menariknya lalu memberikan tendangan yang cukup kuat ke arah area vital musuhnya.

Sergiu berguling-guling di tanah menahan rasa sakit yang luar biasa pada area vitalnya. Antonia menangangkat tubuh Sergiu lalu melemparnya ke arah sebuah pohon, sehingga musuhnya menghantam sebuah batu dan menghancurkan topengnya.

Antonia membalik tubuh musuhnya yang memperlihatkan wajah seorang Lelaki yang dipenuhi dengan bekas luka bakar dan dibasahi dengan darah. Tanpa pikir panjang Antonia segera menghajar Sergiu secara membabi buta sehingga membuatnya benar-benar tidak sadarkan diri.

Antonia menjambak rambut Sergiu lalu menghantamkan kepala musuhnya pada sebuah batang pohon berkali-kali sehingga darah yang membasahi wajahnya semakin banyak. Dia menarik tubuh musuhnya lalu mengangatkan ke udara dan membanting musuhnya ke arah sebuah batu sehingga membuatnya langsung pingsan seketika.

Antonia mengeluarkan belatinya dan langsung menggorok leher musuhnya sehingga kepalanya terpisah dari tubuhnya. Dia berjalan dengan santai sambil menenteng kepala musuhnya. Bagi Tentara PMC, tindakan kejam seperti ini adalah hal yang wajar dan tidak akan merusak citra dari sebuah Negara, karena para Tentara PMC berperang untuk instansi mereka, bukan untuk negara atau politisi yang menyewanya, sehingga mereka bisa melakukan hal-hal keji, dan brutal tanpa harus tersentuh masalah hukum, dan HAM.

Suara langkah kaki yang kuat terdengar dari dalam kegelapan dari arah barat laut. Tentara Donetsk menodongkan senjata mereka ke sumber bunyi tersebut, barangkali ada seorang Tentara musuh yang sangat kuat tengah menghampiri mereka.

"Jangan khawatir, dia Antonia, rekan kita dari Burgmann Group," kata salah seorang lelaki berkumis tebal dan berbadan gemuk yang merupakan seorang Letnan bernama Andrei Balcescu.

Antonia melempar dengan keras kepala dari seorang yang wajahnya dipenuhi luka bakar dan luka sayatan dengan darah yang masih segar sehingga kepala tersebut menggelinding di hadapan Tentara Donetsk. Mereka terlihat kaget melihat hal mengerikan di hadapan mereka.

Suara tawa terdengar jelas dari dalam kegelapan di mana Antonia tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi ketakutan Tentara Donetsk.

"Kalian tak perlu takut. Bukankah hal seperti ini sangatlah wajar dan umum di medan pertempuran," kata Antonia. Dia terlihat sangat santai dengan sebungkus rokok yang dia genggam di tangan kirinya. Lelaki itu mengambil salah satu batang rokok dan mengeluarkan korek api gas dari kantong celananya lalu membakar rokok tersebut dan menghisap asapnya. Dia terlihat sangat santai meskipun agak sedikit babak belur.