webnovel

You're Going Back With Us

Aaron memulai kegiatan paginya dengan berkeliling menyapa pasien-pasiennya, dimulai dengan Chaewon,"Hi! Bagaimana kabarmu?"

"baik"

Aaron membaca chart yang terletak pada kaki tempat tidur Chaewon "semuanya telah membaik, hanya saja trombositmu masih rendah. Kau harus istirahat, jangan biarkan stres menghalangimu untuk sembuh"

Chaewon mengangguk, "apa anda berkelahi dengan Kyuhyun?"

"huh? Apa Kyuhyun menceritakannya?"

"tidak. Tanda di wajah anda yang menunjukkannya. Terima kasih telah mengkonfirmasinya untukku"

Aaron hanya terkekeh, "apa kau ingin tahu mengapa kami bertengkar?"

"enlighten me" pinta Chaewon.

Aaron belum sempat menjelaskan alasannya saat pintu kamar Chaewon diketuk dan memunculkan seorang suster yang membawa dua orang paruh baya.

"mom, dad!" seru Chaewon terkejut.

"putriku" ibu Chaewon langsung menghambur memeluk putrinya.

Ayah Chaewon menyapa Aaron dan bertanya "apa yang terjadi padanya, dok?"

"nona Yoon mengidap gejala tifus. Kemungkinan penyebabnya adalah pola makan yang tidak sehat, kelelahan dan stres. Saya harap anda bisa menjaganya dari stres, karena tidak baik untuk kondisinya yang belum stabil dan juga bayinya"

"bayi?" ayah Chaewon mengulang. Pelukan Chaewon dan ibunya pun terpisah.

Aaron melirik ke arah Chaewon, wanita itu hanya menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"ya. Nona Yoon sedang mengandung" jelas Aaron, kembali menatap ayah Chaewon.

Aaron menghela nafasnya "aku akan memberikan privasi. Tapi tolong, ingat perkataan saya mengenai kondisi pasien"

Aaron berjalan keluar ruangan, berharap dalam hatinya, semoga tidak terjadi sesuatu yang akan memperburuk keadaan Chaewon. Sepeninggalnya, kedua pasang mata di ruangan itu membawa titik fokus pandangan mereka pada Chaewon.

"putriku, apa benar kau hamil?" ibu Chaewon mengulang kembali perkataan yang seharusnya sudah ia ketahui jawabannya itu dengan ragu. Chaewon yang masih tertunduk, menimbang-nimbang harus mulai dari mana.

"ya"

Ayah menarik nafas dalam seraya memejamkan matanya, "siapa yang menghamilimu?" tanyanya dengan suara tegas.

"ini tidak seperti apa yang kalian pikirkan. Aku melakukannya sendiri, aku menggunakan sperma pendonor" jawabnya lantang, walau tersirat rasa takut di balik itu.

"kau tidak mau jujur pada ayah dan mengatakan siapa keparat yang melakukan ini padamu?"

"yeobo" protes ibu Chaewon, mengingatkan suaminya untuk memperhatikan ucapannya.

"apa yang telah aku katakan adalah kejujuran"

"kau pikir ayah akan percaya?" seru ayah.

"aku tidak bohong, ayah" rengek Chaewon. Ibunya kembali memeluk Chaewon, menenangkannya. Tangis Chaewon pecah, di sela-sela isak tangisnya, Chaewon meminta maaf.

Ayah menghela nafas "baiklah. Mari kita umpamakan bahwa apa yang kau katakan adalah benar. Apa yang kau pikirkan?"

Chaewon mencoba untuk mengontrol isak tangisnya, ia tidak ingin kondisinya memperparah dan akan berpengaruh pada bayinya. Jujur saja ia juga lelah menangis.

"yeobo..ingat Chaewon sedang sakit"

"aku tahu itu. Masalah ini harus diselesaikan saat ini juga demi kebaikannya. Ayah dan ibumu mengizinkanmu untuk tinggal di New York bukan untuk mendengar kau melakukan hal ceroboh seperti ini. Apa yang ada dalam otakmu Yoon Chaewon?!" suara ayah meninggi saat menyerukan namanya.

Tubuh Chaewon bergetar takut. Dengan berkacak pinggang, ayah menanyakan pertanyaan yang paling krusial "apa kau sudah memiliki pasangan yang mau menikahimu? Jawab aku Yoon Chaewon!"

"tidak ada"

Ayah membuang nafasnya kasar, sambil memijat-mijat pelipisnya ia terduduk di sofa "tidakkah kau seharusnya melakukan hal sebaliknya?" ucapnya sedikit menenang.

"getting pregnant before marriage, geesshh" gumamnya tak percaya seraya mengusap wajahnya frustasi dan bangkit dari sofa "ayah akan meninggalkan kalian berdua untuk bicara"

Ibu menunggu Chaewon untuk tenang dan kemudian mendengarkan cerita Chaewon yang telah dihilangkan beberapa bagian yang menyangkut sosok ayah dari anaknya. Chaewon merasa hal itu bukanlah haknya dan juga bukan sesuatu yang baik. Karena pasti jika ayahnya tahu, pasti ia akan menyuruh Kyuhyun untuk menikahinya, dan Chaewon tidak menginginkan itu. Ia tidak ingin orang lain menikahinya atas dasar paksaan. "Chaewonie, tidak pernah terpikirkan oleh ibu dan ayahmu bahwa kau merasa seperti itu. Tetapi, dalam hal ini ibu harus setuju dengan pernyataan ayahmu, hal ini sangat ceroboh." ucapnya sambil mengelus rambut Chaewon.

Chaewon juga mengakui hal tersebut.

"apa kau merasa kerepotan saat awal kehamilanmu?"

"tidak, bu. Bayiku sangat tenang"

Ibu tersenyum "apa yang akan kau lakukan kedepannya? Mengurus anak tidak semudah yang kau bayangkan. Fokus yang kau berikan terhadap pekerjaanmu, sama besarnya dengan fokus yang akan kau berikan pada anakmu."

"aku tahu...mungkin aku akan menjadi pekerja lepas" ucapnya dengan tatapan menerawang.

"kenapa kau tidak kembali saja bersama kami?"

.

Setelah pertemuannya dengan kedua orangtua Chaewon pagi tadi, Kyuhyun mengirimkan pesan pada Chaewon untuk memberitahunya dan langsung melaksanakan rapat. Kyuhyun menyelesaikan rapatnya yang berlangsung hampir dua jam. Rapat kali ini membahas tentang peluncuran produk baru, kali ini perusahaan Kyuhyun berkerja sama dengan perusahaan lini parfum ternama.

Kyuhyun merasa tertarik untuk memperluas usahanya, namun sayangnya sampel parfum yang mereka presentasikan kurang sesuai dengan apa yang ia inginkan. Maka dari itu, untuk beberapa hari berikutnya ia akan disibukkan dengan proyek ini. Ia ingin menemukan wangi yang tepat, wangi yang dapat membuatnya merasa nyaman, wangi yang mengingatkannya pada seseorang.

Saat berada di ruangannya, Kyuhyun kembali mengecek ponselnya dan ternyata tidak ada balasan dari Chaewon. Keningnya berkerut tak suka, Kyuhyun mencoba menghubungi Chaewon tetapi tidak tersambung. Merasa kesal, akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi Aaron.

"ada apa?" jawab Aaron terdengar enggan

"bisa kau cek apa yang sedang dilakukan Chaewon? Dia tidak membalas ataupun menjawab teleponku"

"Chaewon sedang berbicara dengan orangtuanya, nampaknya.." Aaron mamutus kalimatnya.

"apa?"

"tidak. Kita bicarakan nanti saat kau datang menjenguknya"

"katakan saja sekarang. Aku tidak bisa mengunjungi rumah sakit sampai beberapa hari kedepan. Aku akan berangkat ke Italia"

"tidak perlu, bukan hal yang penting. Semoga perjalananmu lancar"

.

Ayah kembali memasuki ruang inap Chaewon setelah menenangkan hati dan pikirannya "setelah natal, kau akan ikut pulang bersama kami. Jika kau masih membutuhkan perawatan, maka kau akan dirawat di London, selain itu kami akan mencarikan calon suami untukmu"

Chaewon terkejut dengan perkataan ayahnya "aku tidak bisa, ayah. Aku tidak bisa meninggalkan kehidupanku di sini begitu saja. Aku punya pekerjaan, lagi pula aku sudah dewasa ayah. Aku menentukan jalan hidupku sendiri"

"apakah hamil sebelum menikah adalah pilihan dewasa?" sindirnya.

"I know what I'm doing, and what I am capable of"

"not a chance. You will be going back with us"

"apakah akan ada pria yang mau menikahi wanita yang sedang mengandung anak pria lain?"

"tentu. Asal kau sebut nama pria yang menghamilimu, maka dia yang akan menikahimu"

"aku sudah bilang padamu ayah, haruskah aku bawa surat-suratnya padamu agar kau percaya?"

"sebaiknya seperti itu"

"sudahlah, sebaiknya kita pergi saja. Biarkan Chaewon istirahat" ibu Chaewon mengaitkan tangannya pada lengan suaminya. Dengan permasalahan yang masih menggantung, kedua orangtua Chaewon meninggalkannya.

Chaewon memejamkan matanya, berusaha menenangkan pikirannya.