Setelah Sebastian meninggalkan ruangan dan Waksana Grup, Bagas akhirnya bisa bernafas dengan lega dan menyandarkan tubuhnya di sofa hitam ruangan sang papa, setelah mengantarkan kolega papanya ke depan lift.
"Hah, benar-benar melelahkan!" gerutunya dalam hati.
"Papa sangat bangga padamu, Bagas! Meski sedikit kesal, tapi pada akhirnya kamu bisa mengambil hati kolega Papa itu. Asal kau tahu, Om Sebastian itu bukan tak mudah percaya dengan orang lain, apalagi jika menyangkut soal putranya."
"Kenapa begitu, Pa?" penasaran Bagas.
"Karena putra Om Sebastian tak bersekolah di sekolah formal, melainkan home schooling," jelas Adi mengangguk.
"Home schooling? Tapi, bukannya tadi Papa bilang putra Om Sebastian juara olimpiade? Artinya kan dia sekolah di sekolah umum."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com