webnovel

Dendam Cinta

Kembali Update 1 Desember 2021 Sinopsis Season 1 (Dendam Cinta) Gaea Silva adalah seorang bartender yang menunggu kelulusan kuliahnya. Suatu malam, Gaea membantu sahabatnya yang terluka, dan mendapatkan berlian langka misterius 'The Perfect Pink' di lokernya. Dia membawa berlian itu ke apartemennya karena dia pikir itu milik sahabatnya Lola yang tinggal bersamanya. Keesokan harinya, Gaea, yang hendak terbang ke China, terpaksa menjadi tunangan palsu Eryk Enzo setelah berlian 'The Perfect Pink' ternyata milik Eryk yang akan digunakan lelang malam ini. Takdir membawa Gaea ke rahasia kotor keluarga Enzo dan dirinya sendiri Sinopsis Season 2 (Give Me Forever) Gaea terpaksa pergi tanpa pemberitahuan Eryk ke Jerman atas perintah Maria yang bilang Ibunya dalam bahaya. Tanpa sengaja Rainer menemaninya ketika mereka bertemu di bandara. Bertemu kedua orang tuanya bukanlah akhir bahagia bagi Gaea melainkan mendapatkan kehidupan yang lebih berat lagi karena status orang tuanya mempengaruhi hubungannya dengan Eryk. Apalagi dengan kehadiran wanita di masa lalu Eryk yang semakin mempersulit mereka untuk tetap bertahan. Sinopsis Season 3 (Dirty Honeymoon) Mengakhiri semua masa lalu di belakangnya. Mereka memilih berbulan madu ke Swedia. Semua berjalan lancar dan manis hingga seseorang mulai mengganggu lagi.

Nona_ge · Realistic
Not enough ratings
472 Chs

Latihan dan Rencana

Eryk akhirnya menurunkan Gaea setelah mereka sampai di tempat biasa ia latihan.

"Dasar tukang paksa," kata Gaea.

Eryk yang sedang mengambil peralatan untuk latihan berhenti, tadi niatnya ingin mengajar menahan setelah mendengar keluhan Gaea, ia mengubah jalurnya. Ia menghampiri lagi wanita itu, memasangkan kacamata, serta pelindung telinga, sisanya yaitu sarung tangan diberikannya pada Gaea, "Pakai ini."

Gaea memang bukan ahli tetapi kacamata serta alat penutup telinga membuatnya yakin ini bukan latihan memanah, "Hey, setidaknya buat aku memilih dong! Aku mau memanah bukan menembak."

Eryk juga ingin mengajar memanah terlebih dahulu, kejadian tadi pagi akibat ulah Kervyn membuatnya lebih ekstra lagi, "Aku tahu ini tiba-tiba tapi percayalah padaku bahwa ini demi dirimu juga," katanya, sebelum Gaea dapat menjawab, ia menambahkan, "kau itu tunangan aku sekarang, aku memiliki banyak saingan, skenario terburuknya mereka akan mengincarmu duluan. Kau mengerti kan? Fisikmu fit, 'kan?"

"Aku ...," Gaea kehilangan kata-katanya; menjadi pebisnis banyak resiko tentu saja ia tahu, "iya."

"Ini." Eryk mengulurkan sebuah pistol setelah selesai memakai pelindung juga.

"Kau yang mengajari aku?" tanya Gaea melihat penampilan Eryk yang hampir sama sepertinya minus sarung tangan.

"Kau hanya melihatku, Gaea," Eryk menyahut dengan ejekan.

Gaea menerimanya dan meneguk air liurnya gugup, "Bagaimana kalau aku meleset? Oh ... dan aku menembak orang lain!?" serunya sudah panik duluan mengingat ini pertama kalinya ia memegang pistol, cukup berat juga.

"Ruangan ini aman Gaea takkan tembus keluar," kata Eryk, kemudian ia mengarahkan tangan Gaea ke sebuah papan bulat yang terdapat angka, "luruskan tanganmu dan lebarkan kakimu, terus fokuskan matamu ke sasaran Gaea."

Gaea menuruti apa yang dikatakan Eryk, tetapi yang membuatnya kesulitan fokus adalah jarak wajah Eryk yang begitu dekat dengannya, frustrasi, ia menurunkan lagi pistolnya, "Bagaimana jika aku gagal?"

"Tanganmu hanya patah saja."

"Apa!?" seru Gaea tak percaya; dengan mudahnya Eryk bilang tangan patah seakan bukan hal yang berarti.

Eryk tertawa kecil, "Tenang Gaea, aku memilih pistol bertenaga kecil bahkan tembakannya juga manual," jelasnya, "makanya aku ingin kau menurut, iya?"

Gaea mengembuskan napasnya, dan mulai membidik lagi.

"Bagus, sekarang aku ingin kau menarik picunya perlahan, jangan dihentakan, iya? Nanti pelurunya akan meleset ke bawah."

"Kau sudah mengisi pelurunya?" tanya Gaea; sulit sekali menembak rupanya, padahal di film terlihat mudah.

"Tentu saja tidak, kau pikir aku bodoh?" Eryk bertanya balik mengejek; amatiran seperti Gaea sangatlah berisiko besar akan meleset tanpa percobaan awal.

Gaea menggembungkan pipinya, "Dasar! Kau membuatku takut! Kupikir sudah ada peluru di dalam pistolnya," Setelah selesai protes, ia membidik lagi, lebih percaya diri karena tak ada pelurunya, "Seperti ini?"

Eryk mengangguk, "Tenangkan napas mu Gaea, hembuskan secara perlahan."

Gaea menurut, awalnya masih sulit karena jarak Eryk yang dekat, namun akhirnya bisa setelah berpikir Eryk adalah Ferdinand.

Eryk mengangguk, "Sekarang aku ingin kau membidik sasaran yang tengah."

Gaea menggerakan tangannya sedikit agar moncong pistolnya pas dengan sasaran di tengah.

Eryk melipat tangannya, "Ini yang paling sulit, kau harus perlahan menarik picunya, jangan terlalu kasar karena akan meleset," Ia meletakan tangannya di atas Gaea memberi tekanan lembut di sana, "seperti ini, paham?"

Gaea seketika merona, mengangguk kaku, malu.

"Sejujurnya arah angin juga berpengaruh karena kita di dalam ruangan, nanti saja belajar soal itu," kata Eryk, "cobalah Gaea."

Gaea mengangguk, membidik lagi sasaran lalu perlahan menarik picunya, "Begini?"

Eryk mengangguk, "Pistolnya?" tanyanya sambil mengulurkan tangannya.

Gaea menurut, di luar dugaan hanya sebentar, tahu begini tadi tak usah protes—"Eh!?" ia terkejut melihat Eryk memasukan satu buah peluru ke dalam pistol, "Eryk—"

Eryk mengangguk seakan mengerti pertanyaan Gaea, ia menyerahkan lagi pistol yang sudah diisi itu pada Gaea, "Kali ini aku mau lihat kau menembak."

Dengan tangan yang gemetaran, Gaea menerimanya.

Eryk jelas dapat melihat ketakutan dari tangan Gaea, "Tenanglah Gaea, tak apa, kau bisa melakukannya."

Gaea melirik Eryk yang berada di sampingnya, "Bagaimana kalau meleset? Aku tidak mau melukaimu ...."

Eryk tentu terkejut mendengarnya, ia tak menyangka Gaea akan ketakutan mengenai dirinya, padahal ia berpikir wanita itu akan membayangkan titik sasaran sebagai dirinya, "Kau takkan melukaiku jika fokus Gaea, ingat, kau wanita kuat, kau tunangan pilihanku bukan tanpa alasan," Ia mencoba menghibur sebaik mungkin bahkan selembut mungkin.

Gaea sedikit terhibur akan ucapan Eryk, mengembuskan napasnya dan memulai lagi membidik, "Pelan, 'kan?" tanyanya serius.

"Iya," sahut Eryk, "kau bisa—"

Dor!

Eryk terkejut Gaea langsung menarik picunya, ia melirik Gaea yang sudah terengah-engah kemudian ke sasaran; tembakan Gaea tidak mengenai bagian tengah justru sampingnya.

Permulaan yang tidak buruk.

"Kerja bagus," Eryk memuji yang seketika itu juga tubuh Gaea merosot ke bawah, duduk. Ia melihatnya kasihan jadi membiarkan wanita itu beristirahat, mengambil air dari kulkas di dekatnya, mengambil dua.

Gaea meletakan pistol itu di sampingnya masih tak percaya sudah memakainya tadi.

Eryk duduk di samping Gaea, meletakan dua botol air di antara mereka, "Kita bisa melanjutkan kalau kau sudah tenang lagi ...."

Gaea tidak percaya Eryk masih mau memaksanya berlatih setelah melihatnya tak berdaya seperti ini, "Aku tidak mau, Eryk, aku takut."

"Tadi kau bisa ...."

"Aku melakukannya untukmu!" seru Gaea yang membuat Eryk terdiam, ia memeluk lututnya, "Aku tidak mau, ini membuatku teringat kejadian dulu,"—Di mana kedua orang tuanya terbunuh.

Eryk termenung. Ia juga memiliki reaksi yang sama ketika pertama mencoba latihan, sebab dulu ia juga melihat ayahnya ditembak oleh Kervyn di depan matanya, tentu ia mengerti perasaan Gaea sekarang ini, "Sini ...."

"Eh?" Gaea melirik Eryk yang membentangkan sebelah tangan, "maksudmu?"

Eryk berdecak kesal, Gaea selalu saja tidak mengerti sinyal yang diberikan olehnya harus diucapkan dengan kata-kata baru mengerti. Ia membuang muka agar wanita itu tak melihat wajahnya yang merona dan berkata, "Aku kan menawarkan pelukan, kau terlihat menyedihkan."

Kata-kata Eryk begitu manis hingga di kata akhirnya membuat suasana kembali dingin.

"Tidak usah," kata Gaea, membuang muka juga, "siapa yang mau dipeluk—eh?" seketika ia merasakan tangan melingkari tubuhnya yang ternyata Eryk memeluknya, "kau—"

"Berhentilah protes," kata Eryk dingin, "jadilah wanita yang aku cintai dulu sekali ini saja ...."

Eh?

Gaea tidak dapat mendengarnya, "Kau bilang apa?"

"Jadilah wanita yang normal sekali ini saja, Gaea," Eryk mengulangi dengan senang hati.

Gaea merasa ada yang sedikit beda pun mencoba protes, "Tapi—"

"Sstt ...."

Gaea dengan patuh diam, matanya tertuju ke kakinya, tak percaya sekarang berada dipelukan Eryk meskipun hanya sebagai menghibur, jantungnya berdebar-debar dengan cepatnya. Ia yakin wajahnya merona merah sekarang ini.

'Dipeluk Eryk, ketakutanku hilang berubah jantungku tak bisa berdetak normal.'

"Hey, Gaea," panggil Eryk pelan.

"Hm ...?" Gaea menyahut sekenanya.

"Bagaimana kalau aku berhenti berbisnis saja?"

Pertanyaan Eryk membuat Gaea terkejut, yang sukses membuatnya menatap pria itu, "Kenapa?"

"Aku selalu mengejar seseorang yang sudah mengambil sesuatu yang berharga dariku, hingga aku tanpa sadar menyeretmu serta yang lain ke masalahku," kata Eryk sedih.

"Eryk ...," untuk pertama kalinya Gaea melihat seseorang sekuat Eryk terlihat sedih tidak berdaya seperti ini, mungkin ini sisi yang selama ini disembunyikan oleh Eryk.

"Mungkin, aku harus membiarkan perasaan yang membara di hati ini pergi ...," kata Eryk, "berhenti berbisnis dan pergi keluar negeri, mencari kota terpencil agar tidak ada yang mengganggu kita ...."

"Aku ...."

Eryk langsung melepaskan pelukannya, bangkit berdiri, "Maaf aku berkata yang tidak-tidak padamu Gaea," Ia jadi terbawa perasaan begini melihat Gaea begitu takut, "Latihan hari ini selesai."

"Tunggu."

Eryk berhenti.

Gaea sesungguhnya masih bingung apa yang dimaksud Eryk tadi tapi ia tetap memberikan pendapatnya, "Kurasa kau harus membiarkan apa pun itu pergi jika kau ingin bersama kami tentunya."

Eryk melanjutkan langkahnya tanpa berkata apa-apa.

Gaea termenung.

Mungkin ucapannya tadi salah.

Ketika di luar, Eryk terkejut melihat Rainer di luar, "Apa yang kau lakukan di sini? Aku kan memintamu istirahat, Rainer."

"Aku tahu," sahut Rainer kalem, "tapi aku mau memberi kabar soal adanya pesta di kapal pesiar dan di sana ada Aizawa ...."

***

Setelah mendengar kabar dari Rainer, mereka segera kembali ke ruang tamu, berkumpul membuat ide baru.

Alex dan Ferdinand yang tadinya sedang menonton film menyudahi menontonnya, merapatkan duduk mereka agar yang lain bisa duduk.

"Coba katakan lebih detail Rainer," kata Eryk setelah duduk di sofa.

"Aku menaruh alat penyadap di ruangan khusus Gaea kemarin dan ketika aku mencoba menganalisa sisa rekaman, aku mendapatkan percakapan menarik Aizawa. Dia bilang akan menghadiri pesta sekaligus lelang di kapal pesiar dua hari ke depan."

Eryk berpikir, "Aku tidak tahu ada lelang di sana," katanya, rekan kerjanya yang suka mengoleksi barang antik juga tidak bilang.

"Karena itu pesta dan lelangnya ilegal," sahut Rainer, "setidaknya itulah yang dikatakan oleh Aizawa."

Mata Gaea membulat, "Ilegal!?"

Jika lelang ilegal berarti barangnya ilegal juga kan? Dan keamanan lelang itu juga bukan Polisi yang menjaga seperti lelang yang Eryk laksanakan kemarin malam.

"Apakah kita mendaftar pada seseorang atau diundang?" Eryk bertanya.

"Itulah permasalahannya, lelang ini hanya orang tertentu yang mendapat undangan," kata Rainer.

"Itu yang dikatakan Aizawa?" tanya Eryk.

Rainer mengangguk.

"Dia menyebut nama orang yang bertugas mengundang para peserta?" tanya Eryk lagi.

Rainer mengangguk lagi, "Aneh, 'kan?"

"Hm," Eryk berpikir sebelum kemudian mengangguk, "ada kemungkinan Aizawa menyadari adanya alat sadap di ruangan Gaea."

"Eh?" Gaea tidak mengerti.

"Perhatikan baik-baik. Aizawa dengan detail mengucapkan masalah lelang itu, sementara lelang itu lelang ilegal, orang seperti dia pasti akan berhati-hati berbicara di tempat umum yang tidak dikenalnya," Eryk menjelaskan, "kecuali tujuan utama dia memang ingin ada orang yang mengetahuinya."

"Dan itu kita," kata Rainer.

Eryk memukul tangannya di pahanya, "Pak Tua itu tidak heran dia tidak ikut pesta tadi, bahkan tidak bisa aku hubungi," umpatnya.

"Yang masih tidak aku mengerti dengan alasan apa dia memberitahu kita, seharusnya ketika dia tahu dia tidak aman pasti akan memutuskan kembali ke negaranya tetapi dia malah tetap di sini, memberitahu kegiatan dia berikutnya ... seakan menantang kita ...," kata Rainer.

"Kervyn," kata Eryk pelan.

"Eh?"

"Aku yakin Kervyn di belakang ini," Eryk melanjutkan serius.

Gaea melirik Eryk, di sana dapat melihat mata Eryk terlihat menakutkan tidak seperti biasanya, "Kervyn itu ... kenapa memangnya?"

Rainer, Alex dan Ferdinand melirik Eryk seakan meminta ijin pada pria itu.

Eryk bangkit berdiri, "Dia tidak kenapa-kenapa, kau tidak usah ikut campur, tugasmu menjadi tunanganku saja."

Gaea mengepalkan tangannya, "Kau selalu saja begitu! Kau menutup aku padahal aku sudah tinggal bersamamu! Jadi aku berhak mengetahui masalah ini—"

"Kervyn yang membunuh Ayahku!" Eryk memotong dengan emosi.

Gaea terperanjat mendengarnya, lalu tertunduk.

Membunuh?

Gaea memang dengar berita bahwa Ayah Eryk, Xander meninggal karena dibunuh, tetapi pelakunya sampai kin tidak tertangkap, yang ternyata pelakunya Kervyn, anak kandung Xander.

Sekarang Gaea mengerti dengan ucapan Eryk di ruangan latihan menembak.

Orang yang berharga telah diambil seseorang, maksudnya Kervyn telah mengambil nyawa Xander, Ayah mereka—orang yang berharga bagi Eryk.

Dan perasaan yang membara di hati Eryk adalah dendamnya pada Kervyn.

Gaea kehilangan kata-katanya untuk melawan.

Eryk mengembuskan napasnya, "Aku akan bersiap-siap, mau mendapat undangan ke lelang itu," katanya dingin, berjalan pergi naik ke lantai atas.

"Eryk!" Gaea memanggil, tetapi tidak dijawab, ia menghela napas, "Kalian tidak pernah ada keinginan untuk mencegah Eryk?" tanyanya pada tiga lelaki jantan di depannya, jengkel.

Mereka semua menurut sama perintah Eryk.

Apakah hanya dirinya saja yang cemas pada keselamatan Eryk?

"Percayalah padaku, aku sudah berusaha selama setahun belakangan ini, babe," sahut Alex.

"Aku juga," sahut Ferdinand.

Gaea kini melirik Rainer.

"Jangan melihatku seperti anak kucing minta makan, aku sudah berusaha sampai detik ini, Gaea," kata Rainer, "keras kepalanya dia itu seperti karang, butuh waktu yang lama untuk memecahkannya."

Gaea mengembuskan napasnya. Ia ingin menghentikan Eryk sebab merasa ini seperti jebakan dari Aizawa, seperti saat mengobrol kemarin malam.

Gaea segera naik ke atas menyusul Eryk, mengetuk pintu kamar pria itu, "Eryk? Aku masuk, iya?"

"Hm."

Gaea membuka pintunya dan syok berat melihat Eryk hanya mengenakan celana tanpa baju, "Apa yang kau lakukan!?" Ia memulai mencari barang agar bisa dilempar lagi.

"H-hey! Kau yang minta masuk, jangan melempar sembarangan!" kata Eryk disela-sela gerakannya menghindari barang yang dilempar oleh Gaea.

Gaea menahan serangannya, "Kau seharusnya pakai baju dulu baru mengijinkan aku masuk, Bos."

'Tidak semua orang biasa saja melihat otot mu, Eryk.'

Gaea terbatuk dengan pikirannya.

Eryk memutar bola matanya, "Kau sudah dewasa kurasa sudah banyak lelaki yang kau lihat, 'kan? Di majalah contohnya."

Gaea menggaruk lengannya gugup; tentu saja ia suka melihat model di majalah, Lola yang suka menunjukan itu padanya agar niatnya mencari pacar lebih tinggi. Tetapi ... ia melirik tubuh Eryk diam-diam melalui bulu matanya.

Tetapi melihat tubuh lelaki yang kau cintai, reaksi tubuhnya berbeda ....

Gaea menepuk keningnya, "Ngomong-ngomong, bukan ini yang mau aku bicarakan," Ia mengganti topik, meletakan lagi figure mainan di dalam lemari, "aku mau berbicara soal tadi."

"Tidak ada yang perlu dibicarakan, Gaea," kata Eryk sambil mengambil kemeja di ranjang dan mulai memakainya.

Gaea menghampiri, menghentikan tangan Eryk yang sedang memasang kancing kemeja, "Tapi Eryk, aku rasa ini hanya jebakan, kau kenapa tetap ke sana?"

"Aku tidak punya pilihan Gaea," kata Eryk, "aku tidak bisa menunggu mereka, Katherine sudah diculik, aku tidak bisa—"

Mata Gaea melebar, "Katherine diculik!?"

Gaea tidak mengetahuinya, yang lain bersikap seperti biasa jadi ia tidak menaruh curiga sama sekali ada yang tidak beres.

Eryk pasti terguncang sekali, Katherine kan kekasihnya ....

"Iya, dan pelakunya Kervyn," kata Eryk dingin, "aku tidak bisa berdiam diri, jika aku hanya bertahan cepat atau lambat kalian bisa saja terluka karena kelalaianku."

"Tapi berbahaya juga mendatangi orang yang menyelenggarakan lelang itu, 'kan? Bagaimana bila dia bekerja sama dengan Kervyn juga?" kata Gaea cemas, "aku tidak mau kau terluka, Eryk." Ia mengakui dengan wajah tertunduk malu.

Eryk jelas terkejut akan pengakuan Gaea, ia tidak menyadari wanita muda itu akan se-peduli itu padanya, "Aku akan baik-baik saja Gaea, aku sudah biasa di dunia seperti ini. Kau tidak usah cemas."

"Tapi ...," Gaea merasa belum puas.

"Jangan cemaskan aku, cemaskan dirimu sendiri," kata Eryk, "selama aku pergi, kau berlatihlah menembak dengan Alex."

Gaea tidak menjawab; bagaimana bisa ia berlatih menembak jika hatinya sudah dilanda gundah karena Eryk seperti ini?

"Jangan berpikir yang tidak-tidak, ada Rainer dan Ferdinand di sampingku," kata Eryk.

Gaea mengangguk akhirnya, ia tahu kemampuan kedua pria itu terutama Ferdinand kalaupun ia menahan, mereka berdua hanya akan bertengkar lagi, jadi ia hanya bisa berdo'a Eryk, Rainer dan Ferdinand baik-baik saja.

Eryk tersenyum, melanjutkan mengancingkan kemejanya, barulah memakai jasnya, "Ayo."

Gaea mengangguk, dan keluar bersama, bersamaan dengan suara yang tidak asing di telinganya.

"Mana Eryk? Aku mau bicara empat mata sama dia!"

"Dia sebentar lagi akan kemari."

Gaea segera mengecek ke lantai bawah, di sana ada seorang wanita muda berambut hitam sedang berdebat dengan Alex, "Lola!?"