Novel ini hanya ada di aplikasi WebNovel kalau ada di aplikasi lain berarti dibajak
Saya kasih catatan karena udah banyaknya kasus novel dibajak, dan saya kena, ga dapet royalti
Jadi bagi pembaca belum tahu apa itu aplikasi WebNovel, kalian bisa download aplikasi bertuliskan WebNovel di playstore
Di WebNovel koinnya lebih murah dan ada voucher baca gratis sampai 3 loh
Terima kasih,
Nona_ge
***
"Atau aku lupa menaruhnya," Gaea menambahkan malu, "hahaha ...."
Lagipula kartu pelajar miliknya itu sewaktu sekolah menengah atas, sudah lama sekali, jadi mungkin hilang karena kelalaian sendiri bukan dicuri buat apa mencuri hal tidak berguna itu pula? Konyol.
Di sisi lain Eryk sungguh-sungguh cemas namun Gaea malahan bermain-main dengan perasaannya. Inilah alasan kenapa tak senang bergaul dengan wanita, mereka begitu memusingkan, "Aku serius padamu."
"Coba pikirkan," kata Gaea, "keamanan seketat itu mana mungkin mereka hanya mencuri kartu pelajarku."
Eryk terdiam, berpikir ulang lagi; tentu saja penjelasan Gaea masuk akal; siapa yang rela menjebol keamanan demi sebuah kartu identitas sekolah murahan? Tetapi tak bisa meremehkan petunjuk sekecil apapun.
Eryk mungkin terlalu paranoid?
Suara dering memecah keheningan mereka.
Eryk sedikit menjauh untuk menerima panggilan di ponselnya; Rainer, "Halo?"
[Kalian baik-baik saja?]
"Iya," jawab Eryk, "bagaimana dengan penjahat itu?"
[Dia berhasil kabur.] kata Rainer; informasi dari Eryk terlalu sedikit, hanya menyuruhnya menghentikan orang yang keluar dari lift. Ia berhasil bertemu setelah ke parkiran bawah ada mobil yang hampir menabraknya dan Alex jadi disimpulkannya itulah pelakunya. Sebelum Eryk dapat membalas, buru-buru menambahkan, "aku juga sudah melacak plat mobilnya, mobil itu sewaan, aku tahu dimana tempatnya, mau ke sana?"
Eryk mengambil napas dalam, "Tidak," jawabnya singkat, "temui aku di tempat tadi, dan jangan lepaskan pengawasan kalian."
Mengecek rental mobil memerlukan waktu, jadi Eryk lebih memilih mengirim orang lain untuk ke sana.
"Tentu saja."
Eryk meletakan kembali ponselnya, matanya kembali ke Gaea, "Aku membenci mengatakan hal ini, kau ikut denganku."
"Apa?" Gaea tidak percaya apa yang baru didengarnya, "kenapa?"
Eryk tidak percaya Gaea masih belum mengerti situasi sekarang ...? Membuatnya terheran-heran kenapa wanita itu bisa lompat kelas karena dianggap jenius, "Kau jadi incaran, Nona. Aku sebagai Pangeran jelas melindungimu."
Gaea mendengarnya seperti sebuah ejekan, "Duh, maaf, Nona ini bisa melindungi dirinya sendiri," jelasnya manis, "ditambah Nona ini mau ke Shanghai jadi aman."
Eryk tertawa kecil; penjelasan macam apa itu? Tawanya mengeras, "Kau pikir dengan pergi keluar negeri akan aman?" tanyanya masih diiringi tawa, "kau terlalu polos," Dan memang tidak cocok dengan dunianya.
"Aku tidak butuh perlindunganmu!" seru Gaea.
"Sekarang kau seperti anak kecil," keluh Eryk, dan lagi melindungi diri sendiri? Baru saja tadi tubuh Gaea gemetaran ditodong pistol, lucu dengan gampangnya mengatakannya.
"Karena aku bukanlah bonekamu," kata Gaea.
Kini Eryk benar-benar marah, "Kau. Ikut. Bersamaku. Final," perintahnya dingin, "aku tidak mau membuang waktu denganmu lagi."
Jika setiap bertengkar dengan Gaea bisa membuatnya mendapatkan dollar, mungkin Eryk akan mempertimbangkannya.
Eryk berjalan keluar apartemen, bagaimanapun Gaea tidak mau.
"Jangan membuatku menggendongmu lagi," kata Eryk mengetahui Gaea tidak menurut.
'Ugh!'
Eryk mungkin tampan tetapi terlalu memerintah.
"Gaea," panggil Eryk tak sabar.
Gaea memutar bola matanya, tanpa menjawab keluar dari apartemen.
***
Begitu Gaea dan Eryk masuk ke dalam mobil.
Alex bergurau, "Bukanlah langkah yang baik bagi calon pengantin seperti kalian."
"Tutup mulutmu, dan jalankan tugasmu dengan benar," kata Eryk dingin.
"Aku hanya mencoba mencairkan suasana," kata Alex sambil menginjak pedal mobilnya.
"Gurauanmu garing," kata Rainer.
"Oh, maaf deh aku lupa jika sedang bersama dua perjaka," sindir Alex.
Gaea tertawa kecil mendengarnya, "Aku suka kau."
"Ini Alex, babe," kata Alex sambil menyisir rambut cokelatnya penuh rasa bangga, "tentu saja aku ini 'loveable'. Jangan membosankan seperti mereka berdua, Gaea."
Gaea menggelengkan kepalanya, "Tidak. Aku baik-baik saja menjadi diriku sendiri."
Eryk akhirnya kehabisan kesabaran yang dimilikinya, "Lucu sekali. Belum satu jam aku menenangkan seorang wanita malang yang gemetaran hebat."
"Aww ... Tuan Eryk cemburu~" Alex menggoda.
"Aku mendengarnya."
Alex tertawa diikuti Gaea.
"Bisakah kalian semua tidak bertengkar?" Rainer akhirnya terpancing juga, "kau juga Alex, kau sedang mengemudi, bahaya tahu," Ia memperingatkan.
Alex menyadari kesalahannya, "Sorry, man," sesalnya terlalu asyik menggoda Eryk jadi kehilangan fokusnya.
"Aku minta maaf juga," kata Gaea merasa pantas mendapat omelan juga sebab ikutan menggoda.
"Wow, hebat kau Alex," kata Eryk takjub, "kau bisa membuat Gaea minta maaf," sindirnya, "haruskah aku membuatkan piala pengingat untukmu Alex?"
Gaea memutar bola matanya; sekarang siapa yang bersikap seperti anak kecil?
Terkadang ia tidak mengerti kenapa Eryk masih berkata layaknya anak kecil mengingat umur Eryk yang menginjak 26, jika ia masih dimengerti karena berumur 21 tahun tahun, tapi Eryk?
Mungkin sesungguhnya Eryk adalah anak kecil yang terjebak di tubuh orang dewasa.
Dimana perginya julukan 'cold boss'? Atau Eryk memang seperti ini aslinya hanya bersembunyi dibalik sifat palsu dinginnya.
"Sudah jalankan saja, Alex," kata Gaea.
"Double wow."
Gaea memutar bola matanya, "Aku mencoba tidak memulai pertengkaran."
"Dengarkan dia, Eryk," kata Rainer juga lelah mendengar pertengkaran keduanya meskipun menyenangkan Eryk mengeluarkan emosi lain yang mengingatkannya Eryk yang dulu tapi ini mulai menyebalkan.
Eryk mendengarkan, tidak lagi mengeluarkan sarkasnya, kebingungan sendiri kenapa setiap kali bersama Gaea, sifat kekanakannya keluar secara alami, sifatnya selalu tenang, tapi bersama Gaea membuatnya kehilangan sikap formalnya, seperti dirinya yang dulu.
Eryk mengerjap.
Nah, mungkin hanya kebetulan, dan lagi ia belum pernah bertema wanita se-nakal dan cerewet Gaea bahkan Lola yang menurutnya nakal tidak seperti Gaea.
Gaea yang dikenalnya dulu sangatlah polos.
"Kita langsung ke tempat pertemuan, Alex," kata Eryk, "aku sudah mendapatkan cincinku kembali."
"Oke."
Gaea berusaha untuk tidak protes dengan menggigit bibir bawahnya.
Liburannya indah yang di nantikan olehnya bersama sahabatnya, sirna karena sebuah kesalahan kecil.
Seharusnya saat menemukan cincin itu di jaket kerja Lola langsung menyerahkannya pada Eryk untuk diperiksa bukan membawa pulang, maka semua ini takkan terjadi.
Gaea mengembuskan napas dalam.
Tidak ada yang harus disesalkan, semua sudah terjadi kan? Jadi harus menerima segala konsekuensinya.
Pasrah.
Gaea hanya menatap kosong keluar jendela selama di perjalanan.
***
Gaea tak terkejut ketika mereka tiba di sebuah restoran jepang bintang lima, yang membuatnya terkagum, restoran jepang tersebut memiliki ruang VIP dan VVIP yang dirancang khusus untuk berbisnis atau berkumpul tanpa diganggu.
Setiap melangkah Gaea tidak bisa berhenti mengagumi, gaya restorannya yang begitu klasik bercat putih dan abu-abu serta bunga di setiap sudut ruangan menambah kesan elegan, bahkan lift pun terbagi menjadi dua, yaitu lift VIP dan VVIP.
Gaea sedikit terhibur di tengah kekecewaan tidak jadi pergi ke Shanghai.
"Huh?" Gaea sedikit bingung mereka tidak berhenti di lantai paling atas, yakin mendengar seorang resepsionis berbicara tentang pesanan VVIP Eryk.
"Kalian berdua tunggu di ruang sebelah," kata Eryk, "dan jangan berbuat yang tidak-tidak. Mengerti?" katanya sambil matanya menatap tajam Gaea.
"Uh ...." Gaea kebingungan, siapa yang Eryk maksud berdua? Ia sendirian.
Eryk tidak menerangkan lebih lanjut, memilih masuk ke dalam ruangan diikuti oleh Alex yang tengah tadi menahan pintunya terbuka untuk Eryk.
Ada suara kecil berbunyi 'klik' menandakan tidak ada yang masuk lagi.
Mata Gaea melebar, jadi berduaan dengan Rainer? Ia melirik pria itu dan kebingungan mengetahui Rainer tidak ada, "Rainer!?"
"Aku di sini."
"Um ...," Gaea mendengar suara Rainer dari satu pintu cokelat yang terbuka, dan mendekati, mengintip ragu-ragu di dalam.
Rainer ada di sana, sedang mengeluarkan sebuah laptop di tas hitamnya.
Gaea duduk di samping karena penasaran, "Apa yang kau lakukan?"
"Melakukan tugasku," sahut Rainer tanpa mengalihkan pandangan dari laptop berwarna abu-abu itu.
Gaea melihat sesuatu yang tidak asing, "Kau meng-hack CCTV di sini!?"
Rainer melirik tertarik, "Aku terkesan kau tahu soal ini," katanya singkat melanjutkan lagi pekerjaannya membobol kamera pengawas di lantai yang mereka tempati.
"Aku sedikit belajar," Gaea mengakui sedikit malu, "kenapa kau melakukan ini? Bukankah akan mudah jika mengawasi di luar?" Dan lagi membobol kamera pengawas tidaklah mudah dan cepat, mereka harus mencari alamat IP dan yang tersulit mencari sandi serta nama kamera itu jika tak berhasil harus meretasnya.
Itu yang Gaea tahu, ia tidak terlalu dalam mempelajari soal hacking, karena itu selalu kagum jika ada seseorang yang menjalani profesi sebagai Hacker.
"Eryk yang memintaku melakukannya," kata Rainer, "dia ingin memastikan apakah rekan bisnis barunya melakukan tindakan di luar sepengetahuannya."
"Dia terlalu negatif," kata Gaea.
"Kau yang terlalu lengah, Gaea," kata Rainer, "apa kau pernah dengar 'tetaplah pasang pertahananmu hingga akhir'?"
"Um ...." tentu saja Gaea pernah mendengarnya.
"Kau tidak cocok di dunia kami," kata Rainer mengakui, "karena itu aku tidak percaya kau yang melakukan pembobolan di ruang kerja Eryk."
Gaea terpana mendengarnya, degup jantungnya naik sedikit, "Terima kasih sudah percaya padaku," katanya malu, "ketika orang tidak mempercayaiku," lanjutnya sedih.
Rainer yang melihat kesedihan di nada bicara Gaea, berkata pelan, "Don't judge a book by it's cover."
"Huh?"
"Hanya itu yang hanya bisa aku katakan sekarang," kata Rainer, lalu dengan lembut membelai pucuk kepala Gaea, "jangan bersedih, kau lebih manis jika tersenyum."
Gaea seketika merona merah, tidak menyangka Rainer akan mengatakan sesuatu seperti itu kepadanya, ini Rainer, pria yang 'I'm too cool for this'.
"Jadi bisa kau sedikit menjauh dariku agar aku bisa berkonsentrasi?" pinta Rainer dingin.
Gaea menggembungkan pipinya padahal baru sedetik yang lalu merasa tersanjung akan rayuan Rainer, sekarang kembali jadi emo lagi.
Apa-apaan sikap hot and cold Rainer ini? Jangan menjadi Eryk kedua!
Masih menggembungkan pipinya, Gaea pun berpindah tempat duduk di seberang Rainer dan mengecek menu makanan di sini tanpa menyadari senyum samar di bibir Rainer.
***
"Aku meminta maaf atas keterlambatanku Tuan Aizawa," sesal Eryk begitu kakinya melangkah ke dalam ruangan mengetahui Aizawa sudah di dalam, "Anda melakukan yang terbaik sementara aku mengecewakan Anda."
"Tenang saja Eryk-san," kata Aizawa sambil menyambut tangan Eryk dan menjabatnya, "aku juga baru sampai tiga puluh menit yang lalu, belum memesan jadi tak apa."
Tiga puluh menit yang lalu dibilang baru sampai? Seperti itu didikan orang Jepang? Hebat.
"Kalau begitu jika diperkenankan, aku akan merekomendasikan menu terbaik di sini sesuai janjiku," kata Eryk sambil duduk di kursi hitam tepat di seberang Aizawa.
"Tentu," sahut Aizawa.
"Alex," panggil Eryk, "panggil Chef."
Alex mengangguk, lalu keluar setelah bergumam 'permisi'.
"Chef?" tanya Aizawa.
Eryk mengangguk, "Aku menyiapkan yang terbaik yaitu Chef di sini akan memasak di depanmu Tuan Aizawa."
"Wow," Aizawa berdecak kagum, "aku tidak sabar melihatnya."
"Jadi bisa kita memulai?" tanya Eryk.
Aizawa bertopang dagu, "Tentu."
Eryk meletakan kopernya di atas meja, lalu membukanya, memperlihatkan cincin berlian pink yang berada di dalamnya, "Aku ingin ini dilelang di akhir acara," katanya, "karena aku ingin menyiapkan yang terbaik di akhir acara."
Dan tentu saja memastikan Kervyn hadir di sana.
"Oh," mata hitam Aizawa yang kecil itu membulat, "Apakah ini the perfect pink itu?"
Eryk mengangguk, "Iya, aku juga memiliki sertifikat keasliannya, memang ada sedikit kesulitan menemukan pemiliknya karena lelangan sebelumnya, mereka menolak namanya dipublikasikan," jelasnya, "tetapi setelah perjalanan yang panjang, aku bisa menemukan cincin cantik ini."
Aizawa mengenakan sarung tangan, lalu mengambil cincin tersebut mengangkat ke atas sambil di bolak-balik untuk melihat keaslian cincin tersebut, "Hebat Eryk-san." pujinya, "kau mendapatkan kesepakatan," lanjutnya sambil mengulurkan tangannya.
Hanya itu? Aneh sekali Aizawa tidak memeriksa sertifikat cincin tersebut.
"Aku tidak bisa melakukan ini tanpa bantuan rekan kerjaku di belakang," Eryk menyambut uluran tangan tersebut dengan hangat.
"Dan tunanganmu, 'kan?" Aizawa menambahkan.
"Tunangan?" Eryk kebingungan.
"Aku melihat video lamaranmu di internet," kata Aizawa, "karena itu aku mengerti kau sedikit terlambat di pertemuan kita."
"Ah, itu," kata Eryk; dalam hatinya mengutuk video tersebut yang memasuki pekerjaannya sekarang seharusnya sebelum video tersebar jauh, ia bisa meminta Rainer menghapusnya namun karena pikirannya kacau jadi ide itu tidak terlintas di kepalanya, "Tunanganku ada di rumah."
"Aku pikir aku melihatnya dari atas sini," kata Aizawa, "bisa kau perkenalkan dia padaku?"
Eryk mengerutkan dahinya, merasa ada yang aneh namun buru-buru menghapus firasat itu dan berkata, "Tentu, akan aku panggilkan dia."
"Bisa aku ikut?"
Eryk menolak dengan mengangkat tangannya, jika Aizawa ikut maka pekerjaan Rainer akan terbongkar dan bisnis ini akan batal, "Maaf, tapi tunanganku sedikit pemalu jadi aku harus membujuknya sendiri."
"Baiklah."
Eryk keluar dari ruangan, di saat itulah Alex muncul bersama Chef di sampingnya, "Aku ingin kau melakukan 'magic-mu' pada Gaea karena aku akan memperkenalkan dia pada Aizawa."
Mata Alex melebar, "Apa? Kau gila, iya!?"
"Aku tidak memiliki pilihan, Alex," kata Eryk; memperkenalkan Gaea sebagai tunangan resminya ke rekan bisnisnya adalah sesuatu yang tidak dipikirkan olehnya, bahkan tidak pernah melakukannya pada Katherine, "kau kira aku sendiri senang?"
"Whatever, man," sahut Alex acuh tak acuh, "bagaimanapun kau akan tetap bertengkar dengan Katherine."
Eryk tersadar belum menghubungi Katherine sama sekali mengenai lamaran, tidak bisa melakukannya karena di bisnisnya.
Eryk menerima pil pahit itu, dan meminta Chef berambut hitam itu masuk ke dalam bersamanya.
***
Gaea mengembuskan napasnya, sampai kapan ia harus menunggu? Ini sudah lima belas menit berlalu.
Di sini membosankan sekali walaupun makanannya lezat, namun dengan Rainer yang hanya sibuk dengan laptop tanpa berbicara dengannya tidak menolongnya.
Rainer mengambil cangkir berisi teh hijau di dalamnya, sempat melirik ke Gaea yang kini hanya memainkan sushi memakai sumpit dengan wajah yang bosan, "Kau tidak boleh seperti itu pada makanan," katanya, "apakah kau tak tahu banyak orang yang iri ingin sekali berada di posisimu sekarang?"
"Aku bosan," keluh Gaea.
"Dan aku tidak peduli," sahut Rainer dingin, "habiskan makananmu, baru setelahnya kita bicara lagi."
Gaea melipat tangannya, jengkel dengan sikap Rainer, padahal mengira Rainer menganggapnya sebagai teman setelah membantu menemukan lagu-lagu klasik ternyata pikirannya salah besar.
Tidak tahan, ia pun bangkit berdiri, lalu berjalan menuju pintu dengan perasaan kesal.
"Kau mau kemana?" tanya Rainer.
"Toilet," sahut Gaea dingin, "mungkin aku bisa menemukan sesuatu yang menarik di sana." Ia lirik ke belakang dan emosi melihat Rainer bersandar santai sambil memakan sushi yang dimainkan olehnya tadi.
'Beraninya dia.'
Gaea memutar bola matanya, untuk apa Rainer jika bisa bersenang-senang sendiri?
Iya.
Lupakan Rainer.
Dengan semangat, Gaea membuka pintu, "Eh?" Ia terkejut mendapati Alex berada di balik pintu hendak membukanya juga, "Ada apa?"
"Kita akan membuatmu seperti Princess."