Novel ini hanya ada di aplikasi WebNovel kalau ada di aplikasi lain berarti dibajak
Saya kasih catatan karena udah banyaknya kasus novel dibajak, dan saya kena, ga dapet royalti
Jadi bagi pembaca belum tahu apa itu aplikasi WebNovel, kalian bisa download aplikasi bertuliskan WebNovel di playstore
Di WebNovel koinnya lebih murah dan ada voucher baca gratis sampai 3 loh
Terima kasih,
Nona_ge
***
Aizawa tersenyum, "Gaea-san," panggilnya lagi.
Gaea mengembuskan napasnya lega, mengira siapa, hanya Aizawa dan siapa yang berada di samping pria paruh baya itu? Bodyguard? Tak hanya itu Bodyguard itu membawa dua gelas berisi cairan berwarna merah gelap, "Iya?"
"Aku hanya berpikir kenapa kau di sini? Tidak bersama Eryk-san?" Aizawa bertanya, "lelang kan sudah di mulai."
"Maaf, aku tidak suka menjadi pusat perhatian," kata Gaea, "Uh, Aizawa-san sendiri kenapa tidak ikut?"
"Aku hanya ingin melihat jalannya lelang," kata Aizawa.
Gaea berpikir. Bukankah tadi Aozora mendiskusikan mengenai lelang? Apa hanya berdua dengan Eryk? Harus hati-hati, "Begitukah? Kalau begitu mau minum dengan aku? Rainer sedang mengambilnya."
"Ah, Rainer-san," kata Aizawa, "aku bertemu dengan Rainer-san, dia menitipkan minuman untukku. Richard berikan wine tadi pada Gaea-san."
Gaea sekarang mengerti kenapa Bodyguard bernama Richard itu membawa gelas yang ternyata minuman alkohol. Ia agak ragu-ragu menerimanya.
Pernah mendengar jangan menerima apa pun dari orang asing, 'kan?
Itulah yang dirasakan Gaea sekarang, Aizawa mungkin partner kerja Eryk, ia juga sempat membela Aizawa tetapi bukan berarti harus menurunkan pertahanannya. Diambilnya gelas itu, menghirup aromanya yang seperti buah anggur.
Tidak salah lagi ini adalah wine, sama dengan pesanannya. Rainer kenapa mengambil dua? Mengaja minum bersamanya atau menyetok bila kurang jadi tak perlu bolak-balik.
Yang jadi pertanyaannya, Rainer kemana sampai mau menitipkan minuman pada Aizawa? Ia tahu Rainer bukan pria yang mudah percaya orang bahkan pada dirinya pun tidak.
Positif, Aizawa merencanakan sesuatu, pria paruh baya itu salah memanfaatkan Rainer untuk melaksanakan aksinya, atau Aizawa tidak memiliki waktu banyak menyelidiki sifat dan sikap Rainer? Menarik.
Gaea harus mengulur waktu hingga Rainer kembali, dan juga bersikap biasa agar Aizawa tidak curiga dan melakukan yang tidak-tidak, tetapi pertama ... ia segera membuka jendela, membuka celah supaya bisa membuang wine tersebut, cukup besar agar tidak menempel di jendela ketika hendak membuangnya.
Aizawa mengambil gelas yang satunya lagi, menyuruh Richard keluar ruangan, barulah berjalan mendekat ke tempat Gaea berada, "Bersulang?"
Gaea tersenyum mendapat kesempatan, "Tentu."
Mereka mengadu gelas pelan sehingga menimbulkan bunyi kecil.
Gaea memanfaatkan kesempatan ini dengan sedikit bersandar pada daun jendela, lalu mendekatkan gelas ke bibirnya ketika Aizawa menenggak minumannya di situlah dengan cepat membuang wine melalui bahunya, dan memasang senyum polosnya, "Ini sungguhan membuat tubuhku rileks."
Aizawa berpikir sebentar, "Alkohol memang bisa menghangatkan tubuh, rasa wine tidak buruk tetapi aku masih suka sake."
"Sake?"
Aizawa mengangguk, "Gaea-san juga harus mencoba sake, tidak kalah enak juga."
"Mungkin nanti," Gaea tidak yakin dengan ucapannya. Sake dari Jepang yang pasti mesti ke restoran khas Jepang supaya bis mencoba rasa sake, tentu saja jawabannya tidak, lebih baik membeli makanan yang lebih murah.
"Aku dengar Gaea-san seorang Bartender?" tanya Aizawa.
"Iya, tapi aku masih belajar," sahut Gaea.
"Aku jadi ingin melihatnya dan mencoba sedikit," kata Aizawa, "walaupun Gaea-san lebih cocok menjadi model."
"Model!?" Gaea sungguh-sungguh tidak menyangka topik percakapan akan ke sana.
"Sejujurnya aku ingin menawarkan Gaea-san menjadi model di iklan yang perusahaanku buat," kata Aizawa, "perusahaanku bekerja di bidang periklanan."
"Oh." Gaea merasa tersanjung dirinya dipuji cocok menjadi model, mungkin efek make-up yang dikenakannya jadi Aizawa tertarik? Ia menjadi merasa bersalah sudah mencurigai pria paruh baya di depannya ini.
Ataukah tidak? Aizawa tengah berakting? Seperti dirinya?
'Rainer cepatlah kemari.'
"Aku tidak bisa, Eryk pasti tidak setuju," kata Gaea sedih, "dia begitu peduli privasiku, dia pasti berkata: urus saja aku jangan pedulikan yang lain."
Aizawa tertawa, "Eryk-san terdengar begitu mencintaimu, Gaea-san."
Gaea tidak menjawab, "Iya,"—begitu berat diucapkannya—"Eryk memang,"—dengan Katherine.
"Apakah Gaea-san tidak tertarik selain menjadi Bartender?" tanya Aizawa.
"Aku sejujurnya ingin menjadi Ilmuwan," sahut Gaea.
Sudit bibir Aizawa tertarik sedikit, "Ilmuwan? Gaea-san pasti wanita yang jenius ...."
Gaea tersipu mendengarnya, "Iya keturunan, orang tuaku seorang Ilmuwan juga."
"Oh, my," informasi yang bagus. "Ilmuwan? Memangnya Gaea-san nama keluarganya apa? Siapa tahu aku mengenal Orang Tua Gaea-san."
"Nama keluargaku?" Gaea ragu-ragu sesaat, sebelum akhirnya tersadar akan sesuatu, "nama keluargaku Silva." Tidak mungkin mengatakan nama asli keluarganya dan lagi bukankah Aizawa mengaguminya setelah melihat video lamaran? Di sana kan tersebut nama keluarganya.
Dan apa ini yang dirasakannya?
"Oh, begitu? Aku tidak begitu mendalami nama seorang Ilmuwan," kata Aizawa, "aku harap orang tuamu sukses dengan apa pun yang sedang mereka teliti, Gaea-san."
Gaea awalnya sedih terpikir orang tuanya sebelum kemudian menggelengkan kepala mencoba berpikir lurus lagi.
Gaea merasa Aizawa sedang mendalami informasinya? Ataukah ia terlalu negatif? Barusan merasa bersalah berpikir ke sana pada Aizawa ....
Gaea terkesikap.
Ataukah Aizawa sedang mempermainkan perasaannya, mencari celah dari perasaannya itu untuk mendapat informasi tersebut? Jika benar, Aizawa orang yang licik dan hati-hati.
Gaea tidak bisa bersama Aizawa berdua begini, jika berlama-lama, ia akan terperdaya lagi dan menyampaikan informasi yang tidak boleh diberikan seperti nama keluarganya.
Panggil ia paranoid, ia tidak peduli. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
"Maaf, tetapi aku ingin melihat Eryk, dia bilang mau menunjukan berlian lain yang jadi lelang malam ini," kata Gaea.
"Bukankah Gaea-san tadi tidak suka jadi pusat perhatian?" tanya Aizawa polos.
Gaea mengepalkan tangannya menahan kesalnya.
Memang benar Aizawa orang yang licik, memakai ucapannya agar tetap di sini?
"Eryk lelaki yang tidak suka menunggu lama," kata Gaea, "aku di sini hanya minum supaya bisa rileks sebentar."
"Baiklah," kata Aizawa, "senang berbincang denganmu, Gaea-san."
Semau apa pun Gaea ingin menjawab dengan ketus, ia tidak bisa, dengan senyum palsunya menjawab, "Aku juga, Aizawa-san. Permisi, iya," katanya lalu keluar yang ada Richard berdiri menjaga di luar. Tidak peduli berjalan meninggalkan ruangan itu.
Aizawa yang masih berada di ruangan, berjalan menuju jendela, matanya melirik keluar jendela, mencari sesuatu di sana, menyeringai kecil setelah menemukannya, sebuah cipratan berwarna merah.
"Sepertinya kau bukanlah wanita yang berwajah cantik saja, Gaea-san ...."
***
Gaea kembali ke tempat terakhir kali Eryk dan Aozora pergi, sebuah ruangan yang kini ramai dipenuhi peserta lelang.
"Aku tidak tahu mereka ke mana, mungkin aku harus mencari Rainer?" gumam Gaea.
Padahal Aizawa bilang acara lelang sudah di mulai tetapi kenapa tidak ada tanda-tanda Eryk atau Aozora di depan podium lelang?
Gaea mengepalkan tangannya.
Kecuali itu memang disengaja agar ia yang memang tidak suka keramaian bisa berdiam diri?
Gaea menepuk keningnya, merasa kecewa akan dirinya sendiri, haruskah bercerita tentang percakapan Aizawa tadi pada Eryk? Ia menggelengkan kepalanya, tidak bisa, tidak bisa bercerita sekarang, Eryk pasti kehilangan fokus, dan takkan dibiarkan terjadi, ini lelang pertama yang dibuat Eryk lagipula.
'Lelah sekali menjadi tunangan Eryk.'
Gaea berjalan ke lorong yang sedikit sepi, bersandar di dinding, mengembuskan napas kecil. Setidaknya harus berusaha tidak sendirian sampai lelang ini berakhir. Ia mengambil ponselnya hendak menelepon Rainer sampai suara berat menghentikannya.
"Kau masih di sini?"
Gaea menengadahkan kepalanya, wajah Eryk yang heran menyambutnya, "Eryk!?"
"Kau tidak ke ruangan? Mana Rainer?" Eryk bertanya lagi, melirik ke sana kemari mencari saudaranya.
Gaea begitu lega benar-benar lega melihat Eryk, entah apa yang dirasakannya, langsung menghambur ke dada pria itu, memeluk erat.
Eryk tentu terkejut dipeluk tiba-tiba seperti itu namun tidak melepaskannya karena ada beberapa orang yang melewati mereka, "Apa yang kau lakukan?"
"Bisakah kau bilang, kerja yang bagus Gaea?" pintanya pelan, tanpa beranjak sama sekali. Ia butuh semangat meskipun usahanya tadi sedikit gagal dan semangat Eryk yang paling dibutuhkan saat ini.
"Permintaan macam itu?" tanya Eryk heran.
"Please?" Gaea meminta sekali lagi, kali ini memandang mata Eryk memelas.
Eryk tidak menjawab, memperhatikan Gaea apakah ini sebuah gurauan, dan menyadari bahwa tubuh wanita itu gemetaran seperti ketakutan? Ia mengerti bawah wanita itu tidak sedang mempermainkannya, menurut akhirnya, "Kerja yang bagus, Gaea ...," Sambil membelai lembut rambut wanita itu yang seketika membuatnya teringat sesuatu, "kau cantik sekali hari ini."
Mata Gaea melebar.
'Eryk memujiku? Eryk—?'
Tetapi ekspresi Eryk sama sekali tidak main-main, serius, sentuhan pria itu juga lembut sekali di rambutnya.
"Kalau begitu cium aku ...."
Mata Eryk melebar.
Gaea menyadari apa yang baru saja dikatakannya fatal, "Eryk?"
Eryk masih tidak menjawab, masih syok akan pengakuan Gaea yang tiba-tiba.
Gaea jadi malu sendiri. Ucapannya pasti begitu tiba-tiba hingga Eryk sampai membeku seperti es begitu.
Pikir.
'Pikir sesuatu untuk menyelamatkan dirimu!'
"Kau jangan terlalu syok begitu, Eryk," kata Gaea dingin, "itu yang dikatakan Aizawa-san padaku."
Eryk akhirnya tersadar dari syoknya, "Apa ...? Aizawa ...!?"—otaknya yang masih blank tidak bisa mencernanya.
"Dia menggodaku, Eryk," kata Gaea, "dia meminta aku untuk menciumnya," lanjutnya gugup—dalam hati berharap Eryk percaya.
"Dia ...," sekarang Eryk mengerti, darah mulai mendidih di kepalanya, "aku tahu ada yang aneh padanya saat dia ingin melihatmu, aku tidak menyangka akan separah ini," jelasnya jijik, "permisi, ada yang harus aku urus."
Gaea langsung menghentikan Eryk dengan menghalangi jalan, kenal sekali tatapan mata dingin itu. Eryk sungguh-sungguh murka, "Tidak Eryk. Jangan buat kegaduhan."
Jika Eryk berbicara pada Aizawa makan habis harga dirinya akan menjadi bahan gurauan Eryk selama beberapa minggu ke depan.
"Aku harus, Gaea," kata Eryk.
"Tidak," Gaea juga tidak mau mengalah bahkan membentangkan tangannya berani.
Eryk mengembuskan napasnya, "Baiklah aku tidak," Ia akhirnya mengalah juga; masih ada pesta nanti walaupun tidak yakin Aizawa akan berani menampakan diri di sana karena berani menggoda tunangannya, "aku harus pergi, mau mengecek daftar tamu."
Gaea lega sekali Eryk lebih mudah dibujuk sekarang, "Baiklah."
Aneh sekali seorang Eryk mengecek daftar tamu yang datang, apakah lagi menunggu seseorang? Ia harap bukan Katherine. Ia masih belum siap menghadapi kekasih Eryk sesungguhnya.
Sebelum Eryk pergi, ia berkata, "Kau diam di sini, aku akan panggilkan Alex."
Gaea mengembuskan napas.
Sendirian lagi.
"Kau punya cara merayu yang ... unik iya?"
Gaea terkejut mendengarnya.
Rainer tiba-tiba sudah berada di depannya.
"Kau dari mana!?" tanya Gaea sedikit jengkel.
"Mengerjakan tugasku," sahut Rainer santai.
"Aku hampir membongkar identitasku," kata Gaea frustrasi.
"Aku tahu," sahut Rainer masih santai.
Gaea tentu saja terkejut mendengarnya, "Kau tahu?" Sekarang ia marah besar, "kenapa kau tidak menolongku?"
Rainer berpikir sesaat, "Kalau begitu aku tidak bisa tahu motif sebenarnya lelaki itu."
"Lelaki itu?" Gaea tidak mengerti awalnya, baru mengerti saat Rainer menunjuk ke arah keramaian, "oh," tentu, Rainer tidak bisa jujur karena banyak orang, "kau mendapatkan apa yang kau inginkan?" sindirnya halus, tidak percaya Rainer lebih memilih pekerjaan dari pada keselamatan dirinya dan tidak percaya Aizawa masih berada di sini mengobrol sama tamu yang lain.
"Tidak terlalu," kata Rainer, "tetapi sekarang kita tahu bahwa dia tertarik dengan identitas dirimu," jelasnya, "aku memiliki kesimpulan lelaki itu bekerja pada orang lain."
"Semacam bawahan?" Gaea menebak, ketika itu juga Rainer mengangguk, "kepalaku rasa ingin meledak! Aku tidak mengerti! Aku hanya wanita biasa kenapa lelaki sematang itu bisa tertarik padaku?"
Itu tidak masuk akal—kecuali Aizawa termasuk komplotan pelaku yang telah membunuh kedua orang tuanya.
Hanya satu hal yang tidak di mengerti olehnya, Aizawa orang Jepang, sementara orang tuanya sama sekali tidak pernah terlihat memiliki teman orang Jepang, bagaimana bisa Aizawa terlibat? Mungkin soal bisnis atau apalah yang tidak ditahunya.
Yang pasti, Gaea merasa tidak aman berada di kota New York.
"Haruskah aku pindah lagi?" tanya Gaea sedih.
Pindah keluar kota berarti tidak bertemu dengan teman-temannya termasuk Eryk. Memikirkan saja sudah ingin menangis.
"Apa yang kau bicarakan? Aku dan Eryk akan melindungimu," kata Rainer, "kau jangan deh berasumsi yang tidak-tidak tanpa bukti yang jelas, Gaea."
Benar, tetapi Gaea tentu memikirkannya, ini mengenai keselamatannya juga, sepertinya tak ada pilihan selain menaruh kepercayaan kepada Eryk dan Rainer.
"Kau mau menonton atau kembali ke ruangan? Aku yakin lelaki itu sudah pergi," kata Rainer.
"Tidak," Gaea menjawab dengan cepat, "aku mau menonton saja."
Ada Rainer di sampingnya, dan Eryk di depannya, tentu melihat lelang takkan membosankan lagi, 'kan?
***
Gaea menguap lebar.
Ia tarik lagi kata-katanya dua jam yang lalu, lelang ini sungguh membosankan menonton peserta memamerkan kekayaan mereka. Ia terheran-heran apa enaknya membeli berlian hanya dijadikan koleksi bukan dijual kembali.
Gaea tak mengerti kesenangan seorang Kolektor.
Wajah tampan Eryk dan Rainer memang berhasil mengatasi kantuknya namun, hanya bertahan satu jam, sekarang berusaha sendiri menahan kebosanannya, sejak awal dikiranya acara lelang bukan tempat yang asyik.
Gaea melirik Eryk yang berdiri di samping podium, tidak menunjukan rasa bosan sama sekali tetap tenang, berpikir pangangan Eryk melihat ke mana, keramaian atau seseorang?Apakah Eryk bisa melihat ia dan Rainer di keramaian?
Gaea memutar bola matanya.
Tentu saja Eryk takkan peduli ia berada di mana, yang ada dipikiran Eryk hanya uang, bagaimana caranya menjadi lebih kaya.
"Terjual lima puluh ribu dollar!"
Mata Gaea membulat mendengar angka nominal yang baru saja disebut itu tidak menyangka berlian semahal itu mengingat pernah berada di tangannya, pernah jatuh juga. Sekarang mengerti kenapa Eryk begitu marah ia tidak memperhatikan perawatan berlian tersebut.
Bagaimana bisa memperhatikan? Pada dasarnya ia belum pernah memiliki berlian, paling mahal bisa mempunyai cincin emas.
Di sini Gaea tersadar betapa jauh kehidupan Eryk dengan dirinya sendiri.
Eryk mengambil alih, berdiri di podium, "Terima kasih sekali sudah mengikuti lelang malam ini. Aku harap kalian menikmati pesta setelah acara lelang ini," katanya dengan penuh wibawa.
Gaea dengan polosnya ikut bertepuk tangan.
Semua peserta di sini merupakan partner kerja Eryk?
Tepuk tangan saja lebih cocok.
"Eryk tidak mengumumkan tentang kami?" Gaea berbisik pada Rainer yang berada di sampingnya setelah melihat Eryk kembali berdiri di tempatnya semula, diganti oleh pemilik toko berlian tadi.
"Eryk tidak pernah mencampur urusan bisnis dengan urusan pribadinya," sahut Rainer kalem, "dia akan mengumumkannya di pesta, kau sudah lupa tadi?"
Gaea tertawa kikuk. Ia lupa, salahkan Aizawa yang membuatnya tegang malam ini.
Rainer menyeringai kecil, "Aku harap kau siap menjadi pusat perhatian pesta, Gaea Silva ...." bisiknya menggoda.
Gaea merona mendengarnya. Untuk pertama kalinya dibisikan Rainer membuatnya sedikit panas ...? Namun, sadar akan menjadi pusat perhatian, otot-ototnya berubah tegang, "Aku butuh minum lagi ...."
***
Gaea sudah minum, merapikan gaunnya, memastikan semuanya sempurna. Matanya memandang kerumunan peserta yang lagi berbincang-bincang sambil minum.
Mereka semua hampir Gaea kenali namun, yang menarik perhatiannya adalah pemilik perusahaan incarannya juga hadir di sini. Ia sudah mengirim lamaran, tapi masih belum ada tanggapan mungkin karena belum lulus dan mengambil kelas karyawan.
Universitasnya memang sedikit berbeda, yang masuk kelas biasa ketika lulus dicarikan oleh Universitasnya, berbeda dengan kelas malam, harus mencari sendiri. Ia tidak menyerah toh nilainya tinggi, optimis mampu mewujudkan mimpinya.
"Kau tenanglah," kata Eryk.
Gaea tertawa mendengarnya.
Tidak salah dengar? Eryk memintanya tenang? Tenang?
"Aku hanya memperkenalkanmu bukan melakukan sesuatu yang membahayakan," kata Eryk, "yang terbaik, kau hanya perlu bicara jika ada yang bertanya padamu, aku yang mengurus semuanya."
Gaea tidak puas mendengarnya, "Kau sadar aku bukan boneka, 'kan?"
Eryk menatapnya tak percaya, "Tentu saja, aku melakukannya agar kau tidak mempermalukan dirimu sendiri," katanya, "dan aku juga sebab kau masuk keluarga Enzo sekarang."
Gaea terkejut mendengarnya.
Keluarga Enzo.
Sudah berapa lama ia ingin menjadi bagian keluarga Enzo? Tepatnya kekasih Eryk, tapi Gaea sama sekali tidak senang justru sedih bukan seperti ini yang dimau bukan karena paksaan.
"Aku mengerti," kata Gaea.
Eryk mengulurkan tangannya, tanpa protes apa-apa lagi, Gaea meraihnya, mereka jalan menuju para peserta lelang berada, menuruni tangga selangkah demi selangkah, semakin ke bawah, mata para tamu tertuju pada mereka, obrolan pun perlahan meredam hingga sepi setelah mereka sampai di bawah tangga.
Eryk tersenyum, "Terima kasih sudah datang malam ini, aku harap tuan dan nyonya menikmati pesta malam ini," katanya sopan, "selain itu aku juga ingin membagikan kabar kebahagiaan malam ini," Ia melirik Gaea yang berada di sampingnya, memberikan isyarat untuk tersenyum.
Gaea otomatis membalas senyum, senyum terbaiknya, palsu terbaiknya.
Begitu menyedihkan dirinya.
"Aku pikir, ada di antara kalian yang mengetahui video mengenai aku tadi pagi," kata Eryk dengan nada candaan, "tapi aku ingin tetap mengumumkan bahwa aku, Eryk Enzo dan yang berada di sampingku sekarang ini, Gaea Silva, kami resmi bertunangan ...," lanjutnya dengan tatapan mata serius, yang disambut tepuk tangan meriah dari para tamu.
Gaea merasa mual dengan ini semua ingin cepat-cepat pulang dan tidur, melupakan ini semua.
Gaea bahkan tidak bisa menatap orang-orang karena hatinya dirundung rasa bersalah yang besar. Ia dan Eryk baru membohongi seluruh orang di sini, mungkin seluruh penduduk Amerika mengingat Eryk pebisnis yang sedang naik daun.
Gaea yang sejak awal hanya menunduk, dikagetkan dengan Eryk yang memutar pelan tubuhnya agar mereka bisa berhadapan, menatap bingung pria itu, berikutnya, ia membeku ketika merasakan bibir Eryk mendarat di bibirnya cuma sebentar, sebuah kecupan singkat yang belum sempat diresponnya.
Ciuman tadi, Gaea tidak merasakan apa-apa, dingin, mungkin seperti itulah perasaan Eryk padanya sekarang.
Eryk sedikit melemparkan senyum misterius ke Gaea sebelum kembali memandang para tamu, "Terima kasih sekali lagi."
Halo, perkenalkan saya nona_ger :) saya masih baru di sini, jadi silakan kritik dan saran para pembaca atau senior di sini :)
Sejujurnya saya bingung cara ganti cover buku ini bagaimana :( sudah saya cara ini di inkstone tapi cuma bisa cek doang :( jadi jika para pembaca atau senior mau berbaik hati silakan komentar ya :) dan jangan lupa buat power stone/batu daya agar novel ini maju :)
Terima kasih :)