webnovel

Deadly Sword

Hidup selama 50 tahun di dalam hutan Lostingsoul membuat Aiden sama sekali tidak mengetahui perkembangan dunia luar. Dia terus berlatih selama itu dengan gurunya tanpa menghiraukan yang lain. Aiden tumbuh menjadi Warrior yang kuat dan dibanggakan oleh gurunya. Namun, setelah kepergian gurunya, Aiden harus berlatih sendiri tanpa ada yang membimbingnya. Aiden kemudian memutuskan untuk keluar dari hutan dan mencoba mencari pengalaman baru, berbekal ilmu yang sudah gurunya ajarkan.

Spartan445 · Fantasy
Not enough ratings
17 Chs

Spiritual Mansion

Di tengah kemelut pikiran yang tidak menentu, Selia hanya bisa menerima apa yang ada di depannya sekarang.

Mungkin benar kalau itu adalah Aiden, namun Selia tetap tidak akan mengakuinya semudah membalikkan telapak tangan. Dia hanya menerima, tapi tidak mengakui. Dia menerima bahwa mungkin itu adalah orang tua yang sebelumnya ia temui, namun dia tidak mengakui kalau itu benar-benar orang yang sama.

Perbedaan di antaranya memang agak samar, namun untuk Selia itu adalah hal yang sangat jelas. Jika dia mengakui kalau remaja tampan dengan pakaian ungu tua yang menarik ini adalah Aiden, maka itu artinya kekalahan untuk Selia. Karena ternyata Aiden lebih superior dan rupawan darinya hingga tidak ada alasan lagi untuknya menolak pernikahan yang sudah dijanjikan oleh dirinya sendiri.

Kenyataannya, meskipun Selia sedikit tidak menyukai kekalahan telak ini, namun dia tetap merasa senang.

Mendapatkan seorang suami yang hebat dan rupawan, wanita mana yang tidak mau itu? apalagi sifatnya yang tidak terlalu buruk. Tentu, setiap wanita akan saling berebut untuk mendapatkan hatinya. Jadi intinya Selia merupakan wanita beruntung yang bisa menikahi suami idaman ini sebelum para gadis lain mengincarnya.

Terlepas di masa depan nanti ketika mereka berdua meninggalkan Hutan Lostingsoul, wanita yang ingin menggoda Aiden akan langsung berhadapan dengan Selia.

Ngomong-ngomong, mereka tidak memakai pakaian yang sama. Orang tua tadi memakai pakaian kuno dan sedikit aneh, sementara pemuda ini memakai pakaian yang berkelas seperti layaknya seorang bangsawan, tidak! Tapi seorang pangeran.

"Baiklah, hanya untuk memastikan aku akan menunggu orang ini kembali dari meditasinya." Selia memandangi wajahnya sekilas lalu memutar kepalanya dan mencari tempat teduh di bawah pohon dan menunggu di sana.

Sebenarnya Selia tidak perlu memastikan lagi, mengingat manusia yang tinggal di hutan terkutuk ini hanya ada empat orang. Satu sudah meninggal, satu sedang ada di rumah, dan dua saling berhadapan di pinggiran hutan.

Matahari mulai terik, sinarnya menembus dedaunan dan membawa sedikit udara panas. Namun karena kerapatan pohon di Hutan Lostingsoul yang sangat tinggi, udara panas itu seketika sirna. Ditambah dengan pohon-pohon yang hidup di sini berumur paling muda adalah ribuan tahun, maka keteduhan yang di sediakan oleh pohon-pohon raksasa Lostingsoul mencapai area yang sangat luas.

Selia masih menunggu remaja yang sedang bermeditasi di atas batu besar di seberangnya untuk bangun, dia sudah menghabiskan beberapa jam tanpa berbuat apa-apa kecuali sesekali mengumpulkan Mana karena bosan.

Sejak tadi, tidak ada satu pun Demonic Beast yang datang menggangu. Selia tidak mengerti kenapa hal ini bisa terjadi. Biasanya, Demonic Beast akan menyerang siapa pun yang berada dalam wilayahnya tidak terkecuali. Namun sekarang berbeda, setelah beberapa jam duduk dan menunggu di pinggiran hutan, tak satu pun Demonic Beast yang datang menyerangnya, padahal Selia sudah bersiap-siap dari tadi.

Dia sedikit kecewa namun juga senang. Karena dengan begini, remaja yang bermeditasi di atas batu itu tidak akan terganggu sama sekali. Dan Selia juga bisa bersantai atau tidur sejenak.

Dia terus menunggu dan menunggu sampai akhirnya malam yang dingin tiba. Selia membuat api unggun di dekat batu tempat remaja itu duduk agar ia tidak kedinginan, selain itu, Selia juga bermaksud membangunkannya dengan membakar beberapa daging berlemak sehingga aroma sedap bisa tercium oleh hidungnya. Namun ternyata dia sama sekali tidak terpengaruh.

"Hah, sebenarnya apa yang kuharapkan dari ini?" Selia mendesah ringan. Saat ini Selia tidak bisa menahan rasa penasarannya tentang identitas remaja itu, apakah Aiden atau orang lain. Akibatnya secara tidak sadar dia melakukan berbagai cara agar orang itu terbangun dari meditasinya yang panjang.

Tetapi selama ini, semua usaha Selia selalu berujung pada kegagalan. Jadi dia menyerah dan memilih untuk menunggu.

Dua hari.....

Tiga hari.....

Empat hari...

Selia terus menunggunya, tapi dia tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun. Selia merasa putus asa dan sedikit sebal karena itu. Dia mengumpat dalam hati lalu bergegas menuju batu tempat remaja itu bermeditasi kemudian berniat membangunkannya secara langsung. Selia benar-benar kehabisan rasa sabarnya.

Namun ketika Selia berjarak kurang lebih 5 meter dari remaja itu, dia terlempar ke belakang dengan keras oleh energi yang tak kasat mata.

Di tengah keterkejutan Selia, tiba-tiba remaja itu membuka matanya perlahan...

———

Beberapa waktu sebelum Aiden bangun.

Aiden sedang berada di alam yang sama sekali tidak ia kenali, dia merasa sedikit takut pada awalnya. Namun semua itu sirna saat Aiden mendarat di tengah pulau di depan mansion misterius.

Mansion itu memancarkan energi yang sangat murni, bahkan tingkat kemurniannya melebihi lima Pure Element yang selama ini dikenali oleh Aiden.

Ketika Aiden merasa penasaran tentang energi itu, dia cepat-cepat menggali berbagai ilmu yang ada di kepalanya untuk menemukan informasi. Dia menyelam dalam lautan kesadarannya sendiri dan akhirnya menemukan sesuatu.

Seingatnya, ada sebuah buku yang mengatakan tentang energi yang memiliki kemurnian hampir seratus persen. Energi itu sangat kuat dan menakjubkan.

Pada dasarnya semakin murni suatu energi atau mana, maka kekuatan yang dimilikinya juga akan semakin besar. Selain itu, tingkat kemurnian energi juga mempengaruhi jumlah energi yang bisa disimpan oleh pemiliknya.

Semakin murni maka semakin banyak energi yang bisa disimpan. Sebaliknya, semakin kotor maka semakin sedikit yang bisa disimpan. Sebagai contohnya adalah seorang anak yang memiliki tingkat kecocokan mana atau energi api sedang, sejak kecil dia selalu meningkatkan kekuatannya tetapi tidak di dekat sumber energi api yang murni seperti di kawah gunung berapi. Jika seperti itu, maka dia hanya akan memiliki jumlah energi api rata-rata dan tidak terlalu kuat.

Di sisi lain, bila anak itu selalu berlatih di dekat kawah gunung berapi, meskipun dia hanya berlatih selama satu tahun namun dia pasti bisa mengalahkan lawannya yang berlatih selama tiga tahun di tempat biasa dengan sangat mudah.

Selain menguntungkan dalam pertarungan jangka panjang karena memiliki jumlah energi mana yang besar, kemurnian suatu energi juga memberikan kekuatan tempur yang dahsyat.

Artinya, bila seorang Warrior mau pun Mage ingin berdiri di puncak kekuatan, maka mereka harus berlatih di tempat-tempat di mana energi termurni mereka berada.

Sekarang, Aiden secara tidak sengaja atau mungkin memang keberuntungannya menemukan sebuah energi dengan tingkat kemurnian yang menakutkan.

Aiden berdiri di depan pintu mansion sambil tersenyum senang, dia mendapatkan sebuah harta karun. Bagi setiap ahli bela diri, energi yang sangat murni seperti ini adalah sebuah berkah yang sangat tak ternilai. Dia pasti sangat beruntung hari ini.

Aiden melangkahkan kakinya menuju pintu besar yang terbuat dari kayu berhiaskan ukiran-ukiran rumit dari mansion itu. Meskipun merasa sedikit ragu, namun Aiden tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang sudah diberikan kepadanya untuk memanfaatkan energi misterius ini.

Ketika Aiden ingin mendorong pintu besar itu, dia mendengar suara yang bergema di udara.

"Hahaha, sudah lama aku tidak mendapatkan pengunjung." Suara itu memiliki tekanan yang kuat dan terkesan berkuasa atas semua hal. Yang sukses membuat Aiden mengurungkan niatnya untuk mendorong pintu itu dan meningkatkan kewaspadaannnya.

Tubuhnya menegang dan siap untuk menerima serangan kejutan dari segala arah yang mungkin akan dilancarkan oleh pemilik suara misterius itu. Karena latihan kerasnya selama ini, Aiden jadi memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara cepat dan tepat.

Aiden meletakkan tangannya pada pedang yang ada di pinggangnya, dia sekarang berada dalam mode siap bertarung.

"Jangan takut bocah, aku tidak bisa melukaimu begitu juga sebaliknya." Seperti mengerti tentang apa yang dipikirkan Aiden, suara itu tiba-tiba berbicara diikuti dengan nada ucapan yang berubah jadi sedikit bersahabat.

Aiden menghela napas lega. Tubuhnya yang agak tegang kembali rileks.

"Terimakasih atas informasinya senior. Kalau aku boleh tahu siapakah Anda?" Aiden bertanya sambil sedikit menundukkan kepalanya di depan pintu mansion.

"Tidak perlu formal, aku hanyalah penjaga dari mansion ini."

Hanya penjaga? Penjaganya saja sukses membuat Aiden yang sudah mendalami ilmu bela diri selama lima puluh tahun bersikap sangat berhati-hati, lalu bagaimana dengan pemilik tempat ini?

"Oh, dan kau sekarang adalah pemilik dari Spiritual Mansion. Bahkan orang tua itu tidak bisa menjadi pemilik tempat ini tetapi muridnya malah berhasil melakukannya? Sungguh ironis." Dalam perkataannya, seseorang dapat merasakan sedikit nada ejekan di sana.

Spiritual Mansion? Aiden sekarang pemiliknya? Bahkan gurunya tidak bisa memiliki tempat dengan energi sangat murni ini? lalu bagaimana bisa dia memilikinya? berbagai pertanyaan muncul di dalam pikiran Aiden.

Semua hal yang tiba-tiba saja ini membuat Aiden hanya bisa berdiri di depan pintu mansion sambil membuka mata dan mulutnya lebar-lebar. Dia terlalu syok dengan apa yang baru saja dia dapatkan.

Sebuah mansion spiritual. Aiden tahu dari buku yang pernah dibacanya bahwa seseorang yang benar-benar beruntung memiliki kesempatan untuk mendapatkan kekuatan istimewa tersembunyi dari tempat-tempat khusus. Contohnya adalah Spiritual Mansion dari hutan Lostingsoul ini yang baru saja didapatkan oleh Aiden secara tidak sengaja.

Menanggapi kejutan menarik ini, otomatis otak Aiden yang mulai penasaran melemparkan beberapa pertanyaan pada dirinya sendiri.

Seperti, "Kenapa guru tidak bisa menjadi pemilik...."

"Kalau kau ingin bertanya pertama-tama masuklah dulu." Suara itu kembali terdengar di telinga Aiden, menyadarkannya sehingga dia sedikit tersentak.

"Apa orang ini bisa membaca pikiran? Kenapa semua hal yang ingin aku lakukan selalu terbaca olehnya?" Aiden bergumam dalam hati. Namun dia segera memperbaiki sikapnya dan beranjak sambil mengucapkan, "Baiklah senior."

Aiden membuka pintu kayu di depannya. Dari ukurannya, seharusnya pintu yang sedang didorong ke arah dalam oleh Aiden ini akan memiliki berat yang tidak sedikit. Meskipun bagi seorang Warrior Mortal Gate : stage 15 sekali pun. Namun yang saat ini dirasakan olehnya hanyalah seperti mendorong secarik kertas tipis tanpa bobot sama sekali.

"Bagaimana bisa?" Tanya Aiden secara tidak sadar. "Itu hanya mekanisme bagi pemilik yang sah, sudah biasa terjadi," suara misterius itu kembali terdengar menjawab pertanyaan Aiden.

Kalau mendengarkan dengan teliti, suaranya persis seperti orang tua yang berwibawa. "Maaf senior, bolehkah aku tau namamu?" Aiden yang akan meledak karena penasaran akhirnya bertanya.

"Panggil saja—"

"Panggil saja Herdian!"

Belum sempat suara itu menyelesaikan kalimatnya, sebuah suara kembali terdengar di telinga Aiden. Namun kali ini suara itu memiliki kenangan dan kehangatan yang sangat dikenalnya, Guru! itu gurunya!

Sosok tua yang nampak lemah dan sedikit kurus muncul di depan Aiden di tengah lorong panjang berwarna putih. Penampilannya dengan janggut putih panjang dan wajah tenang masih sama seperti terakhir kali dilihat oleh Aiden.

Dia benar-benar Herdian! Herdian yang masih hidup, gurunya!

"Guru?!" Aiden hampir menangis ketika melihat gurunya yang selama lima puluh tahun ini sudah merawat dan melatihnya sepenuh hati.

"Dasar bocah, semuanya sama-sama cengeng! Hmph." Meskipun kalimatnya mencibir namun tidak dengan nada yang digunakan.

"Hei, tidak perlu menangis, apa kau tidak malu dengan penjaga tempat ini? Kau juga Deva, jangan terlalu dingin dengan pemilik barumu." Herdian memarahi suara itu seperti anak kecil sementara dia menghampiri Aiden dan memeluknya lembut.

Setelah reuni kecil-kecilan, Herdian membawa Aiden memasuki mansion dan menuntunnya ke segala tempat yang ada di sini. Ada ruang Guide Books, ruang teknik bela diri, ruang dari berbagai sihir dan ilmu pengetahuan sihir yang mendalam, ruang berlatih, ruang perpustakaan, dan masih banyak lagi.

Bila dihitung, jumlah ruangan di dalam Spiritual Mansion ini kira-kira sebanyak seratus ruangan lebih, dan itu hanya bagian depan. Sebenarnya seberapa besar tempat ini? pikir Aiden.

"Ngomong-ngomong guru, kenapa kau bisa ada di sini?" Saat mereka sedang berkeliling, Aiden merasa sedikit penasaran dengan hal itu, jadi dia menanyakannya.

"Itu sedikit rumit." Herdian ragu-ragu. "Jadi, pada awalnya aku juga mengincar tempat ini namun...." Herdian bercerita panjang lebar pada Aiden, sementara itu Aiden mendengarkan dengan seksama sambil melihat ke seluruh ruangan yang ada dan menghafal tata letaknya.