4 Pertemuan (2)

Ketika cahaya berwarna putih sepenuhnya menghilang setelah beberapa detik, Selia akhirnya bisa melihat ujung kaki Aiden yang berwarna putih seputih susu.

Dia mulai berpikiran aneh, apakah saat Aiden memasuki hutan dia masih berusia 5 tahun? Kalau tidak, kenapa kakinya bisa terlihat sehalus dan seputih bocah berusia 10 tahun?!

Jika Aiden memang bocah 10 tahun, lalu bagaimana Selia yang berusia 18 tahun bisa menikahinya? Bukankah akan terdengar aneh ketika dia mengatakan bahwa Aiden, yang lebih pantas disebut sebagai adik, adalah suaminya?

Selia sendiri sebenarnya tidak masalah bila harus seperti itu, tapi bagaimana dengan Aiden? Dia mungkin saja menolaknya.

Selia mengetahui bahwa banyak anak-anak di kerajaan dan kekaisaran besar yang bahkan belum menginjak sepuluh tahun namun sudah memiliki pasangan hidup yang sah. Dan bahkan kadangkala usia pasangan mereka berbeda jauh. Ia jadi bersikap wajar dengan itu.

Di sisi lain, selain memikirkan tentang pernikahan antara dirinya dan Aiden... yang belum tentu terjadi, Selia juga memikirkan sesuatu.

Hal tersebut adalah tentang Demonic Beast yang tadi menyerangnya. Selia merasa aneh karena dia sama sekali tidak bisa mendeteksi keberadaan Demonic Beast di belakangnya itu.

Semakin aneh karena Demonic Beast tersebut memiliki Mana Element yang berlawanan dengan miliknya, Selia berelemen air sementara Demonic Beast itu api.

Pada dasarnya air dan api saling bertentangan, sehingga seorang Mana Element air seharusnya bisa dengan mudah mendeteksi keberadaan Mana Element api di mana pun dia berada, begitu juga kebalikannya.

Namun, kejadian yang dialami Selia berbeda. Dia bahkan tidak merasakan sedikit pun gejolak pada energi air miliknya saat monster itu mendekat. Padahal, jika benar monster itu berelemen api, maka dalam jarak satu kilometer seharusnya energi air Selia akan bergejolak hebat.

Tidak ada logika di kepalanya yang bisa menjelaskan hal ini, kecuali ... monster itu tidak berelemen api!

"Lalu apa elemennya? Jelas-jelas Demonic Beast itu memiliki Demonic Core yang berkobar dengan api."

Selia tidak bisa tenang sebelum mendapat jawabannya, dia terus berpikir dan berpikir, sampai tidak ia sadari Aiden sudah benar-benar berubah.

Kabut di sekeliling Aiden menghilang, sekarang seorang pemuda yang menarik mata berdiri dengan raut wajah takjub. Matanya berwarna hitam dan pandangannya menenangkan. Kulitnya bersinar seperti terbuat dari giok putih. Rambutnya yang tadinya memiliki uban sekarang sepenuh berwarna hitam cemerlang. Tubuhnya mengecil dan dia sedikit lebih pendek daripada sebelumnya.

Aiden terlihat seperti berumur 16 atau 17 tahun. Namun karena pakaiannya yang kuno dan lusuh serta tidak cocok dengan penampilannya sekarang, juga pakaian itu kebesaran, membuat Aiden terlihat aneh.

Meski begitu, Aiden tetap memandangi tubuhnya sendiri dengan takjub. Menggerakkan jarinya beberapa kali, Aiden lalu meraba kulitnya yang sekarang.

Sangat halus!

Di masal lalu, karena latihan kerasnya sebagai Warrior, kulit dan bentuk tubuh Aiden berubah drastis. Kulitnya mengeras dan tubuhnya jadi dipenuhi otot. Namun setelah merapalkan mantra yang diberikan oleh Selia semua perubahan yang terjadi padanya menghilang seketika.

Kulitnya berwarna putih dan sehalus sutra, sementara tubuhnya kembali terlihat seperti remaja kebanyakan bahkan terlihat lebih baik.

Janggut yang tadinya sepanjang dada dan berwarna putih tiba-tiba juga menghilang dari dagunya. Aiden benar-benar mengalami perubahan penampilan yang menakutkan.

Dari orang tua berumur lima puluh tahunan menjadi remaja tampan berumur belasan tahun!

Sebelum dia berlatih dengan Herdian, Aiden bahkan tidak terlihat setampan ini. Dia mengambil cermin dari Dimensional Realm miliknya dan mencermati bentuk wajahnya yang sekarang dan membandingkannya dengan masa lalu.

Hasilnya adalah .... benar-benar berbeda!

"Seingatku aku tidak punya hidung mancung dan mata yang bersinar tenang seperti ini."

Diam-diam Aiden memuji dirinya sendiri, dia merasa senang karena ternyata mantra sihir bisa digunakan untuk membuatnya kembali muda bahkan setelah 50 tahun berlalu.

Di saat yang sama Aiden juga mengecam gurunya yang tidak mengatakan apapun tentang mantra menakjubkan ini. Alih-alih dia mengetahui mantra ini dari murid pertama gurunya itu, atau kakak seperguruan yang sepertinya harus dia nikahi.

Setelah selesai mengagumi dirinya sendiri, pertama-tama yang dilakukan Aiden adalah mengembalikan cermin dan mengganti pakaiannya yang terlihat kuno dan aneh.

Karena di dalam dimensi ruang tak terbatas miliknya, Dimensional Realm, sudah tersedia banyak sekali pakaian dan keperluan lainnya, Aiden tidak kesulitan untuk mencari pakaian yang cocok untuknya sekarang.

Dengan sapuan tangan, sebuah pakaian berwarna ungu tua muncul di depannya lalu Aiden segera menangkap pakaian itu sebelum jatuh ke tanah. Aiden memutar tubuhnya dan dengan ajaib dia sudah berganti pakaian, sekarang di tangannya adalah pakaian tua yang sebelumnya ia pakai.

Aiden tidak berniat membuangnya, pakaian itu memiliki nilai emosional untuk Aiden, jadi dia menyimpannya dalam Dimensional Realm dan memiliki tempat khusus di sana. Di masa lalu, Aiden selalu mengenakan pakaian itu ketika berlatih dan berjalan-jalan, sesekali dia juga bertelanjang dada namun lebih sering mengenakan pakaian tua itu.

"Sekarang aku terlihat lebih baik."

Setelah memandangi dirinya sekali lagi, Aiden benar-benar puas. Dia ingin berterima kasih pada Selia karena sudah memberikan mantra yang selama ini disembunyikan gurunya. Entah apa yang dipikirkan Herdian, namun Aiden benar-benar kesal karena orang itu tidak menyebutkan sama sekali tentang mantra menakjubkan ini.

Namun saat Aiden memutar kepalanya dan melihat ke arah Selia, dia menemukan gadis itu sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri dan menutup matanya. Aiden jadi tidak berani mengganggunya.

"Hmm ... sepertinya seniorku ini lumayan juga." Dia mengelus dagunya sambil bergumam.

Selain perubahan pada penampilannya, Aiden kelihatannya juga mendapatkan kembali sifat-sifat yang dimiliki oleh para remaja.

Melihat sosok gadis antara 17 atau 18 tahun dengan penampilan menawan dan kecantikan seperti lukisan di depannya ini membuat sedikit gejolak pada pikiran Aiden. Dia terkagum-kagum dengan penampilan Selia.

Sebelumnya, Aiden sama sekali tidak memperhatikan dengan seksama penampilan Selia. Dia hanya melihatnya sekilas dan tidak merasa tertarik sama sekali. Mungkin penyebab itu karena usianya yang sudah tidak lagi muda, sehingga bahkan rasa ketertarikan terhadap lawan jenis juga menurun. Dan dia lebih merasa tertarik pada peningkatan levelnya menuju puncak dari Mortal Gate.

Namun sekarang berbeda, Aiden sekarang ini sama saja dengan anak muda yang berapi-api dalam urusan cinta.

"Wajahnya cantik... Rambutnya indah dengan tiga warna yang selaras... Tubuhnya menggoda.... namun sepertinya dia sedikit kikuk."

Dengan hati-hati Aiden meneliti tubuh Selia dari atas ke bawah. Ketika melakukan itu, Aiden merasakan panas di wajahnya dan sepertinya detak jantungnya juga bertambah cepat.

Gadis cantik dengan penampilan sempurna ditambah gaun biru yang melekat pada tubuh rampingnya, apakah laki-laki sejati bisa menghindari pemandangan indah ini? Rasanya akan sulit.

"Sudahlah." Aiden menghela napas dan mengatur jiwanya dari pemandangan yang menggugah itu.

Dia berbalik lalu mencari sebuah batu besar dan duduk bersila di atasnya tidak jauh dari Selia. Aiden akan bermeditasi untuk memastikan satu hal.

Dia ingin memastikan level kekuatannya saat ini. Bila dia bisa bertambah muda seperti sedia kala, kekuatannya mungkin juga sama. Kemungkinan seperti itu adalah apa yang paling Aiden hindari. Dia tidak ingin memulai dari awal lagi latihan-latihan yang sudah dia lalui dengan kerja keras.

Aiden menutup mata dan mulai mengatur napasnya seirama dengan alam. Sedikit demi sedikit namun pasti, Aiden memasuki alam ketenangan absolut yang hanya bisa di capai dalam keadaan tertentu saja. Entah bagaimana, namun Aiden secara tidak sadar berhasil mencapai keadaan itu yang bahkan para Heaven Gate sulit untuk mencapainya.

Dalam keadaan menyatu dengan alam, kesadaran Aiden tengah terbawa arus energi besar menuju suatu tempat.

"Apa ini?" Dia bisa melihat di sekelilingnya terdapat sekumpulan energi berbentuk seperti bintang berputar-putar mengelilingi sesuatu.

"Putarannya sangat teratur, seperti memiliki jalur mereka sendiri."

Aiden tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya bila sekumpulan energi itu saling bertabrakan satu sama lain. Terlebih, setidaknya satu gumpalan kecil energi saja setara dengan sebuah meteor kecil yang bisa menghancurkan sebuah kerajaan.

Semua energi bintang ini mengelilingi sesuatu, dan sekarang Aiden terseret ke sana.

"Kuharap ini tidak akan merepotkan."

Tak berselang lama, Aiden akhirnya dapat melihat sebuah bangunan seperti mansion kecil berdiri di tengah pulau yang mengambang di antara energi bintang. Mansion itu bisa digambarkan dengan satu kata, "sederhana".

Dari luar, mansion itu tak lebih dari bangunan kuno tanpa penghuni. Sehingga semua orang bahkan Aiden akan menganggap bahwa tak ada yang spesial dari mansion itu.

Namun, bagi mereka yang memiliki pemikiran cepat, mereka pasti akan segera menyadari kalau mansion itu bukanlah mansion biasa.

Jika mansion itu hanya mansion biasa lalu kenapa energi bintang berputar-putar mengelilinginya?

"Ada hal menarik yang sepertinya menungguku." Aiden tersenyum samar.

———

Di tempat lain, tak jauh dari Aiden, Selia akhirnya menyerah dengan pemikirannya yang tak berguna. Dia menyadari kalau dirinya tidak memiliki cukup kepintaran untuk menemukan misteri dari Demonic Beast yang menyerangnya.

Apakah itu karena Demonic Beast tadi tak berelemen api ataukah karena hal lain? Selia sudah benar-benar menyerah.

"Hah... Sepertinya pengetahuanku masih kurang." Selia mendesah lesu dan tak berpikir lebih jauh.

"Jadi, bagaimana rupa dari adik seperguruanku ini?" Selia lebih tertarik pada perubahan seperti apa yang terjadi pada Aiden.

Dia memutar tubuhnya dengan anggun diikuti dengan gaun biru indah yang menyapu ke arah samping. Selia terlihat sangat menarik saat dia melakukan itu, sayangnya Aiden sekarang sedang berada di tempat lain untuk bisa melihat pemandangan menakjubkan ini.

Dia sangat merugi!

Ketika Selia melihat ke tempat di mana Aiden sebelumnya berada, dia merasa bingung. Orang tua itu tidak ada di tempatnya.

Selia masih ingat kalau beberapa waktu yang lalu dia melihat orang tua dengan rambut dan janggut panjang berwarna putih berada tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Lalu kemana perginya orang tua itu?

Oh, dan Selia akhirnya juga bisa mengingat jika Aiden sudah membaca mantra transformasi. Dia mengingat dengan jelas wujud sebenarnya dari Aiden adalah bocah berusia 10 tahun melihat dari ujung kakinya saja yang seputih susu.

Sangat berbeda dengan penampilannya yang pertama ketika mereka baru bertemu. Saat itu Aiden berpenampilan layaknya orang tua tampan yang hanya memikirkan latihan dan mencapai puncak kekuatan.

Tapi sekarang seperti apa penampilan Aiden?

Selia pastinya tidak akan bisa menebak penampilan anak-anak dari Aiden. Dia tidak akan kuat melihat perubahan yang signifikan itu.

"Orang tua ini..... bukan! tapi bocah ini, mungkin dia sudah meninggalkanku sendirian!"

Selia dipenuhi oleh kemarahan. Bagaimana tidak? Aiden bahkan tidak mengucapkan rasa terima kasih sedikit pun pada orang yang sudah membantunya.

Orang biasa saja juga akan mengalami kemarahan yang sama dengan Selia bila diperlakukan seperti itu, apalagi seorang gadis yang berharap banyak pada Aiden.

"Akan kucari sampai ketemu bocah kurang ajar ini...."

Namun ketika Selia memutar kepalanya dan mencari jejak Aiden ke sekeliling, dia malah menemukan seorang remaja "Menakjubkan" sedang duduk bersila dan bermeditasi.

"Si-siapa dia?" Selia tidak bisa menahan mulutnya untuk menanyakan hal itu. Dia terlalu kagum.

Selia memikirkan segala kemungkinan yang ada sampai akhirnya dia mencapai sebuah kesimpulan, "Apakah itu mungkin?"

avataravatar
Next chapter