webnovel

Deadly Sword

Hidup selama 50 tahun di dalam hutan Lostingsoul membuat Aiden sama sekali tidak mengetahui perkembangan dunia luar. Dia terus berlatih selama itu dengan gurunya tanpa menghiraukan yang lain. Aiden tumbuh menjadi Warrior yang kuat dan dibanggakan oleh gurunya. Namun, setelah kepergian gurunya, Aiden harus berlatih sendiri tanpa ada yang membimbingnya. Aiden kemudian memutuskan untuk keluar dari hutan dan mencoba mencari pengalaman baru, berbekal ilmu yang sudah gurunya ajarkan.

Spartan445 · Fantasy
Not enough ratings
17 Chs

Parade Demonic Beast

Di sebuah ruangan, dengan berbagai ornamen indah yang menggantung di langit-langit, dua orang tengah duduk saling berhadap-hadapan.

Salah seorang duduk di tempat yang agak tinggi dan di depannya adalah meja antik berukir tulisan kuno, kualitas kursi dan meja yang digunakan orang itu dipilih dari yang terbaik. Sedangkan seorang yang lain, duduk di bagian lebih rendah di atas kursi sederhana khas untuk para bawahan.

Wajah orang yang berada di bawah nampak tenang dan tidak keberatan dengan pengaturan seperti itu. Pada saat ini, jika para Warrior atau Mage melihat orang tersebut, mereka pasti akan merasa takut dan bersikap hormat padanya.

Selain dari pakaiannya yang terlihat mewah dan mahal, milik para ahli tingkat tinggi, dia sebenarnya juga seorang Warrior yang telah membuka tingkat Heaven Gate - Early Stage. Orang-orang akan berpikir dua kali untuk membuat masalah atau tidak menghormatinya.

"Grandmaster, saya datang ke sini untuk membuat laporan terbaru." Orang itu berbicara dengan nada penuh hormat. Wajahnya yang tampak berada di usia 50 tahun sedikit mengumbar senyum tipis yang dipenuhi oleh rasa senang. Namun orang-orang pasti memikirkan jika usia orang ini lebih dari yang terlihat di permukaan.

Tidak mungkin seseorang dengan umur 50 tahun bisa mencapai tingkat setinggi Heaven Gate, kecuali jika dia adalah eksistensi paling berbakat yang ada di seluruh benua. Semua ahli menyadarinya. Oleh karena itu, hanya ada satu alasan, orang tersebut memakai semacam teknik yang bisa membuatnya tampak lebih muda beberapa puluh tahun.

"Katakan!" Perintah sang Grandmaster. Dia ingin hal merepotkan seperti ini segera berakhir agar dirinya bisa kembali tidur dan bersenang-senang di alam mimpi.

Jika dia bisa memilih, maka Grandmaster akan lebih senang menjadi seorang bawahan yang bebas dan tidak terikat oleh hal-hal merepotkan seperti tugas pemimpin sekte.

Namun, apa boleh buat, dia adalah orang terkuat di dalam sekte. Terlebih, dia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara tepat dan akurat. Sehingga semua tetua memutuskan agar dirinya diangkat menggantikan Grandmaster sebelumnya yang sudah wafat.

Saat ini, Grandmaster Ian berada di tingkatan Heaven Gate - Great Sage. Menjadikannya sebagai seorang tiran dan termasuk ke dalam kekuatan besar di seluruh Benua Arkhan.

Dia adalah pemimpin Sekte Bintang Hitam ke-45. Baru diangkat tidak lama belakangan, namun dia sudah menunjukkan berbagai prestasi menakjubkan. Terlepas dari penampilannya yang malas dan sulit diatur, Grandmaster Ian adalah orang yang bertanggung jawab dan tidak melalaikan tugas.

Dia segera mendapatkan ketenaran dari sikapnya yang berkontradiksi tersebut. Orang-orang sekte mengaguminya sebagai "Pemalas Yang Sukses" sehingga menciptakan sedikit suasana aneh di dalam sekte. Para murid pemalas dianggap sebagai tumpukan emas sedangkan mereka yang bekerja keras harus menaruh hormat. Situasi ini membuat kepala para tetua pusing, karena semakin banyak saja murid-murid malas yang bermunculan.

Untungnya, para pemalas ini tidak mengecewakan sekte. Mereka benar-benar adalah bakat tersembunyi layaknya Grandmaster sendiri. Mereka dengan cepat naik tingkat dan segera menduduki peringkat teratas kekuatan seluruh sekte.

Sedikit mengejutkan, namun itu sekarang menjadi hal yang wajar bagi setiap orang.

"Grandmaster, menurut informasi yang saya dapatkan dari anggota sekte yang mengawasi Hutan Lostingsoul, aktivitas aneh tampaknya sedang terjadi di dalam hutan." Tetua itu melaporkan. "Demonic Beast tidak lagi aktif untuk menyerang desa-desa terdekat secara agresif. Mereka tampaknya berubah dari menyerang menjadi mempertahankan hutan itu. Sepertinya mereka tidak ingin orang luar memasuki hutan."

"Hmm, sepertinya hal menarik sedang terjadi." Grandmaster Ian mengangguk beberapa kali sambil mengelus janggutnya. Tampilannya yang malas dan tidak bersemangat berubah seketika. Memang, segala sesuatu yang berhubungan dengan hutan legenda Lostingsoul selalu bisa menarik minatnya.

Fakta unik ini diketahui oleh seluruh anggota sekte Bintang Hitam. Mereka terkadang akan membiarkan kata-kata "Lostingsoul" keluar dan menarik perhatian Grandmaster untuk sebuah urusan. Meskipun, sesuatu seperti itu bisa disebut sebagai menipunya, namun dia sama sekali tidak curiga.

Ketika dia telah sampai pada tujuan sebenarnya dan mengetahui bahwa ia telah ditipu, Grandmaster Ian hanya akan menghela napas dan melaksanakan tugas tersebut sepenuh hati dengan wajah malas.

"Kai, bawa Sasha bersamamu, buat persiapan, dan kita akan pergi untuk menghadiri parade," kata Grandmaster Ian dengan penuh semangat. Kali ini, dia tahu dia tidak ditipu, sehingga dia dengan penuh semangat berucap.

"Baiklah Grandmaster, sesuai perintah Anda." Kai, bagaimanapun, dengan antusiasme pemimpinnya, dia tidak bisa menunda persiapan lagi setelah memberikan laporan tentang kegiatan Demonic Beast di hutan legenda itu. Jadi dia dengan sedikit tergesa-gesa namun anggun meninggalkan ruang Grandmaster untuk melakukan persiapan.

"Masih ada satu Minggu. Jika berangkat sekarang mungkin akan memerlukan waktu dua hari bila dengan berjalan kaki, tapi bila berangkat dengan angkutan sekte atau ketrampilan, itu akan merepotkan," Gumam Grandmaster Ian.

Ketika akan berpergian, kebanyakan murid Sekte Bintang Hitam pasti memilih untuk berjalan kaki. Itu karena mereka belum mendapatkan ketrampilan khusus yang bisa digunakan untuk terbang, selain itu, mana energi mereka juga masih sangat sedikit sehingga tidak mencukupi untuk berpergian jarak jauh.

Mereka juga tidak diperbolehkan untuk menggunakan angkutan khusus sekte, yaitu Eagle Flash, elang yang sangat besar. Tumpangan itu hanya boleh dinaiki oleh petinggi sekte seperti para tetua, Grandmaster, dan para jenius di bawah bimbingan langsung tetua.

Meskipun Grandmaster Ian mengerti bila dirinya boleh menggunakan Eagle Flash, namun dia tidak pernah mau menggunakannya. Alasannya sederhana, karena binatang Spirit itu terlalu besar dan banyak menarik perhatian.

Dia paling tidak suka dengan hal-hal seperti menarik perhatian terlalu banyak. Menurutnya, itu akan membawanya ke dalam bencana lain sama seperti saat dia menjadi Grandmaster karena terlalu terkenal di dalam sekte.

Sementara itu, jika dia berpergian dengan ketrampilan tertentu, maka hal tersebut akan memakan sebagian energinya, sehingga kemampuannya bertarung saat gelombang Demonic Beast terjadi akan menurun secara signifikan. Grandmaster Ian sangat mengantisipasi hal tersebut.

Setelah merenung sesaat, Grandmaster Ian akhirnya memutuskan, "Lebih baik berjalan dua hari daripada harus menarik perhatian banyak orang. Akan lebih baik seperti itu."

–––

Parade Demonic Beast terjadi setiap tahun.

Itu adalah kegiatan yang penuh dengan kemeriahan dan kemegahan sebelum ketegangan datang ketika segerombolan Demonic Beast melakukan invasi tahunan mereka.

Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, banyak sekte serta kerajaan terkait mengerahkan pasukan mereka untuk menghalau gelombang demi gelombang Demonic Beast.

Setelah beberapa kali menangani gelombang serangan Demonic Beast, bahkan untuk seorang remaja biasa, dia dapat dengan mudah menemukan semacam petunjuk kapan binatang iblis itu akan menyerang.

Tepatnya dalam rentang waktu satu bulan sebelum Turnamen Akbar atau setelah satu Minggu masa panen para petani berakhir. Dan biasanya gelombang serangan akan berlangsung selama lima hari berturut-turut, lalu yang paling panjang adalah satu Minggu penuh. Mereka tidak pernah melebihi itu ketika serangan terjadi.

Pada saat seminggu sebelum para anggota sekte besar dan pasukan kerajaan datang berserta salah seorang jendralnya, masyarakat terdekat dengan daerah Hutan Lostingsoul akan menyiapkan sebuah pesta penyambutan yang berlangsung selama lima hari penuh.

Pesta ini pada awalnya hanya untuk menyambut orang-orang kuat dari berbagai sumber, dan dengan demikian dapat meningkatkan semangat bertarung mereka terhadap Demonic Beast yang meresahkan warga. Sehingga mereka bisa membawa lebih banyak kepala binatang itu sebagai oleh-oleh.

Namun, seiring dengan waktu, pesta penyambutan yang meriah sedikit demi sedikit tercampuri oleh para pedagang senjata dan beberapa Alkemis yang datang untuk mencari penghasilan.

Ini di dasarkan karena para praktisi membutuhkan senjata dan obat yang bisa mendukung mereka dalam pertempuran. Para pedagang dan Alkemis yang menangkap peluang bisnis tersebut segera datang berbondong-bondong dan menjajakan produk mereka.

Oleh karena itu, setelah semakin ramainya kegiatan tahunan tersebut, orang-orang mulai menyematkan sebuah nama yaitu "Parade Demonic Beast" yang mengacu pada pesta penyambutan sebelum gelombang serangan besar terjadi. Yang ternyata membuat semakin banyak Warrior dan Mage tertarik untuk mengunjungi pesta demi sebuah peralatan dan pill berharga yang dijual di sana.

Hal ini dapat meningkatkan daya tempur untuk melawan gelombang Demonic Beast, meskipun tidak semua Warrior dan Mage tersebut bersedia untuk bertarung. Namun jumlah yang sedikit tetap berpengaruh sekecil apa pun itu.

–––

Pada saat ini, lima hari sebelum Parade Demonic Beast dimulai, di pinggiran Hutan Lostingsoul yang jaraknya dua kilometer, ratusan lampu gantung dan kios-kios didirikan. Sebuah panggung megah yang menarik mata ditempatkan di tengah-tengah lapangan yang luas.

Banyak orang berlalu lalang, masing-masing dari mereka sibuk menyiapkan keperluan serta segala sesuatu untuk Pesta Penyambutan. Para laki-laki penuh keringat dan bertelanjang dada, sementara para perempuan sibuk menghiasi kios-kios dan panggung sambutan.

Mereka bekerja sepenuh hati untuk acara yang akan datang, karena bukan hanya para Kultivator dan Alkemis yang mencari penghidupan dari acara tahunan tersebut. Para warga biasa juga memiliki usaha mereka sendiri dan memanfaatkan Parade Demonic Beast sebagai penghidupan utama.

Mereka bisa menjual makanan, dan hasil pertanian mereka kepada Kultivator dengan harga yang relatif tinggi dibandingkan dengan harga di kota-kota besar. Kultivator, sebagai seorang manusia spesial dengan kekuatan luar biasa, mereka tentunya juga membutuhkan makanan, mereka lebih suka melakukan perdagangan secara langsung dengan orang-orang desa daripada harus berurusan dengan orang-orang kota.

Meskipun harus membayar lebih mahal, mereka tidak akan ragu, karena itu sebanding dengan keramah-tamahan yang diberikan oleh para warga desa. Dan sebaliknya dengan wajah yang tidak bersahabat oleh para penduduk kota.

Oleh karena itu, sebagian masyarakat mengubah rumah mereka menjadi kios-kios sementara untuk menjajakan barang dagangan.

Agar acara penyambutan dan segala sesuatunya berjalan lancar, kepala desa juga sering mengadakan kerja sama dengan beberapa desa terdekat di sekitar mereka untuk membantu memeriahkan dan merencanakan tema untuk Parade Demonic Beast setiap tahunnya.

Itu selalu berlangsung lancar dan ditanggapi positif oleh banyak orang termasuk para Kultivator. Orang-orang berkuasa tersebut selalu merasa puas dengan tema-tema yang selalu berganti tiap tahunnya, mereka bahkan mengapresiasi langkah orang-orang desa, sehingga meningkatkan moral dan semangat semua orang.

Dan tentu saja, ada beberapa Kultivator yang bersikap dingin dan hanya fokus pada gelombang serangan Demonic Beast. Mereka hanya mengambil kesempatan ini untuk melatih para murid sekte lalu meningkatkan daya tarungnya. Mereka adalah orang-orang yang sombong.

Meski begitu, warga desa sekitar tetap menyambut mereka dengan baik dan penuh sopan santun.

———

Sementara itu, di dalam Hutan Lostingsoul, di sebuah rumah yang cukup besar, Aiden sedang duduk berhadap-hadapan dengan seorang wanita.

Wanita itu tidak lain adalah Ibu Selia, Ria Artania. Di sampingnya, Selia duduk dan menundukkan kepala tidak berani menatap Aiden, wajahnya memerah.

Ria mengenakan baju biru polos yang menutupi ujung leher, lengan sampai pinggangnya. Sementara itu, dia juga mengenakan rok panjang sampai mata kaki.

Dua pakaian yang tidak biasa untuk seorang wanita satu anak itu cukup menggoda, menampilkan setiap lekuk tubuhnya. Bahkan, jika bukan karena mental Aiden yang terlatih selama puluhan tahun hidup di dalam hutan, maka tidak aneh jika dia akan mengeluarkan air liur.

"Pantas saja guru tertarik pada dua orang ibu dan anak ini," gumam Aiden.

Ketika dalam perjalanan menuju kediaman Selia, dengan antusias gadis itu menceritakan semuanya tentang Herdian yang memberikan pertolong pada mereka berdua.

Dia juga mengatakan tentang perlakuan Herdian yang sangat baik dan perhatian. Pada saat itu, Aiden mulai memahami sedikit tentang Selia dan Ibunya.

Namun, Aiden tidak mengerti satu hal, kenapa gurunya mau menolong mereka berdua?

Jika itu hanya karena rasa simpati dan kasihan, maka masih banyak orang-orang seperti Selia dan Ibunya yang bisa dia tolong. Tapi, kenapa gurunya itu malah memilih mereka berdua?

Aiden tahu, Herdian hanya tertarik pada pertukaran setara. Contohnya adalah dirinya sendiri, Herdian menolongnya karena dia punya bakat yang menakjubkan.

Jadi, tidak ada alasan baginya untuk menolong orang biasa seperti Seli dan ibunya yang bahkan tidak relevan untuk menjadi Warrior maupun Mage. Namun, ketika Aiden sampai di kediaman Selia, dia akhirnya mengerti.

Itu untuk mencuci mata, bahkan gurunya juga manusia. Dia masih membutuhkan keindahan lawan jenis untuk tetap membuatnya menjadi manusia normal.

Terlepas dari hal tersebut, Selia pada akhirnya mengubah pandangan Herdian terhadap dua wanita tersebut. Dia menunjukkan bakat yang hebat sebagai Mage elemen air.

Akhirnya, setelah dia mengangkat Aiden sebagai murid, dia memberikan pengaturan untuk muridnya agar dia tidak melajang sampai mati seperti gurunya.

"Tak disangka ternyata murid Tetua Herdian masih begitu muda, bahkan lebih muda dari anakku," ucap Ria ketika dia mengamati Aiden lalu berganti melihat anaknya sendiri yang masih menundukkan kepala.

"Baiklah, karena Selia sendiri sudah setuju untuk menjadi istrimu tanpa perlu bertarung, dan melepaskan hak untuk menjadi penguasa Hutan Lostingsoul, aku sebagai ibunya hanya bisa merestui kalian berdua. Tetapi memang sangat disayangkan, sebelum bertarung bahkan Selia sudah tergila-gila kepadamu." Ria menghela napas.

"Anak muda..." Sebelum Ria melanjutkan kalimatnya, dia menatap Aiden dengan penuh harapan. "....Jangan pernah mengecewakan Selia, meskipun gadis yang lebih baik dari dia muncul di masa depan."

Aiden tetap tenang dan menatap balik pada Ria, prilakunya mencerminkan sikap seorang pria sejati, "Tenang saja ibu mertua, aku tidak akan pernah membuat Selia kecewa. Bahkan aku tidak akan membiarkan dirinya menangis atau merasa sedih.

Setelah itu, Ria memberikan sepasang cincin berwarna putih yang di atasnya terdapat ukiran relik dari emas kepada Aiden dan Selia.

"Cincin ini adalah sesuatu yang Tetua Herdian tinggalkan jika kamu berhasil menjadi suami anakku. Sekarang itu menjadi milikmu dan Selia. Aku tidak tahu persis apa kegunaan cincin itu, tetapi menurut Tetua Herdian kamu pasti akan menemukan fungsinya cepat atau lambat." Ujar Ria pada Aiden.

"Terimakasih ibu mertua, kalau begitu kami akan meninggalkan Hutan Lostingsoul dan mengembara mencari pengalaman di dunia luar."

"Baiklah, tapi sebelum itu tidakkah kamu harus tinggal di sini satu malam?" Ria melemparkan pertanyaan sementara dia tersenyum menggoda.

Mendengar itu, Selia yang masih menunduk segera mengangkat kepalanya dan menatap marah Ibunya sendiri. Wajahnya semakin merah seolah-olah otaknya sedang menguap.