Hari ini, Reyna dan Ghani meminta hari cuti bekerja dan bersekolah pada pemilik sekolah ini. Kenapa? Jelas saja karena kejadian kemarin. Reyna dan Ghani tidak bisa membiarkan Metta semakin ikut campur dalam misi tim mereka, dan masalah bunuh diri hari itu, jelas saja itu murni pembunuhan. Eh tunggu? Reyna dan Ghani ini sebenarnya siapa? Ekhem, perkenalkan, mereka adalah Detektif swasta yang disewa oleh pemilik sekolah ini, untuk membongkar masalah–masalah yang ditutupi oleh para guru, dan kepala sekolahnya. Ah, sebenarnya, bukan hanya itu permasalahannya. Sekolah ini memiliki donatur yang kuat, dan pemilik sekolah ini tidak mengetahui latar belakang dari donatur itu. Pemilik sekolah juga mengira, semua permasalahan yang ada di sekolah ini, ada sangkut pautnya dengan donatur tersebut.
"Semua bukti yang sudah kumpulan aman, Cherin?" tanya Ghani. Reyn mengangguk pelan, sembari tangannya menyodorkan bolpoin yang sempat hilang saat rajia kemarin. Ah, sebenarnya itu bukan bolpoin biasa, di dalamnya ada kamera kecil, dan alat perekam suara, lengkap dengan fitur telfon, yang akan mengeluarkan hologram berwarna hijau sebagai pengganti layar. Canggih? Tentu saja. Mangkanya hari itu Reyna benar–benar mencarinya sampai ketemu, jika tidak, benda ini akan jatuh ke tangan orang yang salah, dan dipergunakan untuk hal–hal yang tidak baik. "Tom, di bolpoin yang ini, ada bukti jika Rendra sedang mengintip di rooftop sekolah. Dan ada momen di mana pak Benny mengancam Rendra agar ia tidak membuka suara," jelas Reyn.
Tomy mengambil bolpoin dengan corak batik berwarna hijau itu, kemudian ia mengambil chipset kecil yang terpasang di dalam bolpoinya. Mereka harus memindahkan chipset itu, karena tim lain pasti sedang mengincar chipset ini, untuk kepentingan mereka sendiri. "Lalu, yang lainnya sudah merekam apa saja, Cherin?" tanya Ghani lagi. "Evelyn. Aku yakin kau ingat gadis itu, Tom. Evelyn, Joyye, dan ketua kelas kita ada sangkut pautnya dengan kasus ini, jadi ... aku berpikir, jika orang yang hari itu berada di rooftop bersama pak Benny adalah anggota Osis juga. Karena dari awal, Joyye seperti berusaha menutup tuntas kasus ini," ucapnya panjang. Ah, Ghani jadi teringat kejadian saat malam Razia, pantas saja Joyye dan ketua kelas mereka berunding diam–diam seperti itu.
Tapi ... jika diingat lagi, seharusnya masih ada satu orang yang terlibat dalam kasus pembunuhan berkedok bunuh diri ini. Tapi Ghani lupa nama orang itu, semoga saja Reyn tahu siapa dia, dan memiliki bukti keterlibatan orang itu di dalam chipset ini. "Lalu ketua, langkah apa yang akan kita ambil selanjutnya?" tanya seorang laki–laki di sudut ruangan. Reyna tersenyum simpul, akhirnya ia sampai diakhir kasus ini, dan pekerjaannya di sekolah ini akan segera selesai. "Jake, terimakasih atas kinerja mu yang baik. Dan Tere, jika bukan karena mu, aku tidak akan mendapatkan informasi mereka dengan mudah," ucap Reyna, yang di balas senyuman bangga keduanya. Ah, tim 3 memang paling bisa diandalkan.
"Langkah selanjutnya, kita hanya perlu memastikan jika gadis itu pembunuhnya. Dan membeberkan siapa saja dalang di balik permasalahan yang ada di sekolah ini," katanya, yang dibalas anggukan ketiga orang itu. Ghani sebagai wakil ketua tim 3, bertugas untuk membantu Reyna, dan mengumpulkan semua data yang sudah tim mereka dapatkan. Mereka memang dibentuk sebagai tim, akan tetapi dalam pekerjaan, mereka bekerja secara individualis, sesuai dengan kemampuan mereka masing–masing. Yah, hal itu dilakukan agar pekerjaan yang diberikan pada mereka jadi lebih cepat selesai. "Kalau begitu ... aku tutup saja pembicaraan kita kali in—" belum sempat Reyn melanjutkan ucapannya, dengan wajah yang tergesa–gesa, Cyslin datang ke ruangan khusus mereka, dan menaruh sejumlah kertas berwarna coklat di meja mereka.
"Itu, itu data yang Tere minta dari Amber. Dan satu hal, kalian harus berhati–hati pada gadis bernama Joyye, juga Nessa. Dari penjelasan yang Tere berikan, dua orang itu sepertinya ingin mengganggu pekerjaan kalian!" ucapnya panjang, dengan suara yang sedikit terbata–bata. Reyn menunjukkan 2 jarinya, tanda ia mengerti dengan apa yang Cyslin ucapkan. "Terima kasih, Cyslin. Tapi tenang saja, ketua sudah memperkirakan hal itu dari awal," balas Tere. "Bagus lah. Sepertinya kali ini Guez akan memberikan kalian bonus," katanya lagi, dengan senyum simpul yang menawan.
Setelah itu, Cyslin meninggalkan ruangan tim 4, dan rapat tim 3 sudah berakhir sekarang. Mereka akan kembali ke kehidupan mereka masing–masing setelah ini, seolah mereka tidak memiliki hubungan apapun. Ah, kasian juga jika Ghani dan Reyna jika harus dicurigai memiliki hubungan dengan penjaga sekolah misterius, dan penjaga kantin sekolah yang baru. Keren, 'kan? penyamaran yang mereka lakukan? Ah tentu saja. "Ghani, kau sudah menyiapkan apa saja yang harus dibawa besok?" Ghani menjawab pertanyaan Reyn dengan anggukan kepala, kemudian ia memberikan tas hitam kecil, yang berisi perlengkapan bertugas besok.
Ah, rasanya baru kemarin Reyna datang ke sekolah ini, dan tidak lama lagi, ia juga harus segera meninggalkan sekolahnya. Memang, ia sedikit pusing ketika harus mengerjakan tugas sekolah. Walaupun tidak sesulit pekerjaannya, tapi tetap saja, melakukan hal yang tidak ia sukai itu amat sangat menyebalkan. Untungnya pihak TU tidak ada yang meminta bayaran yang padanya, jika ada, Mungkin Reyn akan menutup mulut mereka menggunakan bukti kejahatan mereka di sekolah. Ah, tidak ada orang yang benar–benar baik di dunia ini.
"Reyna, kau sudah menjenguk gadis itu? Untunglah dia masih bisa diselamatkan, walaupun harus mengalami koma yang panjang," tutur Ghani. Reyn tersenyum simpul, mana mungkin Reyn meninggalkan kesempatan emas saat menjenguknya. Oh, mungkin kalian bingung, tapi gadis yang hari itu jatuh dari rooftop, masih bisa bertahan hidup sampai sekarang. "Tenang saja, Dokter Payne pasti merawatnya dengan baik, Tomy," balas Reyn, sembari menepuk pundak Tomy.
Hanya tinggal selangkah lagi, nama baik orang–orang di sekolah ini akan hancur. Jika mereka mencoba untuk mempermainkan hukum, yang akan mereka dapatkan sebagai balasannya hanyalah kesengsaraan. Itu berlaku untuk siapapun, dan dimana pun mereka berada. "Jangan lupa siapkan list untuk berpesta, Tomy." Setelah mengucapkan hal itu, Reyna pergi meninggalkan Ghani. Sesuai apa yang ia janjikan, setelah selesai rapat, Reyn akan melihat keadaan gadis itu, lagi.
Ghani yang merasa lega karena pekerjaannya sudah hampir selesai, baru teringat akan sesuatu. Ia ingat, jika ada seseorang yang datang ke kamarnya, lalu menaruh kotak besi di depan pintu kamarnya. Dan sampai sekarang, Ghani masih belum membuka kotak itu, menyentuhnya dengan tangan sendiri pun tidak.
"Oh hey, Ghani? Aku dengar tugas mu akan segera selesai? Bagaimana jika aku berikan satu penawaran padamu, apa kau setuju?"
Ghani menghela nafasnya malas, dan berbalik kearah suara itu. Namun, ia tidak menemukan siapapun di sana.
~~~~~