webnovel

DARK VIBE : Finished The Cases.

ONLY ON WEBNOVEL! Ini bukan tentang kisah seorang penyidik polisi yang mengerjakan tugasnya, tapi ini tentang bagaimana aku menyelesaikan tugasku. Bagaimana aku memecahkan satu persatu teka–teki, mencari bukti yang tidak pernah terpikir keberadaannya, dan mencari tersangka yang sesungguhnya. Di dunia ini, kebenaran kebohongan tipis perbedaanya, mereka seolah menyatu, bagaikan butiran debu dan pasir, yang sulit untuk dipisahkan. "Aku bisa melakukannya dengan caraku sendiri." Ada unsur kekerasan yang mengandung adegan 18+ dan 21+. Lebih bijak lagi dalam memilih bacaan!^^

Iamreyn · Horror
Not enough ratings
14 Chs

Eight. Kembali ke Sekolah.

Tim 3 kembali ke pekerjaan dan penyamaran mereka, jika hari ini berjalan sesuai dengan rencana yang sudah mereka atur, seharusnya Jake bisa mempublikasikan satu persatu masalah sekolah ke permukaan. Reyna juga sudah menyiapkan beberapa petugas kepolisian untuk berjaga–jaga, siapa tau hari ini ada kejadian tak terduga lainnya. "Bagaimana keadaan Nessa, Tere? Apa kau sudah mengeceknya?" bisik Reyn melalui earphone. Tere yang mendengar hal itu sedikit tersentak, pasalnya ia sekarang sedang melayani beberapa pembeli di kantin. "Ah maaf, saya tinggal ke toilet sebentar ya" ucapnya. Mendengar hal itu, Reyn menautkan kedua alisnya. Ah, bodohnya dia, ia baru sadar jika Tere sedang berada di kantin sekolah.

"Halo ketua Cherinne?" ucap Tere dari sebrang sana. Reyna kembali mengambil earphonenya, seolah ia sudah menunggu Tere sedari tadi. "Bagaimana, Tere?" tanya Reyna. Tere menghela nafas pendek, kemudian ia berdeham sebagai permulaan untuk membuka suara. "Aku sudah menyuruh Anggota tim 5 melihat keadaannya, dari yang ia laporkan, Nessa masih mengalami shock berat, yang mengakibatkan traumanya menjadi parah." Reyna mengangguk, kemudian ia Tere kembali berucap. "Dari data yang aku kumpulkan, Nessa memiliki keterikatan dengan Metta. Secara biologis, Nessa bukan saudara kandung Metta dan Evelyn, namun keduanya memanfaatkan Nessa untuk mendekati ketua," jelas Tere panjang.

Ah, sesuai dugaan Reyna. Memang ya, sebaik apapun orang itu pada kita, kita tetap tidak boleh mempercayai mereka setulus hati. Dari awal, Nessa mau berteman dengan anak baru yang jutek saja sudah menjadi tanda tanya, apalagi ia selalu mengikuti kemana pun Reyna pergi. Ia tahu Nessa tidak sejahat dan selicik Metta, tapi tetap saja, karena gadis itu, ada beberapa informasi yang bocor, dan itu membuat Rendra menjadi korban pembunuhan. "Jika dipikir–pikir lagi, kasihan juga Nessa harus menderita karena pekerjaan yang Metta berikan padanya," lirih Reyna. "Yausudah, kau kembali saja ke pekerjaanmu, Tere," ucap Reyna. Setelah itu, Tere menaruh earphone di leher, dan ia kembali bergegas ke kantin, sebelum ada orang yang mencurigai dirinya.

Reyn kembali fokus pada pelajaran yang sedang berlangsung di kelas, hari ini agak berbeda dari hari biasanya. Anak–anak di kelas seperti diam–diam mencuri pandang untuk melihat Reyna, dan Ghani pun merasakan hal yang sama. Ah, mungkin karena kemarin Reyn menemukan jasad pelaku pembunuhan Rendra? Atau mereka menyangka Reyn lah yang membunuhnya? Sedikit mengerikan, tapi biarkan saja, ia tidak perduli. Dari awal pelajaran dimulai, sampai bel istirahat berbunyi, masih belum ada pengumuman jika murid dipulangkan secara mendadak. Ah, entah Jake sudah melakukannya atau belum, Reyna bahkan belum mendengar kabar Jake dari pagi hari. "Ghani, apa Jake ada menghubungi dirimu?" tanya Reyna sembari berbisik. Ghani menggelengkan kepala pelan, kemudian ia kembali melihat kearah papan tulis.

Casley yang duduk di depan Reyna menoleh, seolah ia mendengar sesuatu yang asing ditelinganya. "Diam lah Reyn, sebentar lagi jam istirahat!" bisik Casley. Haish, Reyn pikir Casley mendengar apa yang ia katakan pada Ghani tadi. Kasihan Casley, teman sebangkunya harus pergi karena menjadi saksi kejahatan seseorang. "Baiklah anak–anak, sekarang kalian boleh istirahat," para murid yang hendak bangkit dari tempat duduknya, mematung ketika mereka mendengar suara sirine mobil polisi. Ada apa lagi? Apakah ada yang bunuh diri? "Hey! Sepertinya polisi datang untuk menangkap Reyna dan Ghani!" teriak salah satu dari mereka.

Reyn dan Ghani yang mendengar hal itu hanya terkekeh, ternyata benar, mereka berpikir bahwa keduanya lah yang membunuh pelaku pembunuhan kemarin. Ah, namanya juga anak sekolahan, pikiran mereka masih bisa dikotori oleh ucapan–ucapan yang tidak bermutu. "Lelucon awal tahun memang harus sepertinya ini, ya? Ketua?" tanya Ghani, yang sudah tidak bisa menahan tawanya lagi. Tak berselang lama dari itu, ada pengumuman yang menyatakan jika salah satu guru mereka ditangkap atas tuduhan pelecehan seksual, dan penggelapan dana sekolah. "Oh, plot twist ya? Ternyata bapak yang ngajar di kelas kita yang ditangkap?" sindir Casley. Pak guru yang tadi mengajar menatap tajam kearah Reyna, Ghani, dan Casley. Silahkan saja berekspresi, toh tangannya sekarang sudah diborgol, jadi ia tidak bisa macam–macam. Dan polisi–polisi yang datang kali ini juga tidak bisa disuap dengan uang. Ah, puas sekali.

Satu minggu ke depan, setiap hari sekolah ini akan mengungkap para kriminal, dan setelah itu selesai, pekerjaan tim 3 sudah berakhir sampai di sini. Kasus utama yang ingin diungkap hanyalah, kasus murid–murid yang meninggal dunia dan menghilang tanpa jejak, namun tanpa sepengetahuan pemilik sekolah, kepala sekolah yang sudah lama menjabat di sekolah ini menutup kasus itu rapat–rapat, dan kepala sekolah itu sendiri tidak memberi tahukan apapun pada pemilik sekolah. Aneh? Tidak, ini gila. Seolah ada seseorang yang menyuap kepala sekolah untuk menutup rapat kasus tersebut, dan sebagai jaminannya, ia diberi kompensasi besar oleh orang itu. "Mungkin, kepala sekolah ini bekerja sama dengan donatur tampan?" ucap Casley.

Mereka bertiga sekarang berada di kantin, walau sudah ada pengumuman penangkapan dari pihak kepolisian, nyatanya sekolah ini tidak meliburkan murid mereka. "Kau sudah pernah donatur sekolah, Casley?" Gadis yang mulutnya penuh dengan makanan itu mengangguk, ia ingin bicara, namun Ghani menghentikannya, dan seolah mengatakan jika Casley harus menghabiskan makanan yang ada di mulutnya terlebih dahulu. "Aku melihatnya datang ke sekolah ini 4 bulan lalu, dan calon ketua osis yang sekarang adalah adiknya," jelas Casley pelan. Ah, Reyna dan Ghani mengerti sekarang.

"Tapi Cas, bisa saja kepala sekolah diancam, bukan dijanjikan sesuatu yang menguntungkan," cerca Ghani, dan Casley kembali mengangguk. Ah, gadis ini sepertinya mengetahui semua kejadian yang ada di sekolah ini, ya? "Apa lagi yang kau tahu, Casley? Tadi saat pak guru ditangkap pun, seperti kau tidak terkejut?" Mendengar penuturan Reyna, Casley yang sedang asik memakan jajanannya pun langsung tersedak. Apa Casley ada salah bicara? Sampai membuat Reyna bicara seperti itu? "Ah, bukan aku curiga pada mu, maksud ku, bagaimana bisa kau tahu semua itu?" ucap Reyna sedikit menjelaskan. Casley menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, tidak mungkin Casley mengatakan sesuatu yang hanya dirinya boleh tahu.

Ah tidak kok, tidak ada yang mengancam Casley, hanya saja gadis itu bingung harus menjelaskannya dari mana. "Lupakan saja soal itu Reyna, intinya jika kau ingin tahu sesuatu, tanyakan saja padaku, ya?" ucap Casley. Dasar, lagaknya sudah seperti pekerja informatika saja.

"Casley, jangan bilang kau juga tahu? Jika gadis yang jatuh dari balkon itu mati bukan karena bunuh diri?" Untuk yang kedua kalinya, Reyna kembali membuat Casley tersedak makanan yang ada di mulutnya.

~~~~~~