webnovel

KENCAN KEDUA

Dirumah Hasann,

"Bu... Hasann mau ke Semarang Sabtu ini Bu... ."

"Ooh kok sering amat kesana, emangnya ada urusan apa San?" tanya ibunya ingin tahu perkembangan anaknya.

"Hasann diundang bapaknya Ririe Bu ,yang mau merayakan ulang tahunnya."

"Hmm...memangnya siapa Ririe itu San...? pacar Hasann yaa ? ia bertanya sambil tersenyum mendengar nama seorang perempuan disebutkan oleh anaknya itu.

"Iyaa begitulah Buu...teman ngajar dulu, sekarang dia sudah kembali ke Semarang, kuliah lagi"

"Oooh..." ibunya angguk-anggukan kepalanya tanda mengerti.

"Hasann sudah dibelikan tiket pulang-pergi bu sama Bapaknya."

"Ooh masa San, baik begitu yaa ? kata Alis sambil tersenyum merekah, "mau ibu siapkan sate ayam San buat kamu bawa kesana?" ia menawarkan, memberi respon balik .

"Aaaaah engga usah lah Buu , lagian repot Hasann bawanya, cuma satu hari saja kok, sorenya Hasann pulang lagi ke Bandung."

"Nanti ibu belikan oleh-oleh Bandung aja ya dekat sana, engga enak Hasann datang dengan tangan kosong, apalagi kamu udah dibayarin tiketnya,"bujuknya.

Sabtu sore, selepas mengajar Hasann berangkat ke Semarang.

Setibanya di stasiun Tawang-Semarang, kembali ia melihat Ririe yang mengacungkan tangannya dari kejauhan. Ia mengenakan pakaian jeans dan atasan pink , pakaian yang sama ketika pertama kali ia menyambut Hasann di stasiun yang sama. Hasann langsung teringat pertama kali ia memberanikan diri menemuinya. Rupanya usahanya membawa hasil yang baik.

"Oooh ..."desah Ririe yang mendekat memeluk Hasann dan memberikan ciuman dipipinya.

"Hebaatt kamu datang !" katanya sambil menatapnya seakan bangga.

"Aaah biasa aja lagi," agak rikuh ia dibuatnya.

Ririe melihat kantong plastik yang ditenteng Hasann, melihat penampilan pacarnya ini dari kaki sampai atas. Masih seperti dulu sederhana, dalam hatinya .

Merekapun berjalan keluar stasiun , Hasann berjalan sambil memegang bahu Ririe seperti layaknya seorang sahabat saja.

Didalam mobil, Ririe sengaja tidak segera menghidupkan mobilnya, dia ingin ada saat berdua – untuk saling mencurahkan isi hatinya.

"Kok diam sih Rie ?" tanya Hasann yang memperhatikannya sedang termenung dibelakang stir. Ririe masih terdiam menutup rapat mulutnya, tapi dia menoleh ke arah Hasann, dan menatapnya matanya sebentar dan turun kebibirnya.

Hasann langsung menangkap maksudnya, iapun mendekatkan kepalanya ,sambil tangannya meraih leher Ririe... .

Hasann mencium bibir Ririe dan memeluknya sebisanya untuk melepas kerinduannya.

"Aku sudah belajar stir mobil sekarang Rie, sudah punya SIM A lagi hehehe ," kata Hasann memberi kabar terbarunya. Lucu juga yaa ?

"Oooh yaaa , disambut riang oleh Ririe...waah kita harus ngerayain dong?" katanya .

"Hahahaha...bisa aja kamu," sergah Hasann sedikit malu. Tapi ia yakin , suatu hari nanti dia bakal punya mobil juga.

"Bapak senang banget San, Ririe punya pacar kamu" katanya menghibur hati Hasann.

"Kok bisaa ?"tanya Hasann.

"Katanya... semangatnya kamu tuh boleh ditiru hehehe."

"Hmmm...kan ada kamu juga , jadi aku semangat 45 Rie...hahaha," balasnya, "kuliah kamu bagaimana Rie?" tanya Hasann sambil melihat Ririe yang memegang stir melihat kedepan jalan.

Cantik dan baik hati , dalam hati Hasann.

Setibanya di rumah Ririe, pa Agoes dan Ibu astried menyambut mereka.

"Nak Hasann...apa kabarnya ?tanya ibunya, lancar yaa perjalanan ?"

"Lancar Bu, puji Tuhan" kata Hasann sambil mengulurkan tangannya menyalami bapaknya Ririe. Aaah perasaan sudah seperti keluarganya saja. Engga salah apa yaa ? dalam hati Hasann.

"Trimakasih Pak buat tiketnya... ,"kata Hasann sambil merundukan setengah badannya kayak orang jepang . Bapaknya hanya senyum saja, sambil menoleh ke Ririe dan Astried.

Pa Agoes mengulurkan tangannya memegang pundak Hasann mempersilahkan.

"Iya masuklah San," ujarnya.

Hasann pun masuk dan duduk disamping Ririe, berhadapan dengan ibu dan bapaknya.

"Saya senang San...kamu bisa menyempatkan diri datang," kata pa Agoes ,"bapak ibu bagaimana kabarnya di Bandung San? "

"Baik-baik saja pak, trimakasih."

"Engga ada apa-apa sih San, cuma bapak ingin merayakan ulang tahun ibu saja bersama semua," kata bapaknya seakan membaca kegelisahan Hasann, awal berhadap-hadapan dengan mereka.

kata 'semua' itu apa engga salah dengar ya ? termasuk aku maksudnya? dalam hati Hasann.

"Sekalian merayakan ulang tahun pernikahan yang ke-30 " kata Ririe menambahkan yang langsung disambut tawa mereka semua.

Merekapun ngobrol seputar keluarga, tentang kegiatan Hasann, tentang rencana kedepannya,tentang kisah percintaan pa Agoes dan Astried.

Hasann pintar memancing-mancing mereka untuk bercerita.

"Jadi dulu pertama kali ketemu Ibu dimana pa?" tanyanya santai.

Pa Agoes juga menceritakan alasan ia memilih Astried menjadi pendampingnya,

"Kalau bapak sih pilih Ibu karena ia bisa menenangkan hati bapak kalau lagi engga mood . Ia bisa menyambung hubungan kami yang lagi engga baik," cerita bapaknya sambil memegang pundak ibunya .

"Kami juga jadinya bisa saling menghargai satu dengan yang lainnya, harus bisa begitu nak Hasann, harus mau saling mengalah,"sambungnya.

Hasann merespon dengan... iya, iya aja sambil manggut-manggut menyimak ceritanya. Hampir sama dengan nasihat dari abangnya di Jakarta.

Akhirnya setelah berbincang-bincang panjang lebar,

"Nanti siang kita keluar makan yaa? kata bapaknya, sekarang nak Hasann istirahatlah dahulu ."

Ibu dan bapaknya pamit meninggalkan Hasann dan Ririe diruang tamu. Ririe pun langsung mengajaknya untuk duduk-duduk diteras depan.

"Habis makan siang nanti , kita nonton film di bioskop 21 yuuk ? "kata Ririe sedikit berbisik ditelinga Hasann sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ooh nonton film apa Rie?, udah lama engga ke bioskop aku."

"Nanti kita lihat saja disana ada film apa, aku sih senangnya film tentang kehidupan, atau komedi gitu, asal jangan film horror aja hehehe."

"Okee... aku sih film apa aja senang, sekarang cerita dong bagaimana yang jadi mahasiswi lagi ?" Hasann menggoda.

"Hmm...aku suka aja pokoknya."

"Suka bagaimana ?" lanjut Hasann.

"Iya senang sekali bisa kuliah lagi, engga ada beban rasanya San...hehe, cuma kuliah dan belajar aja."

"Hm...kamu jalaninnya dengan senang hati sih , jadi serasa engga ada beban, juga kamu senang dengan bidangnya, bahasa Inggris. Kalau sudah lulus apa masih mau ngajar Rie?" tanyanya.

"Mungkin yaa, belum tau sih kedepannya seperti apa, tapi aku sih enjoy aja kalau harus ngajar lagi kayak dulu itu, tapi engga tau juga yaa kalau nanti setelah lulus ternyata berubah pikiran. Sebenarnya aku kepingin usaha sendiri sih San , punya toko gitu...kayak toko buku ."

Oooh bagus kalau bisa usaha sendiri. Dalam hati Hasann, sambil sedikit membayangkan kalau nanti menikah sementara dia ngajar, Ririe usaha sendiri dengan tokonya.

"Kok kamu maunya toko buku...?bukan toko kue gitu...? tanya Hasann lanjutnya.

"Yaaa kan aku bisa punya waktu untuk baca, atau aku nanti bisa nulis cerpen atau novel gitu...aku hobi sih nulis San, katanya...kalau kue aku harus banyak belajar lagi, tapi yaa lihat nanti aja deh ."

Tak terasa jarum jam sudah menunjukan angka 11 lebih.

Terdengar suara ibunya dari dalam rumah, memanggilnya, "Ayo Rie siap-siap...sebentar lagi kita berangkat."

Di dalam mobil , Hasann duduk di kursi depan sebelah pa Agoes yang sedang pegang kemudi mobilnya.

"Kamu suka makan apa San?"tanya bapaknya membuka pembicaraan di dalam mobilnya.

"Aah saya sih sukanya makanan tradisional Pak , kayak empek-empek , mie ayam, nasi goreng, nasi gudeg gitu hehehe...jarang saya makan di Rumah Makan Pak," katanya polos.

"Ooh yaa saya juga suka makanan yang kamu sebutkan tadi itu."

"Jadinya kita mau makan dimana nih Bu ? tanyanya...kita ke mall di Simpang Lima saja yaa?"

"Okee aja saya mah Pak, manut bae ." jawabnya dengan nada bercanda,yang disambut tawa semua.

"Andhika kok engga ikut Bu? tanya Hasann menanyakan adiknya Ririe.

"Ooh anak itu mah susah diajaknya. Apalagi buat acara seperti ini, engga mau ikutan dia. Kalo sama teman-temannya ,kemanapun kayaknya siap aja... Yaah maklumlah, anak lelaki seperti itu."

Mobilpun meluncur ke Simpang Lima.

"Kamu sudah tau belum Simpang Lima San?"tanya bapaknya.

"Sudah Pak, terakhir itu dibawa Ririe waktu pertama saya kemari."

Ibunya yang duduk dibelakang sedikit menoleh ke Ririe disampingnya, Ririe diam saja hanya mengulas senyum sedikit sambil mengingat kenangan waktu itu.

"Nah sampai kita di mall...ayooo," kata bapaknya keluar dari mobilnya.

Memasuki mall, Hasann berjalan disisi Ririe, sementara pa Agoes dan Ibu Astried didepan. Melihat pemandangan orang tuanya yang berjalan sambil bergandengan tangan, membuat Hasann jadi salah tingkah dibelakangnya.

Ia mencoba menjaga jarak, tapi Ririe menariknya mendekat dan menggandengnya... .

"Jangan begini aah malu akuu ... ," kata Hasann sambil membebaskan tangannya, "kuno tau kayak orang tua aja hehe ," tambahnya yang membuat Ririe langsung cemberut.

Tapi Hasann cepat tanggap lalu ia mendekat dan memegang bahunya sambil berjalan. Ririe pun kembali senyum, merasakan sentuhan lembutnya, merasa aman dalam dekapan Hasann.

Sampai didepan sebuah restoran asing , pa Agoes mengajak untuk masuk, "Kita makan disini aja yaaa,?" katanya menunjuk restoran Pepper Lunch sambil memandang setiap wajah.

"Iya Pak" jawab ibunya, yang disetujui oleh Ririe. Hasann pun ikut angguk.

Mereka pun masuk dan memilih tempat duduk berempat dipojokan dekat kaca dengan pemandangan keluar gedung.

Tampak semua sedang memegang buku menu.

"Kamu mau makan apa San?" tanya Ririe lembut disampingnya.

Aaaah lagi-lagi ditraktir...malu rasanya,dalam hatinya.

Hasann tahu kalau Ririe membantu mencairkan suasana hatinya yang agak kikuk, berada dirumah makan yang cukup mewah dan di posisi di traktir ...hm.

"Aku pesan ini aja ya?" sambil menunjuk menu Salmon Pepper Rice. Sekilas ia melihat sebelah kanan lembaran menu itu yang menunjukan harga per porsinya. Hm...lumayan juga, nggak biasa dia.

"Ooh yaa...aku juga hehehe," sambut Ririe , yang lagi-lagi menenangkan jiwanya.

Mereka makan dengan suasana tenang sambil sesekali diselingi tawa riang .

"Jangan takut nak Hasann, kata ibunya , pa Agoes ini sukanya traktir orang hehehe," disusul dengan tawa dari bapaknya yang mengiyakan pernyataan ibunya.

"Ada kepuasan tertentu kalo bisa berbagi itu San, jelas bapaknya, hampir disetiap kesempatan saya usahakan untuk bisa memberi, dimanapun, sekecil apapun."

Hasann mendengarkan saja sementara, Ririe juga sibuk dengan makanannya, tapi ia senang sekali mendengar cerita kebaikan bapaknya. Ia bangga.

Baik bapakku orangnya dalam hatinya, semoga dia juga baik ! harapannya kepada Hasann.

Selesai makan merekapun berjalan-jalan sebentar dimall tersebut, tapi Ririe ijin hendak memisahkan diri, dia pun mendekati ibunya dan setengah berbisik.

"Bu...boleh Ririe ke Gramedia dulu yaa, nanti dari sana rencana mau nonton sama Hasann, boleh ya Buu ?" sedikit memohon.

"Ooh pulangnya bagaimana?...langsung ibunya menanyakan.

Tapi ia cepat menjawab, "Gampang Bu, nanti bisa pakai taksi kan ?"

Langsung ibunya ngomong ke bapaknya minta ijin juga .

Bapaknya Ririe menghentikan langkahnya dan menolehkan kepalanya, "Oh kalian mau nonton dimana ?"

Ririe pun menjawab "Di lantai paling atas pak."

"Ooh ada yaaa...? Buu kita mau ikut nonton juga engga ? tanyanya.

Cepat ibunya menjawab, "Mau sih tapi Ibu ada janji kan sama ibu-ibu lingkungan Pa, nanti sore takutnya engga keburu deh." Ia sedikit menarik lengan pa Agoes, seperti memberi isyarat gitu.

Merekapun berpisah.

"Memang betul nanti ada pertemuan ibu-ibu lingkungan? rasanya bapak baru dengar bu?"

"Hehehe ..."sambil menepuk bahu suaminya, "kayak engga tau anak muda aja Bapak ini, masa kita mau ikut nonton sama mereka aaah...yang benar aja Pak?" katanya terkekeh-kekeh.

"Iya pantas bapak heran tadi, kok Ibu mau ada pertemuan dengan ibu-ibu lingkungan, setahu bapak kan baru minggu lalu ibu kumpul-kumpul dengan mereka hahahha."

"Yaa kita tau laaah, kasih mereka kesempatan buat berdua."

"Hmm..." guman bapaknya sambil tersenyum memegang kemudi mobilnya. Ada-ada aja ibu ini pikirnya.

Selepas memisahkan diri, Hasann dan Ririe duduk berdampingan di sofa lobbi bioskop, menunggu loket tiket dibuka.

Mereka berpegangan tangan. Hasann masih terkesan dengan acara makan siang bersama tadi, dia agak termenung.

"Kok merenung gitu sih San ?"tanyanya.

"Hm...engga apa-apa, aku cuma sedikit syok aja hehe."

Ririe menatapnya heran, ada apa lagi pikirnya...,"Haaah syok kenapa ?? tanyanya, "kamu ini ada-ada aja aaah," sambil menepuk tangannya.

"Hahahaha...aku syok aja, mikirin tiket kereta dibayarin pulang-pergi, makan siang dibayarin...laaah, aku kan seorang lelaki, mungkin juga nanti jadi menantunya...kok rasanya engga berdaya begini kesannya?"

"Haaah kamu ini terlalu idealis...yaaa ada waktunya kali. Ini kan karena ibu bapakku mau ngerayakan ultahnya...engga usah dipikirin yang begitu mah !" tandasnya.

"Kalau sampai aku engga jadi mantunya nanti bagaimana ?"candanya.

Yang langsung membukakan matanya Ririe...dia pun cemberut. Benar menyebalkan kadang , batinnya.

Hasann yang tau Ririe berubah moodnya,jadi serba salah. Dia engga bisa merajuknya karena suasana dilobbi itu semakin ramai orang,lagi pula duduk mereka berdampingan susah untuk melihat jelas rupa Ririe.

Ririe ngambek . Tapi Hasann cukup pintar menilai kalau situasi seperti ini adalah hal penting yang harus diketahui supaya lebih mengenal pasangannya...dia pun tenang menghadapinya.

Mereka terdiam lama larut dalam pikirannya masing-masing.

Loket tiket pun dibuka dan Hasann antri membeli tiket untuk 2 orang memilih tempat duduk dibarisan belakang. Setelah memperoleh tiket masuk , ia pun kembali duduk disamping Ririe yang masih terdiam. Masih engga enak dengan situasi 'diam' seperti ini ia pun melangkah menuju counter jualan minuman dan makanan kecil. Ia membelikan 2 botol minuman .

Hasann merasa kepercayaan dirinya kembali hadir,

Ia pun memegang pundak Ririe, sambil tetap memegang kedua botol minumannya. Ia sedikit menarik tubuh Ririe untuk merapat, dan Ririe pun merebahkan kepalanya kepundak Hasann.

Hasann membelai rambutnya, sambil setengah berbisik.

"Jangan takut ya."

"Aku engga takut, kamu tuh yang suka mikirin yang engga-engga !" katanya sebal.

"Hahaha...tenang, tenang aku kan cuman bercandaa...kenyataannya kan kita baru pacaran semua bisa saja terjadi, tiba-tiba kamu dilamar oleh seorang direktur kaya raya, ganteng...bagaimana ??"

"Engga mungkin !!" jawabnya tegas.

"Hmm...bener yaaa? canda Hasann lagi...aku kan juga engga mau kehilangan kamu Rie, I swear !" kata Hasann sambil memberikan tanda 2 jarinya berbentuk huruf V.

Yang langsung merubah rona wajah Ririe kembali ceria. Hasann pun makin mendekap sisi tubuh Ririe dan iapun merebahkan kembali kepalanya kepundak Hasann.

Yaa namanya juga masih pacaran, masih banyak kemungkinan. Perlu kedewasaan dari kedua belah pihak.

Mereka nonton dalam acara pertunjukan film-film nostalgia. 'The Niagara Falls' film lama yang diputar kembali menceritakan rumitnya pernikahan yang bermasalah.

"Lumayanlah buat masukan ya Rie, kalau pernikahan itu bisa serumit itu, karena masing-masing bermain dengan egonya. Amit-amit aku mah punya rumah tangga ribeut kayak gitu, enggak akan tahan aku mah," ucap Hasann .

Ririe pun setuju dengan pendapat Hasann. Ia pun meresponnya, "Yaaa engga maulah semua orang juga punya masalah rumah tangga kayak gitu...tapi itu kan film hehehe, kalau lurus-lurus aja ceritanya mah , filmnya engga akan laku kali," bantahnya yang dibalas dengan tawa oleh Hasann.

"Lain kali mah nonton film yang komedi aja yaa ? "kata Hasann.

"Huuh," Ririe mencibirnya.

"Cari makanan atau minuman ringan yuk San, masih jam 4 nih, kita hang-out dulu sebentar hehehe,"ajak Ririe yang disetujui Hasann.