webnovel

DI CAFE SEBUAH MALL

Hasann menatap wajah Ririe yang duduk didepannya...mengetahui ditatap seperti itu, Ririe pun memberanikan diri balik menatapnya...sesaat mereka terdiam.

"Asyiik yaa? kita ngobrolnya dari hati-ke hati saja," kata Hasann yang dibalas senyuman oleh Ririe. Diapun meraih gelas minumannya, disusul gerakan yang sama oleh Hasann, lalu terdiam lagi, saling pandang.

Mereka sangat menikmati pemandangan didepannya, dari mata turun ke hati dan menjalar keseluruh tubuhnya. Hasann pun mulai dengan percakapan dalam hatinya!

"Kamu cantik Rie aku suka dengan pribadi, pembawaan seperti kamu orangnya ceria cukup pintar, halus dalam bertindak ada rasa keibuannya, kadang lucu juga, gampang dibawa untuk bercanda, over all aku suka !" dalam hatinya , "dewasa dalam berfikir ,kulit agak hitam tapi bersih, mata hitam, alis cukup tebal dan hidung agak mancung, lesung pipitnya ,dengan rambut hitam sebahu...enak dilihat, aku suka!"Hasann pun tersenyum sambil tetap matanya menatap lembut.

Sedangkan dari hati Ririe,

"Luar biasa aku temukan cowo seperti ini, sederhana penampilan dan hidupnya,pakaiannya pun biasa-biasa saja tapi intelektualitasnya cukup mumpuni, orangnya baik cuma kadang nyebelin suka mikir yang engga-engga, halus bawaannya, cukup tanggap dan pengertian, orangnya tau diri, sedikit pemalu, cintanya... sepertinya engga neko-neko nih orang, lurus saja, serius dengan masa depannya,hanya aku harus hati-hati untuk menjaga jangan sampai harga dirinya merasa dimainkan. Semoga saja dia yang Tuhan kirim untuk menemaniku sampai tua nanti. I love you San" kata Ririe dalam hatinya. Ia mengerdipkan matanya , mengahiri percakapan dalam dirinya.

Kali ini Hasann yang meraih gelas minumannya, disusul Ririe.

"Sudaaah?" tanya Ririe yang disambut dengan gelak tawa Hasann.

Ia pun memegang tangan Ririe diatas meja dan menjalin jari-jarinya menjadi satu.

"Sudah !" jawab Hasann. Puaas dengan muka dan mata membulat. Yang disambut oleh tatapan mesra dari Ririe yang juga telah selesai dengan pikirannya sendiri. Hasann pun memberanikan diri setengah berdiri membungkukan badannya untuk mengecup pipinya Ririe. Ririe tampak sumringah.

"Asyiiik juga yaaa?"tanya Hasann yang dibalas anggukan .

Pintar ! komentar Ririe dalam hatinya, penuh kreasi engga membosankan.

"Udahan yuuk, sudah hampir jam 5 ini."

Merekapun berdiri dan berjalan meninggalkan tempat kenangan mereka berdua itu. Hasann menoleh kebelakang, melihat meja kursi tempat mereka duduk tadi sekali lagi, seakan-akan ada sesuatu yang tertinggal disana.

Sesampainya dirumah Ririe , Hasann hanya mempunyai waktu 1 jam lagi sebelum keretanya berangkat. Hampir saja lupa ia dengan bingkisan oleh-oleh dari ibunya.

"Maaf Bu ini ada oleh-oleh dari ibu saya." Hasann menyerahkan bungkusannya.

"Ooh ibu juga punyaa sesuatuuu...," katanya,"tadaaaaa ...!"teriaknya menirukan gaya anak muda sambil membentangkan kedua tangannya. "Ini buat nak Hasann , sambil menyerahkan bungkusan plastik dan ini oleh-oleh Semarang nya," katanya. Ibu sama anak hampir sama kelakuannya, dalam hati Hasann ...hm.

Hasann agak malu menerimanya soalnya begitu banyak kebaikan telah dia terima hari itu, tapi tentunya juga senang dengan sikap orang tua Ririe yang bisa menerima dia apa adanya.

Ririe berdiri disampingnya dengan senyum, begitu juga bapaknya .

"Saya pamit dulu ya Bu Astried, Pak Agoes..." katanya sambil menyalami mereka, "terima kasih atas semua kebaikannya." Hasann menoleh ke Ririe. Agak malu dia. Hm...yaa mau bagaimana lagi dong ?

"Ya sudah hati-hati saja diperjalan ya San," kata bapaknya sambil menepuk bahunya, "semoga selamat sampai tujuan hehehe."

"Amin... !"semua membalas hampir bersamaan.

"Salam buat keluarga di Bandung San," kata ibunya setengah teriak ketika Hasann berjalan menjauh.

Didalam mobil, di parkiran stasiun kereta api Tawang,

"Rie...kamu engga usah ngantar aku sampai masuk kereta yaa, sampai disini saja, jadi kamu bisa langsung pulang, takutnya kamu nanti kecapekan...dari pagi kita jalan hehe," sarannya.

"Engga apa-apa gitu San? kamu bisa yaa... ?"tanyanya memastikan.

"Yaa bisa laah kan aku pernah."

"Aku trimakasih ya Rie buat semua kebaikannya."

"Iyaa...iyaaa,sambil mengangguk-anggukan kepalanya sepertinya dia bosan mendengar kata itu yang diulang-ulang dari mulut Hasann... ."

Hasann langsung tanggap dengan reaksi Ririe, dia pun melemparkan guyonannya.

"Sekarang aku yang cium kamu atau kamu yang mau cium aku Rie?"tanyanya sambil tersenyum.

Ririe pun langsung menjawabnya, sambil senyum dengan lesung pipitnya membentangkan kedua tangannya.

"Kita pelukan ajaa...," katanya.

Hasann pun menyambutnya dengan pelukan erat dan lama ...mengusap-usap kepalanya tanda sayang...sambil mendekatkan bibirnya kekepalanya, merasakan harum rambutnya. hm.

"I love you Rie...soo much," katanya.

Lalu ia mencium pipinya dan melumat bibirnya lama.

"Sampai bertemu lagi ya Rie." Hasann pun membuka pintu, keluar dari mobilnya . Ia berjalan cepat memutar kedepan mobil dan berdiri disamping Ririe, ia mendekatkan tangannya dengan jari kelingkingnya, yang disambut dengan jari kelingking kekasihnya. Sejenak saling menatap dan Hasann pun meninggalkannya .

Tapi baru beberapa langkah, ia menoleh lagi yang dibalas dengan akting Ririe yang sedang mengusap air matanya , sambil mengeluarkan suara hu..hu..huuu menangis layaknya anak bocah. Hasann pun tertawa.

Dalam kereta,

Waah berat ini mah kalau setiap pertemuan seperti ini,pikirnya.

Suatu malam, seusai menyelesaikan tugas rutinnya mempersiapkan bahan pelajaran buat hari berikutnya, Hasann mendekati bapaknya yang sedang ada diteras luar.

"Hujan terus yaa akhir-akhir ini kalau sore Pak." Hasann membuka pembicaraan.

"Iyaa padahal ini masih bulan Juni," jawab bapaknya. Bagaimana San kabarnya ke Semarang itu? Ririe itu pacar kamu yaa?!" tandasnya.

"Mmm...iya Pak, sudah hampir satu tahun ini."

"Orang Semarang ya San? kok bisa dapetin orang jauh gitu , bagaimana ceritanya ?" pa Rahmat penasaran dengan awal ceritanya.

"Iya orang Semarang aslinya sih, tapi dulu pernah ngajar di Yayasan Berdikari juga Pak, bareng sama Hasann."

"Baik sekali ya mereka, katanya tiket kereta api pp dibayarin bapaknya, emang betul San ?"

"Iya dibayarin, ditraktir makan siang lagi disana hehehe, baik banget mereka! jadi engga enak malah Hasann nya, kayak berasa hutang budi gitu." Hasann curhat ke bapaknya.

"Bagaimana tuh Pak ?" tanya Hasann.

"Bagaimana apanya San,? engga ngerti bapak ?"

"Yaaa ituu, Hasann ngerasa engga enak gitu diperlakukan sebaik itu, tiket dibayarin , ditraktir makan siang sama-sama, dibawakan oleh-oleh lagi pulangnya,diantar jemput lagi...heheh...emangnya Hasann ini siapanya? kan baru juga tahap pacaran gitu."

"Yaa habis mau bagaimana ? ditolak juga salah. Yang penting mereka ngasihnya ikhlas aja San dan kamu baik sama Ririe nya jangan ngecewain dia...begitu aja sih menurut bapak mah," katanya.

Bapaknya pun menambahkan, "Wajar-wajar aja sih San." Yang membuat Hasann jadi berpikir dengan kalimat terakhir dari bapaknya itu.

Ooh betul juga... wajar artinya mereka, orang tuanya ingin aku juga memperlakukan anaknya sebaik mereka memperlakukanku...pintar mereka! pikir Hasann.

Langsung Hasann menimpali "Iya betul Pak...masih wajar yaa."

"Iyaa laah hehe...kapan-kapan ada waktu kenalkan pacar kamu sama bapak , ibu San?"

"Ooh iya Pak nanti kalau dia ke Bandung ya."

Di suatu chat lewat telpon genggamnya,

Hasann :"Bapa ingin ketemu kamu Rie hehe."

Ririe :"Kok bisa, ooh kamu udah cerita ya?"

Hasann :"Iya lah, aku bilang kamu tuh pacar aku hehehe."

Ririe :"Hehe trus ?"

Hasann :"Hahaha...ya engga gimana-gimana, tenang aja lah, nanti kalau sudah waktunya juga pasti ketemuan, ya engga ?"

Ririe :"Iya...aku sih gimana kamu aja San"

Hasann :"Okee...baik-baik ya kamu disana"

Ririe :"Iya !"

Diatas itu adalah percakapan mereka terakhir sekitar satu bulan lalu, masing-masing sibuk dengan pekerjaannya.

Percakapan singkat menanyakan kabar masing-masing sudah terlalu sering dilakukan yang membuatnya bosan dengan kalimat yang seakan diulang-ulang terus. Yaah namanya LDR long distance relationship memang begini. Ada kekosongan. Susah juga yaa ?