webnovel

DANGER!

Kim Hongjong hanyalah manusia biasa yang dipertemukan dengan Park Seonghwa. Seonghwa adalah arwah yang berkeliaran disekolahan Hongjong. Disanalah mereka bertemu. Dan dimulai dari sanalah kisah mereka dimulai.

syffya · Horror
Not enough ratings
4 Chs

eps.4 (jadi)

Aku dan Seonghwa sudah berkeliling kesana kemari untuk mencari seseorang yang ditandai Seonghwa sebagai adiknya. Bahkan kami sudah mengelilingi taman ini sebanyak dua kali.

Baiklah tak apa, taman ini juga tak terlalu besar. Tapi bagaimana pandangan orang-orang tentang aku, yang berputar-putar sendirian dilapangan ini?.

Aku mencoba mengabaikan itu.

Saat sedang fokus melihat sekeliling ku, aku tak menyadari ada seseorang di depanku. Bahu kami saling bertemu, membuat wanita itu terjatuh.

"Aduh, maaf maaf saya ga sengaja." ucapku.

"Ah iya tak apa, saya juga yang salah." katanya.

"Hmm iya, baiklah saya duluan ya." ujarku. Wanita itu hanya mengangguk saja.

Seonghwa sudah berjalan di depanku. Aku terus memperhatikan nya.

Aku dan Seonghwa sudah mengelilingi taman ini sekali lagi, tapi tetap saja orang yang dimaksud Seonghwa tidak ketemu. Aku yakin orang itu adalah Yeosang.

Kaki ku sudah lelah berjalan. Mata ku juga sudah lelah mengawasi sekitar. "Kita pulang aja ya?" ucapku pada Seonghwa.

Wajah Seonghwa tampak sedih. Aku tahu dia tak mau berhenti mencari adiknya itu.

Oh, ayolah aku hanya manusia biasa yang memiliki rasa lelah. Sedangkan Seonghwa, dia itu arwah. Bisa jadikan kalau dia tak memiliki rasa lelah.

"Hmm baiklah, kau pasti lelah kan Kim?" katanya.

"Ya, ini juga sudah mulai gelap." kata ku.

Seonghwa hanya mengangguk.

.

.

.

Pukul 18.57, itu tandanya mamah akan pulang sebentar lagi. Segera aku membuka pintu. "Kau mau tidur disini lagi?" tanya ku pada Seonghwa.

"A-apa boleh?" tanya Seonghwa. Aku tersenyum, lalu menganggukan kepalaku. "Tentu." ucap ku.

"Apa yang tentu Hong?"

Ah, sial itu mamah. Segera aku membalikkan badan ku. Bisa ku lihat mamah berjalan dari mobil yang terparkir di depan gerbang.

Aku diam, aku berfikir apa yang harus aku katakan pada mamah. "Tentu....ten-tentu besok aku libur kan besok Sabtu." ucapku sambil meringis berharap agar mamah percaya.

Mamah berjalan mendekat lalu mengusap rambutku. "Cepat buka pintunya Hong." ucap mamah.

"Astaga aku sampai lupa." uacpku sambil tersenyum.

Setelah pintu terbuka mamah masuk duluan.

"Kau ini dari mana?" tanya mamah sambil menaruh tasnya diatas meja makan.

"Dari taman mah." jawab ku sambil melepas sepatu lalu menaruhnya dirak dekat tangga.

Mamah hanya mengangguk. "Apa kau sudah makan?"

"Belum."

"Ya sudah ini mamah tadi belikan ayam kesukaan mu, mamah mau bersih-bersih dulu. Ini ada dua jangan dihabiskan semua." kata mamah.

"Hahaha tidak mah, aku akan menunggu mamah saja." kata ku

Mamah berjalan kearah kamar. "Nanti kau keburu lapar." kata mamah.

"Tidak mah." kataku.

"Ya sudah."

Mamah masuk kekamar. Aku berjalan ke arah ruang tamu untuk menonton TV.

Acara tv dijam segini memang tidak asik. Semua isinya drama. Aku terus mengganti channel tv. Sampai aku berhenti pada satu film yang ada.

"Oh baru mulai?" ucapku.

Ding! Dong!

Bel rumah berbunyi. Aku segera berdiri dan segera membuka pintu. " Siap.... Seonghwa?" kataku.

"Oh hai." sapa nya.

"Ada apa?"

"Tidak apa-apa."

"Lalu kenapa menekan bel?"

"Hanya ingin seperti manusia saja." kata Seonghwa sambil tertawa.

Entah apa yang membuat ku ikut tertawa. "Ya sudah masuk lah." uacpku.

Sekarang kita duduk di karpet bawah. Kita akan menonton film yang tadi. Aku tak tahu judulnya apa, tapi ini cerita horor.

"Apa tidak ada film lain?" tanya Seonghwa.

"Semua acara membosankan." kataku.

"Tapi aku takut film horor."

Aku terkejut lalu tertawa. "Kau ini arwah tapi takut horor?" tanya ku.

"Diamlah, aku memang sejak dulu tak suka film bergenre horor." kata Seonghwa.

"Ya sudah terserah mu, aku ingin melihat ini." kataku.

"Baiklah." ucapnya sambil melipat kedua tangan didepan dada.

Filmnya sudah dimulai dari tadi. Konfliknya juga belum terlihat. Aku masih setia melihatnya, menarik.

"Hong ini buruan dimakan." aku sampai tidak sadar kalau mamah sudah berada di samping ku.

"Mamah dari kapan ada disini?" tanya ku.

"Sejak kau tertawa sendiri." ucap mamah, sambil membuka makanannya.

Sial, apa yang mamah pikirkan tentang ku nanti. Aku hanya diam lalu membuka makananku.

Ku lihat mamah sudah mulai makan. Aku sedikit lega karena mamah tidak membahas kenapa aku berbicara sendiri. Satu per satu suapan ku masukan ke mulut.

Mataku dengan setia melihat kearah tv. Di film yang ku lihat hampir mirip dengan kisah Seonghwa. Tapi beda nya hanya ibu dari arwah itu masih hidup.

"Hong mamah kedapur dulu ya." kata mamah sambil membawa bungkusnya. Aku hanya mengangguk.

Suapan terakhir ku habiskan. Lalu membereskan bungkusnya dan membawanya kedapur.

"Hong mamah mau bicara." kata mamah tiba-tiba disalah satu kursi meja makan.

"Sebentar mah, Hong mau cuci tangan dulu." kata ku. Mamah mengangguk.

Aku segera membuang sampah dan mencuci tanganku. "Apa mah?" kataku sambil menarik kursi untuk duduk.

"Akhir-akhir ini kau terlihat aneh." kata mamah.

"Ah, a-aneh gimana?" tanya ku.

"Kau sering berbicara sendiri, jika kau ada masalah berbagi lah pada mamah." kata mamah.

"Nanti mamah gak percaya sama Hong." ucapku pelan.

Bisa ku dengar mamah menghela nafasnya. "Memang masalah kamu apa?" kata mamah.

Aku tak bisa memberi tahu mamah. Sungguh.

"Tidak ada kok mah." kataku.

"Kau kalau ada masalah bilang saja, tidak usah dipendam." kata mamah. Aku hanya mengangguk.

"Jangan sampai kau menjadi gila nanti." lanjut mamah.

Apa ini?

Mamah bisa menganggap ku gila.

"Aish mamah." rengek ku.

"Baiklah maafkan mamah, Hong matikan TV nya lalu kau kerjakan tugasmu sekarang. Mamah juga ingin mengerjakan tugas mamah disini." kata mamah.

"Hmm baiklah aku mau mengambil buku dulu." kataku. Mamah mengangguk.

Aku segera naik ke atas untuk mengambil buku.

"Pantas saja dibawah tidak ada ternyata sudah tidur." ucapku pelan lalu mengambil buku dimeja belajar.

Aku langsung turun membawa buku dan alat tulis lainnya yang ku butuhkan. Dan juga tak lupa membawa ponsel ku.

Aku duduk disebelah mamah. Kita sama-sama mengerjakan tugas diruang tamu. Tv masih menyala aku lupa untuk mematikannya.

"Mah tv nya tidak usah dimatikan ya?" kata ku.

"Kenapa?, nanti kamu tidak fokus lagi karena suara tv." kata mamah.

"Tidak mah, aku akan fokus kok." kata ku sambil menggelengkan kepalaku.

"Ya sudah."

Aku tersenyum. Tugasku sudah ku buka. Aku sudah mulai mencari jawaban dibuku paket dan google. Sesekali mataku tertuju pada adegan film di tv. Aku masih kurang paham dengan alur cerita film itu.

"Kau suka film reinkarnasi Hong?" kata mamah tiba-tiba.

"Ha?"

Aku tak paham, apa yang dimaksud mamah film yang aku tonton itu film reinkarnasi.

"Itu film reinkarnasi, mamah sudah pernah melihatnya." kata mamah.

"Oh, aku baru tahu mamah suka film-film seperti itu." kata ku.

"Tidak, lusa lalu mamah diajak ke bioskop sama istri rekan kerja mamah." kata mamah.

"Ih mamah kenapa tidak mengabari Hong?" kataku sambil membanting bolpoin diatas meja.

"Memang kenapa?" kata mamah.

"Aku kan ingin datang ke bioskop bersama mamah, mamah kan sudah tahu sejak dulu kan? tapi mamah selalu sibuk dengan urusan mamah." jelasku.

"Maafin mamah ya." kata mamah.

"Iya, tapi mamah janji akan menonton bioskop denganku?" ucapku.

"Iya mamah janji."

Aku tersenyum.

"Ya sudah, mamah mau naruh laptop dikamar dulu apa kau sudah selesai?" kata mamah.

"Belum." jawabku.

"Kau itu dari tadi terlalu fokus dengan tv." ucap mamah sambil berdiri membawa laptopnya

"Hehehe mamah juga ngajak ngobrol." kata ku. Mamah hanya menggelengkan kepalanya.

Setelah mamah masuk kekamar pikiran curangku berkerja. Aku membereskan buku dan alat tulisku. Lalu naik ke sofa dan melanjutkan film itu.

Jika kalian berfikir kenapa mamah memperlakukan ku seperti anak kecil? Itu karena mamah tak mau anaknya kekurangan kasih sayang. Walaupun mamah lebih sering berkerja.

Dan aku ingin bercerita sebenarnya mamahku itu single mother. Beliau yang mengurusku sendirian tanpa suami. Ayahku sudah meninggal saat umurku 3 tahun. Aku tak tahu pasti, tapi mamah berkata demikian.

Film yang ku lihat sudah menunjukkan konfliknya. Pemeran utamanya merelakan rohnya terambil oleh iblis agar temannya bisa selamat.

Menurutku itu sungguh berlebihan.

Tapi tidak setelah aku mengetahui bahwa pemeran utamanya itu mencintai temannya sendiri. Jadi dia rela melakukan apa saja.

"Aku tidak akan mengalami hal itu kan?"