webnovel

Dandelion.

Menaruh harap kepada orang lain adalah suatu kesalahan besar. -Anna Mengisahkan tentang seorang gadis yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Kerasnya hidup yang harus dijalani memaksanya menjadi pribadi yang kuat. Belum lagi, pada malam ulang tahun kekasihnya, Anna mendapati sang pujaan hati bermain bersama wanita lain. Hatinya hancur tak tersisa. Namun di malam yang sama, secara tak sengaja ia bertemu dengan seorang pria asing yang ternyata adalah pemimpin sebuah perusahaan besar. Melalui malam dengan pria yang tidak dikenalnya, terbangun dipagi hari dengan keadaan tubuh tanpa sehelai benang pun membuatnya kaget sekaligus takut. Sejak malam itu, Anna menghilang. Apa yang akan terjadi selanjutanya? Silahkan dibaca..

Gloryglory96 · Teen
Not enough ratings
311 Chs

Bab 17. Bertemu Dengannya

"Dia memang mengancamku," ucap Anna.

Apa lagi ini? Wah, dunia benar-benar sudah gila. Devan mengancam seorang wanita untuk jalan bersamanya? Benar-benar kejadian yang sangat langka.

"Hahaha benarkah?" balas Leo setelah diam beberapa detik.

"Kalau begitu, kau adalah wanit..."

"Sudah, jangan bicara padanya, dia membosankan," ujar Devan kembali meraih pergelangan tangan Anna dan pergi dari sana meninggalkan Leo seorang diri.

Melihat hal itu, Leo tidak tinggal diam dan ikut melangkah mengikuti kedua sosok itu dari arah belakang.

"Siapa yang kau bilang membosankan? Ha?"

"Hei, hei, jangan tinggalkan aku," teriak Leo namun tidak digubris oleh pria yang merupakan sepupunya sendiri.

"Siapa wanita yang bersama Devan, Leo?" sebuah suara berasal dari arah belakang, membuat pria itu menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Oh hai, Sayang," ujar Leo tatkala melihat salah satu teman wanitanya di sana. Ia kemudian merangkul bahu wanita itu dari arah samping.

"Lepaskan tanganmu, nanti orang-orang bisa salah paham, Leo," ujar wanita itu lagi.

"Siapa? Katakan padaku. Hahaha, memangnya apa yang salah dengan ini?" balas Leo bergurau sembari menepuk-nepuk pundak wanita itu.

"Ngomong-ngomong kamu tidak membawa pasangan?" tanya Leo lagi sembari melihat ke sekitarnya.

"Seperti yang kamu lihat."

"Bagaimana kalau aku menjadi pasanganmu malam ini?" tawar Leo menggoda.

"Dalam mimpimu, sudah lepaskan. Kau membuat gaunku kusut," balas wanita itu.

"Dimana yang lain?" tanyanya lagi.

"Mereka sudah di dalam."

"Lalu apa yang kau lakukan di luar sendiri?" tanya wanita itu.

"Aku bosan, Ven. Makanya aku keluar sebentar dan tak sengaja bertemu dengan wanita cantik sepertimu," balas Leo dengan senyum menggoda.

Wanita itu adalah Venia, salah satu ketua divisi di perusahaan Devan.

Venia, Leo dan Devan sudah saling kenal sejak kecil dan berteman baik hingga sekarang. Itulah sebabnya Leo tidak segan kepada Venia, dan lebih suka menggoda wanita itu.

"Apa Devan bersama wanita baru lagi?" tanya Venia mengulangi ucapan yang serupa dengan sebelumnya.

Leo hanya mengendikkan bahu.

Melihat respon pria itu, Venia meraih pergelangan tangan Leo dan melihat jam yang melingkar sempurna di sana.

Pukul 11 lewat beberapa menit.

"Sebaiknya kita masuk," ujar Venia melepas lengan Leo di bahunya.

***

Anna dan Devan memasuki ruangan yang nampak begitu luas.

Beberapa pasang mata sesekali nampak mencuri pandang ke arah mereka berdua, bahkan ada yang dengan sengaja memperhatikan Anna dengan terang-terangan, dan hal itu berhasil membuatnya sedikit risih.

Ruangan itu adalah ballroom tempat pesta di gelar.

Sejenak Anna terpana melihat mewahnya dekorasi pesta itu. Pertama kalinya ia menghadiri acara ulang tahun semegah ini.

Dekorasi berwarna pink, peach dan ungu muda memenuhi seluruh ruangan memberi kesan yang begitu feminim.

Balon dan berbagai pernak-pernik pesta yang berkilauan memenuhi beberapa titik. Kursi dan meja diatur sedemikian rupa.

Manik mata Anna juga mendapati beberapa kado dengan ukuran berbeda bertumpuk dengan rapi pada sudut ruangan.

Melihat Devan yang berjalan di sebelahnya nampak biasa saja dan begitu santai membuatnya mengerutkan kening.

"Kamu menghadiri acara ulang tahun?" Anna tiba-tiba bersuara.

"Dan tidak membawa kado apapun?" tambahnya lagi.

"Apakah perlu?" balas Devan.

"Keberadaanku saja sudah menjadi hadiah besar di sini," tambahnya lagi menyombongkan diri.

Baru saja ia mengucapkan hal itu, seorang wanita menghampirinya, wanita itu mengenakan gaun panjang berwarna pink dengan bagian bawahnya dihiasi bulu-bulu nampak begitu detail, seolah membentuk sosok angsa. Siapa saja yang melihat gaun itu bisa menebak bahwa harganya mungkin mencapai ratusan juta.

"Hai Devan."

"Aku tidak menyangka Leo benar-benar berhasil membujukmu untuk datang ke pestaku," ujar wanita itu ketika sudah berada di depan Anna dan Devan.

Pria itu hanya berdehem menanggapinya.

"Dan, siapa wanita ini? Apa dia pacar barumu?" tanya wanita itu.

"Anggap saja begitu," balas Devan singkat namun segera dihadiahi tatapan tajam dari Anna.

Sejenak, wanita itu nampak memperhatikan penampilan Anna dari bawah hingga ke atas kemudian tersenyum samar.

"Kenalkan aku Danica," ujar wanita itu mengulurkan tangannya.

"Anna," jawab gadis itu membalas uluran tangan wanita itu.

"Senang bertemu denganmu, Anna."

"Ah iya, kalian kutinggal dulu tidak apa-apa kan?"

Devan hanya mengangguk menanggapi ucapan Danica.

"Semoga kalian menikmati pestanya," ucapnya lagi kemudian menjauh dari sana dan menyapa para tamu lainnya.

Jika boleh jujur, Anna sedikit malu dan canggung berada di tengah orang-orang yang terlihat begitu berkelas di matanya.

Sejenak merasa seperti sebutir kerikil diantara lautan mutiara yang berkilau.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Devan membuyarkan lamunannya.

Anna hanya menoleh sekilas ke arah pria itu berada kemudian memalingkan pandangannya ke arah lain, memindai seisi ruangan.

Tiba-tiba tubuhnya menegang, seorang pria yang sedang bersama dengan wanita di sudut sana memasuki pandangannya.

Dan sialnya, pria itu juga melihat ke arahnya.

Dia adalah Brian, dan wanita itu...

Ingatan Anna tentang kejadian malam itu di apartemen kekasihnya berputar seperti kaset rusak di kepalanya, membuat tangannya seketika gemetar tanpa ia sadari.

Detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. Mendadak Anna seperti kehilangan dirinya sendiri.

Devan yang merasakan respon tidak biasa dari tubuh Anna segera mengikuti arah pandang wanita itu.

Dan benar saja, apa yang ia duga sebelumnya benar-benar terjadi saat ini. Melihat kedua sosok itu beradu pandang, membuat salah satu tangan Devan mengepal tanpa ia sadari.

Segera ia mengeratkan rangkulannya di bahu Anna, seolah ingin mengatakan pada siapa saja bahwa wanita itu adalah miliknya.

Anna yang merasa sedikit sesak seketika tersadar.

"Dev.. aku ingin ke toilet sebentar," ucap Anna tiba-tiba.

Mendengar wanita itu pertama kali menyebut namanya, Devan tertegun sesaat.

"Mau aku temani?" tawar pria itu.

"Tidak perlu, aku bisa sendiri," balas Anna singkat.

"Memangnya kamu tahu dimana toiletnya berada?"

"Aku bisa mencarinya," balas Anna seadanya kemudian melepas tangan Devan, berbalik kemudian berjalan keluar.

.

.

"Anna, mau kemana?" tanya Leo yang berpapasan dengannya di pintu masuk, namun gadis itu hanya berlalu melewatinya tanpa merespon sedikitpun.

"Dev, ada apa dengannya? Jangan bilang ka..."

"Dia hanya ke toilet," potong Devan segera.