Malam tiba di istana Putra Mahkota.
Di Kamar tidur pangeran muda, tidak ada suara apapun dalam ruangan membuat suasana sangat tenang dan nyaman. Hong membuka matanya, kepalanya sakit bukan main, tubuhnya juga terasa sangat lemah dan tidak bertenaga. Ia membalikkan kepalanya dan melihat seseorang tertidur di pinggir ranjangnya, seorang, dengan rambut hitam panjang, pakaian putih dengan kombinasi biru langit, tusuk rambut di sela mahkota kecil di atas cepol rambutnya, Hong seperti mengenalnya sangat dekat, perasaannya begitu nyaman saat melihatnya, wajah yang sangat dirindukannya. Hong mengangkat tangannya hendak membelai sosok yang terlupakan olehnya, tapi saat menyentuhnya, sosok itu berubah, ia, bukan seperti apa yang dipikirkan Hong tadi.
"Hei, kau sudah sadar?" YangLe yang segera menegakkan duduknya, putra mahkota itu duduk hingga tak sadar telah tertidur di sana, ia tersenyum membelai pipi Hong yang melihatnya lama dengan bola matanya yang besar.
"Bagaimana? Masih tidak enak badan? Kakak sudah bilang kau jangan banyak bermain ke sana ke sini, sejak jatuh dari kuda dan lupa ingatan kondisi tubuhmu belum pulih sepenuhnya" YangLe menaikkan selimut Hong hingga atas dadanya, Hong melihat wajah YangLe lama, ia mungkin tidak ingat siapa kakaknya itu sebelumnya hingga melihatnya sebagai orang lain, orang lain yang wajahnya samar, ia melupakan wajah itu, tapi perasaan saat memikirkannya sangat hangat, perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Hong mengangkat tangannya menyentuh rambut ikal YangLe yang jatuh di depan dahinya, rambut ikal yang juga memiliki kenangan tersendiri jauh di lubuk hatinya, ia seperti mengenal rambut ikal seperti ini, jadi mungkin memang benar kalau ia masih mengingat YangLe jauh di dalam hatinya.
"Heh kakak tidak tidur di kamar kakak saja?" suara Hong parau.
YangLe tersenyum, ia meraih tangan Hong.
"He kakak tidak mungkin bisa tidur melihat kau sakit begini Hong, heh, maafkan kakak yah"
Hong mengerutkan keningnya, wajah YangLe saat mengatakannya terlihat cukup bersalah.
"Ini bukan salah kakak, kenapa kakak minta maaf sama Hong?"
YangLe menggenggam jemari HongEr, entah kenapa hatinya menjadi lemah, melihat pemuda itu menderita membuat dadanya sakit tanpa ia sadari.
"Eh, karena, kakak harusnya bisa menjaga adik hingga tidak jatuh, kakak begitu ceroboh memikirkan diri sendiri hingga lupa padamu, adik jadi begini"
Hong membelai pipi YangLe, airmata seperti tertahan di ujung mata YangLe, ia mungkin sangat mencemaskannya hingga ia seperti itu, Hong tersenyum, ia harusnya lebih kuat.
"He Hong tidak apa-apa kak, hanya sedikit Lelah saja, setelah tidur besok pagi juga akan sehat lagi, kakak tidak usah cemas begitu, sebaiknya kakak kembali ke kamar dan beristirahat saja, besok kakak ada acara berburu dengan Kaisar, pasti akan sangat Lelah sekali nanti"
YangLe tersenyum, padahal ia hanya menyebutnya sekali tapi Hong ternyata mengingatnya.
"He iyah, kakak hampir lupa, tapi, kakak sangat mencemaskanmu adik, malam ini biar kakak tidur di sini yah"
Hong menggelengkan kepalanya, ia tersenyum.
"He jangan kak, Hong tidak apa-apa, tidur sebentar juga akan baikan, kakak kembali saja ke kamar, kakak tidak boleh terlalu lelah hingga tidak bisa berburu dengan baik besok, Hong akan cemas kak"
YangLe tersenyum, diremas jemari HongEr, melihat sepasang mata teduh Hong yang menatapnya dalam, tatapan yang belum pernah didapatkannya dari siapapun hingga saat ini.
"He yah sudah, kalau begitu kakak tinggal dulu yah, ada NuMa dan lainnya di sini kalau adik butuh apa-apa panggil saja mereka yah, jangan turun sendiri dari ranjang"
Hong mengangguk.
"Iyah kak Hong tahu"
......................
Tak lama kemudian di depan pintu pavilion.
YangLe menghapus setetes air di ujung matanya saat BuAn mendekat.
"BuAn, apa yang kau dapatkan?" tanya YangLe.
BuAn menurunkan tubuhnya memberi hormat.
"Kelompok pemberontak terlihat di dekat hutan Arwah di perbatasan kota FoTang, kemungkinan, tuan muda FeiEr juga melewatinya, hutan itu sangat berbahaya entah apakah ia bisa keluar dalam kondisi baik-baik saja atau tidak"
YangLe menghempaskan lengan bajunya yang lebar, berjalan pelan menjauhi kamar menuju ke arah gerbang. Wajahnya terlihat begitu agung di bawah sinar rembulan yang cukup terang malam itu, rahangnya yang tegas dengan pandangan mata tajam setajam elang yang siap menerkam buruannya.
"Heh tuan muda Fei ini, tidak bisa dipandang sebelah mata, ia mungkin akan tiba ke istana dalam waktu singkat, akan sangat merepotkan kalau sampai pihak istana Tang mengetahui kalau Hong ada di tanganku kini"
"Yang Mulia, bagaimana kalau, kita pindahkan tuan muda ke istana Gao, lokasinya ada di atas gunung jauh dari keramaian, lagipula udara begitu segar tuan muda bisa cepat sehat di sana, hamba, agak cemas kalau seandainya Yang Mulia pangeran KaiLe datang lagi dan menemukan tuan muda Hong, maka, semua akan terbongkar"
YangLe mengenal BuAn sejak lama hingga anak buahnya itu begitu memperhatikannya dan sering memberi nasehat padanya, dan ia sering mengikuti sarannya.
"Tapi letak istana Gao cukup jauh Bu, aku cemas kalau adik Hong, mungkin tidak akan kuat berjalan jauh kini, kondisi tubuhnya sangat lemah, dukun bodoh itu, apa ia tahu bagaimana bekerja dengan baik? Sungguh dukun gadungan, segera temukan dia dan minta ia ke sini secepatnya"
BuAn menurunkan kepalanya mengangguk.
"Siap Yang Mulia"
BuAn mengangkat kepalanya, gawat, pikirnya, ia tidak pernah melihat junjungannya bergundah hati seperti ini, apa, ia secara tanpa sadar sudah jatuh cinta pada anak itu? Anak yang hanya akan dijadikan alat sebagai penguat kekuasaan itu mulai menyentuh hatinya, ia baru kali itu melihat tatapan mata tuannya berkilat saat membicarakan seseorang, bahkan dengan putri yang akan menjadi calon ratunya kelak ia tidak bersikap seperti itu. BuAn menggaruk kepalanya, ini bukan urusannya, ia tidak bisa berkata apa-apa, semua yang dilakukan junjungannya adalah keinginannya siapa yang bisa merubahnya.
Keduanya berjalan menjauhi pavilion menelusuri jalan menuju Vila utama.
"Oh yah Bu, soal besok, kau sebaiknya tidak usah ikut, jaga saja Hong di kamarnya, aku tidak percaya pada orang lain yang ada di sekitarnya, aku tak mau sampai terjadi hal buruk pada adik Hong saat aku tak ada"
BuAn menurunkan kepalanya mengangguk.
"Siap Yang Mulia"
YangLe menghempas napasnya.
"Perburuan kali ini bisa memakan waktu sehari atau dua hari lebih, heh paman Kaisar senang sekali berburu, sampai kapan beliau akan bosan? Semua hewan di taman perburuan yang dibesarkan pada akhirnya akan diburu setelah mereka tumbuh dewasa, setelah itu beliau akan mencari yang baru lagi sebanyak-banyaknya, heh"
BuAn hanya bisa mengikuti di belakang junjungannya mendengarkan setiap ucapan YangLe seksama.
"Hong suka sekali dengan kue kacang, besok jangan lupa minta pelayan menyiapkannya setiap pagi, lalu kalau bisa temani ia mandi, ia bisa ketiduran kalau mandi terlalu lama, nanti ia bisa masuk angin tubuhnya sedang tidak dalam kondisi fit saat ini lebih baik hindari yang tidak perlu, oh yah, jangan biarkan ia bermain layangan terlalu lama, ia bisa lupa waktu dan tidak pulang, heh anak itu sangat aktif sekali"
BuAn menahan diri untuk tidak tersenyum, putra mahkota begitu fasih akan seseorang selain dirinya, seperti memiliki hobi baru yang kerap membuatnya tersenyum senang.
"Siap Yang Mulia"
YangLe membalikkan tubuhnya pada BuAn.
"Jangan terkena rajukannya, ia bisa memaksamu dan tanpa sadar kau akan mengikuti semua maunya" lanjut YangLe
BuAn mengangguk kembali, padahal Yang Mulia putra mahkota baru mengenal dekat dengan tuan muda Hong selama sepuluh hari, tapi beliau seperti sudah lama mengenalnya.
"Ingat itu Bu, jangan lupa"
BuAn mengangguk lagi. "Siap Yang mulia"
###################