Malam buta.
Suara jangkrik dan binatang malam memenuhi gelapnya malam yang tadinya sunyi tanpa suara.
Suasana istana Naga, istana utama Putra Mahkota YangLe.
Denting senjata berbenturan.
'Ting Ting Ting Ting!"
Pertempuran kecil terjadi tak jauh di depan halaman istana utama, api kecil membakar beberapa sudut, terlihat pengawal istana Putra Mahkota dengan Jirah emas melawan beberapa penyerang yang tiba-tiba datang di tengah malam buta.
'Ting Ting Ting Ting!'
"akh!" Suara rintihan dan erangan pengawal dan penyerang yang terluka, darah muncrat hingga kemana-mana, halaman yang penuh menjadi area pertempuran yang memakan korban jiwa, dari arah gerbang berbondong-bondong masuk lagi pengawal istana, tapi penyerang berpakaian hitam juga tidak sedikit, beberapa bahkan memiliki kemampuan bela diri jauh di atas para pengawal hingga bisa melawan dua hingga tiga pengawal sekaligus tanpa usaha besar, beberapa penyerang berpakaian hitam terlihat melesat di antara atap istana dan meluncur menuju cahaya bulan purnama yang bersinar terang, bahkan menghilang tanpa jejak, sedangkan pertempuran yang memakan banyak korban sepertinya perlahan mereda walau situasi sudah tak karuan.
...................
Buk buk buk buk!
Suara langkah kaki berlari dari arah pintu memasuki aula istana Gao, di mana YangLe dan beberapa pejabat kecil sedang melakukan rapat pagi mereka, BuAn yang melihat pengawal tingkat kepala unit yang masuk dengan wajah gelisah itu dengan mata besar, sekejab YangLe yang melirik juga tahu kalau berita yang disampaikan pasti berita besar.
Tak lama kemudian.
YangLe mengepalkan tangannya, menahan kesal di wajahnya, laporan kepala unit pengawal istana Naga membuat dahinya berkerut dengan mata tajam seolah siap untuk membunuh dengan auranya saja.
BuAn menurunkan tubuhnya memberi hormat.
"Yang mulia masalah ini biarkan hamba yang selidiki, penyerangan istana Naga sudah ke tahap yang mengkhawatirkan"
YangLe melirik, matanya yang besar dengan warna bola mata keemasan melihat wajah BuAn lama.
"Biarkan saja Bu, biarkan adik Kai yang menyelidikinya, aku percaya pada mereka, masalah penyerangan ini jangan sampai membuat kita lengah, siapapun mereka itu pasti salah satu tujuan mereka" YangLe melihat kepala pengawal yang merunduk di depannya.
"Apa saja yang hilang?" Tanyanya.
Pengawal itu mengangkat tangannya ke depan hormat sebelum menjawab, ia tetap tak berani melihat wajah putra mahkota bagaimanapun juga.
"Lapor, hanya, satu barang yang hilang, kotak emas, yang ada di dalam istana Naga timur"
YangLe membesarkan matanya, kotak emas, ia pikir benda itu akan sangat aman di dalam kamarnya hingga hanya menaruhnya begitu saja dalam laci, bagaimana penyerang bisa tahu tempat mana yang mereka tuju, ia melirik BuAn tajam.
"Bu, panggil KaiLe ke sini segera, masalah ini tidak bisa didiamkan begitu saja"
BuAn menundukkan kepalanya.
"Siap Yang Mulia" BuAn memberanikan diri mengangkat kepalanya melihat wajah serius putra mahkotanya.
"Tapi, Yang Mulia, kalau boleh hamba tahu, apa, benda dalam kotak emas itu?"
YangLe menggigit jarinya, matanya yang besar melihat lurus ke depan dengan banyak sekali pikiran yang melayang di kepalanya, ia melihat BuAn yang menunggu jawabannya.
"Dalam kotak itu, ada belati Merak, benda yang sangat penting"
BuAn membesarkan matanya, ia menundukkan kepala dan tubuhnya ke depan putra mahkota.
"Ini masalah besar Yang Mulia, biarkan hamba ikut mencarinya"
YangLe menarik napas berat, ini memang masalah yang sangat besar, dan siapapun yang mengambil belati itu pasti tahu apa kegunaannya hingga nekat menerobos pengawalan istana yang ketat dan menyerang dengan semua usaha, YangLe tidak peduli dengan benda mistis itu, tapi, ia lebih peduli dengan apa yang akan dilakukan oleh orang yang nengambil belati itu.
...................
"Ayo dik buka mulutmu, aaaah" suara KaiLe, ia duduk di bawah rindang pohon bersama HongEr di pinggir lapangan di mana Tao dan YuTang tengah berkeliling di atas kuda mereka, suasana yang sangat tenang dan damai di lapangan tak jauh di belakang paviliun Peony.
Mulut Hong sudah mengembung dengan banyak makanan yang dimasukkan sejak tadi, tapi ia memang menyukainya, ia makan hingga pipinya bulat dan masih bisa menelannya cepat dan membuka mulutnya kembali.
"Terima kasih kak"
KaiLe menikmati waktu paginya bersama Hong, suasana yang menjadi angan-angannya selama berpisah dari Hong, mengharapkan ia bisa menikmati udara pagi dan sarapan bersama Hong walau dalam mimpinya, ia tak habis tersenyum melihat wajah bercahaya HongEr, wajah mulus dengan pipi yang agak merah karena udara yang cukup dingin, rambut panjang ikal merah yang lembut dibelai angin hingga beberapa terbang mengenai wajah KaiLe yang begitu dekat dengannya.
"Adik apa mau naik kuda? Terakhir adik duduk di atas kuda kakak tapi kak Kai belum puas"
Hong melihat KaiLe sejenak, mengerutkan dahinya.
"Memang pernah yah kak? Emm, maaf kak, Hong lupa" ia menggaruk kepala belakangnya
KaiLe tersenyum, diraih tangan Hong menghentikan dari gerakannya.
"Adik sudah tidak usah dipikirkan, yang penting adik sehat itu sudah cukup, em, apa tanganmu masih sakit? Kemarin kau menarik tali layangan begitu kencang" Kai memegang tangan Hong yang lembut dan tak melepaskannya cukup lama, ia tak akan berhenti memegang tangan itu dan tidak akan pernah cukup waktunya.
"Em tidak apa-apa sih kak, untungnya kak Sun menarik bagian depannya, jadi tidak sempat menggores tangan Hong, layangannya berat sekali karena angin sangat kencang kemarin"
KaiLe tertawa kecil melihat alis Hong yang berkerut saat bercerita.
"Hehehe kau ini yang terlalu senang main layangan, angin musim ini memang sedang sangat kencang, besok kalau mau main lagi ajak kak Kai yah, kakak akan pegang talinya untuk adik"
Hong tertawa kecil, entah kenapa ia merasa begitu akrab dengan pangeran KaiLe yang tiba-tiba datang, ia merasa sangat mengenalnya, ia tertawa hingga Kai yang gemas menyentil dahinya pelan.
"Kau ini"
Hong meraba dahinya dengan mulut mengkerut.
"Akh kakak sakit"
Suara tawa KaiLe sangat jelas walau tidak begitu kencang, bahkan hingga ke arah Fei yang mendekat bersama DaHuang.
"Ehem, pangeran Kai, pagi sekali sudah mengajak adik Hong ke sini, adik udara sedang dingin lihat pakaianmu tipis begini"
Fei menghampiri Hong dengan tangan membawa mantel beludru panjang berwarna merah, memakaikannya ke punggung Hong.
Hong mendongak tersenyum hingga matanya menghilang.
"Terima kasih kak, ayo kak ikut duduk bersama Hong, pagi ini kak Kai membawa kue rasa baru, ini enak kak"
Fei duduk di samping Hong dengan dua tangan masih memegang lengan Hong, ia melirik KaiLe, mengepalkan tangannya di depan memberi hormat.
"Salam Pangeran Kai, pangeran Kai memang paling tahu bagaimana menyenangkan hati adik Hong, apa semua makanan ini cukup aman? Akhir-akhir ini kesehatan perut adik Hong tidak begitu baik jadi lebih baik jangan terlalu makan makanan yang kurang sehat dik"
Fei melihat Hong yang masih memasukkan makanan dan melihatnya dengan wajah sangat ceria, siapa yang bisa mencegah adiknya itu untuk makan, itu kesukaannya.
KaiLe tersenyum, tatapan mata Fei seolah ia tidak diharapkan di sana.
"He Tuan muda, aku jamin semua makanan ini aman, aku sendiri memakannya, lagipula adik Hong bilang bosan dengan makanan istana, tidak ada salahnya makan makanan dari luar Khan, Iyah khan dik?"
Hong mengangguk cepat saat KaiLe menoleh padanya.
"Iyah kak"
Fei melihat wajah Hong, mulutnya masih tersisa sedikit remah kue yang dimakannya sejak tadi, diangkat tangannya dan membersihkan pinggir bibir merah jambu dan menggemaskan milik Hong dengan jarinya, bibir yang penuh dengan sebutir tahi lalat samar di pinggirnya, sangat menggoda siapa saja yang melihatnya.
"Adik kau ini makan berantakan"
Bahkan Fei sangat gugup saat melihat bibir itu, rasanya saat melihat wajah Hong ia tidak bisa melihat hal lain lagi, yang ada di depannya hanya wajah adiknya tersayang, adik yang disayanginya lebih dari apapun juga.
#########################