Hiii...
Happy Reading!
****
"Kalian ngapain?!" tanya Eduard pada pria di sampingnya.
Jawaban mereka sederhana, 'ya nonton voli lah!'. Tentu jawaban itu membuat emosi Eduard memuncak, "KALIAN NONTON VOLI ATAU NGINTILIN RINDU?!"
Doeng!
Suara keras Eduard menarik banyak mata untuk menatap mereka, itu termasuk Rindu, Samudera dan para pemain voli di lapangan. "Hehe.."
"HEHE KATAMU?!"
Rindu mau pun Samudera hanya bisa tepuk jidat melihat tingkah Eduard, perasaan yang diikuti mereka adalah Rindu, tetapi kenapa Eduard yang terlihat sangat marah?
Untuk menghentikan kemarahan Eduard, dengan kepintarannya yang tak masuk akal Rindu pun membuka suara. "Eduard, kau itu terlalu pemarah ... lebih baik pergi dan belikan camilan gih!"
Seketika kening Eduard berkerut tidak suka, dirinya bukan anak buah Rindu! Jadi kenapa sebagai sahabat Samudera, dia harus menurut?
"Enak banget lu nyuruhnya, sudah lah, terlalu banyak cctv berjalan disini!"
Eduard langsung angkat kaki dari area perlombaan, pria itu sudah tidak tahan dengan tingkah Rindu yang terkesan bodo amat pada para ekornya.
Kepergian Eduard membuat Galang terkekeh, dia berjalan ke pinggir lapangan dan memanggil Rindu untuk turun sebentar. Ada satu-dua pertanyaan yang ingin Galang bicarakan bersama gadis itu.
"Apaan?" tanya Rindu setelah berhasil membujuk Samudera yang melarangnya beranjak, dari kursi penonton Samudera terus memantau pembicaraan mereka berdua dari kejauhan!
Galang meringis saat sadar denhan tatapan Samudera, 'Lu berniat jadi Pebinor gue gorok lu'. Dari tatapan mata saja Galang sudah tahu kalau Samudera tengah mengintimidasinya, siapa juga yang ingin merebut Rindu? Dia hanya ingin membicarakan hal penting.
Tangan Galang bergerak menyerahkan ponsel di tangannya, sebuah histori percakapan antar chat dari pria bernama Radit membuat emosi Rindu bangkit setelah membacanya. "Dia meremehkan gue?!" tanya Rindu geram.
Anggukan dari Galang membuat Rindu membulatkan tekatnya, "SAMU! GUE MAU MAIN YAH! LU TONTON DI SANA AJA!"
Setelah berteriak memberitahu Samudera akan keterlibatan dirinya dalam pertandingan Volly kali ini, Rindu segera berganti pakaian dan melakukan pemanasan.
Tentu saja sifat yang terkesan tiba-tiba dari sang Kekasih membuat Samudera tak senang, bukan kah niat awal mereka adalah menonton pertandingan Volly? Lalu kenapa sekarang Rindu malah ikut berpartisipasi?!
"Rindu, gue gak ngarepin ini terjadi.." gumam Samudera menutup wajahnya menggunakan kedua tangan.
Pertandingan di mulai dengan Rindu yang menggantikan Bunga, sahabat barunya itu masih sakit dan tidak bisa ikut pertandingan, jadi sekaligus ingin membalas dendam dengan pria bernama Radit, Rindu akan. memenangkan pertandingan kali ini!
"Siap? Mulai!"
Servis pertama di lakukan oleh musuh, untuk di menit pertama ini Rindu berdiri tepat di depan net tengah, Galang yang posisinya adalah wing spiker berdiri sebelah kanan. "Masih inget kan?" tanya Galang bercanda.
Rindu terkekeh karena temannya itu meremehkan dirinya, dia memang sudah lumayan lama tidak memegang bola voli karena asik dengan bulutangkisnya. Tapi itu sama sekali tidak berarti Rindu melupakan voli. "Lu kira gue pelupa? Ayo gue tunjukin cara mainnya Rindu!"
DUAGH!
Serangan Spike berat dari Wing spiker musuh berhasil Rindu Block dengan sempurna, akibatnya, berkat Rindu mereka mendapatkan point sekarang. Pertandingan semakin memanas, point mereka terus saling menyalip dengan cepat membuat penonton di sana pusing.
Ini sebenarnya pertandingan antar sekolah atau pertandingan tingkat Internasional?! Suasana-nya pun kian memanas dengan bertambahnya point, deru napas yang memburu menandakan semua pemain sudah kelelahan. "Ini gila! Segera akhiri dengan cepat! Apa kalian bodoh?! Jangan menyia nyiakan waktuku!"
Tekanan mulai di rasakan oleh Radit yang posisinya adalah seorang setter, dia tahu betul kalau ini terus terjadi mereka akan kalah. Secara stamina Sma Hexagon memang lebih unggul, jadi lebih baik menyelesaikannya dengan segera bukan?!
Puk!
Tepukan pelan di bahu Rindu membuat gadis itu menoleh, Galang berdiri di sampingnya denhan senyum puas. "Ayo buat lawan semakin tertekan, kita bisa kan?" tanya Galang sambil melirik score point 20-20.
Jika mereka bisa mengambil kemenangan pertama, musuh akan berputus asa, memang seharusnya mereka mengambil kesempatan ini bukan?!
Bola di serahkan pada Rindu selaku giliran servis, tangannya memegang bola volly erat dan menatap kedepan dengan perasaan penuh percaya diri, bersikap seolah servis-annya akan membawa kemenangan di ronde pertama.
Selain memang serius ingin memenangkan ronde ini, Rindu sebenarnya agak terganggu dengan tatapan garang dari Samudera yang kini merajuk. "Ah, aku tidak ingin Samu marah lagi," gumam Rindu memejamkan matanya.
Peluit di tiup menandakan Rindu harus memulai servis, setelah mengambil ancang-ancang tangannya bergerak untuk melambungkan bola volly dan meloncat setinggi mungkin.
DUAGH!
"Eeeeee?!"
Tangan Rindu nyaris tidak bisa memukul bola volly karena perhitungan loncatnya salah, di Saat semua melongo dengan servis biasa yang Rindu lakukan bola volly itu justru jatuh di depan middle blocker musuh.
"..."
Doeng!
"Ekhem, point sekarang 21-20! Babak penentuan di ronde pertama!" suara dari wasit membuat semua fans Rindu bersorak senang.
"WOOOOOO! RINDUUU! KAMI PADAMUUU!"
Sorak sorai di sekeliling lapangan membuat lawan semakin panas, terutama Radit yang awalnya merendahkan cara main Rindu. Galang sadar kalau wajah Radit memerah pun menyenggol lengan Rindu, "Pssst, look.. Radit sekarang seperti tomat merah!"
FFFFTHHHHH!
Tidak tahan dengan kenyataan yang Rindu lihat, tawanya menyembur keluar bersama Galang yang ikut terbahak. Tindakan mereka berdua justru di kira sebagai ejekan pada Radit, tentu saja pria itu langsung meledak dan meminta untuk pertandingan di mulai.
"Pastikan ini Servis terbaikmu, Rindu!" kekeh Galang mengajak rambut Rindu sambil beranjak ke tempatnya bermain.
Samudera kini duduk dengan senyuman yang manis, api cemburu membakar sifat aslinya sampai berubah seperti ini. Eduard yang baru kembali pun tersentak melihat hal tersebut, "OMGGG! TIM! LU SENYUM?!"
Dugh!
"Diem anak setan!"
Aaah, Eduard menyesal berteriak seperti tadi. Akibat kecerobohannya kini perut bagian tengah Eduard terasa sangat sakit mendapat sikutan maut dari Samudera, tangannya menyerahkan sebuah cola dan kentang goreng yang dia beli tak jauh dari sekolah. "Rindu mana?" tanya pria itu menoleh kekanan dan kiri guna mencari keberadaan Rindu.
Seolah tidak senang dengan pertanyaan Eduard, jawaban yang Samudera berikan lumayab kasar. "Lu buta? Itu dia lagi main volly masih ada di tanya, coba lihat situasi dulu sebelum bertanya!"
Eduard terdiam sambil menatap Samudera kosong, jika kalian berpikir pria itu sakit hati, maka jawabannya adalah salah. Eduard sama sekali tidak pernah marah dengan setiap kata yang keluar dari mulut Samudera, mereka berdua itu sudah berteman selama 10 tahun lebih, jadi bisa di perkirakan seberapa banyak fakta yang saling mereka ketahui bukan?
BUGH!
Suara benturan keras membuat semuanya menoleh, mata mereka melotot tidak percaya saat Rindu terduduk dengan tangan kanan yang berdarah. Tanpa menunggu Samudera berlari dengan cepat untuk membantu Rindu ke pinggir lapangan dan memberikan pengobatan pertama, "Sakit? Apa perlu ke rumah sakit?" tanya Samudera khawatir.
Rindu terkekeh, mata birunya menatap aktifitas Samudera yang kini mengobati luka karena serangan dari musuh terlalu kuat. Sejenak Rindu termenung memikirkan spike keras dari wing spiker musuh, "Lumayan juga, jadi mau lag--"
Belum Rindu mengatakan harapannya, Samudera sudah memasukkan lolipop ke dalam mulut Rindu. Ah, benar juga, sekarang adalah waktunya makan permen langganannya. "Makasih Samuu," ucap Rindu memeluk Samudera, tetapi tidak bisa karena dengan sigap Samudera menahan kepala Rindu.
"Iih! Samuu! Apaan sih?" rengek Rindu masih berusaha untuk memeluk sang Kekasih.
Mustahil bagi Rindu melangsungkan keinginan untuk memeluk Samudera di saat pria itu justru bersikeras untuk mengobati luka gadisnya terlebih dahulu. "Bisa gak, jangan meluk dulu sebelum luka ini berhasil gue perban? Lagian kenapa bisa terluka?! Baru kali ini gue denger pemain volly tangannya luka lumayan parah hanya karena bola volly!" omel Samudera membuat Rindu kincep tak bersuara.
Tidak ingin Rindu lebih di omeli dari ini Galang memberanikan diri untuk bertanya, "Tim, jangan di omelin dong Rindu-nya ... terus Rin, lu bisa lanjutin pertandingan?"
Pertanyaan yang Galang berikan malah di jawab oleh Samudera dengan nada tak suka, "Elu pikir, Rindu mampu lanjutin? Selesein aja sendiri!"
Hampir saja Samudera menggendong tubuh Rindu, jika gadis itu tidak merengek mana mungkin Samudera berhenti!
"Samuuu, dikit lagi selesai ih ... izinin aku main dong.."
Luluh lah sudah hati Samudera, terpaksa pria itu mengizinkan kekasihnya untuk melanjutkan pertandingan dengan syarat, kalau tangannya kembali berdarah Samudera akan melarang Rindu menyentuh Volly. "Janji yah, jangan berlebihan mainnya." ujar Samudera mengangkat kelingkingnya.
Dengan cepat Rindu menyatukan kelingking mereka sambil tersenyum konyol, selesai mengobati Samudera kembali ke bangku penonton, mata hazelnya terus memperhatikan setiap gerak Rindu yang sedang membicarakan sesuatu bersama rekan timnya.
Eduard yang paham situasi segera menepuk-nepuk punggung Samudera yang baru duduk di sampingnya. "Sabar lagi, bro ... Rindu kan emang gini, dia gak bakal berhenti sebelum puas dengan permainannya. Kau duduk dan tonton saja dia,"
BUGH!
Samudera langsung menoleh saat suara yang sama seperti beberapa waktu lalu kembali terdengar, "APA INI?! ITU CURANG!".
Doeng!
****
Makasih udah mampir, luv yuu!
lanjut gak? kuy, gas. Ngeeeng!