webnovel

CRAZY RICH MAN

<p class="ql-align-justify"><strong>Julian pov</strong></p><p class="ql-align-justify">"Jaga Yu. Aku akan menemui Jane dulu." Kata Zicola sebelum dia pergi dengan cepat,&nbsp;dia memberikan peluang bagiku untuk berbicara dengan Yu.</p><p class="ql-align-justify">Aku harus memperbaiki komunikasi kami terlebih dahulu selagi Zicola pergi. </p><p class="ql-align-justify">"Aku minta dengan kejadian tadi pagi" ucapku penuh penyesalan dan rasa malu. Sejujurnya aku tidak terlalu menyesal, tapi rasa maluku yang telah menggunung.</p><p class="ql-align-justify">Aku benar-benar malu, Yu menolakku dan aku tidak tahu jika dia adik dari kakak angkatku.</p><p class="ql-align-justify">"Apa?."</p><p class="ql-align-justify">Dia ingin aku mengakui kesalahanku dengan jelas. Tapi tidak ada salahnya aku melakukannya,&nbsp;aku telah melukai harga diri seorang wanita.</p><p class="ql-align-justify"><em>Itu salah</em></p><p class="ql-align-justify">Dengan satu tarikan nafas aku berkata. "Aku minta maaf telah menawarkan uang padamu, aku salah. Dan aku harap kau tidak mengatakannya pada Zicola dan memaafkan kesalahanku."</p><p class="ql-align-justify">Kali ini tatapan tajam dari mata indah itu melunak, bibir mungilnya di tekan keras. "Kau selalu melakukannya pada setiap wanita?"</p><p class="ql-align-justify">Apa? Tidak! Ini untuk yang pertama kalinya karena dia menolakku.</p><p class="ql-align-justify">Dan aku tidak tahu caranya mengejar wanita selain dengan wajah dan uangku.</p><p class="ql-align-justify">"Tidak pernah" aku mengakuinya.</p><p class="ql-align-justify">"Aku tidak akan mengatakannya pada kakakku. Mau tidak mau, sekarang kau kakakku juga."</p><p class="ql-align-justify"><em>Kakak?, aku kecewa dengan ucapannya.</em></p><p class="ql-align-justify">Memang seharusnya aku mundur, jika aku menyentuh Yura, Zicola tidak bisa akan mengampuniku.</p><p class="ql-align-justify">"Apakah kau mau bermain piano?" Zicola kembali datang, tanpa Jane.</p><p class="ql-align-justify">Aku mengintip Yu di balik bulu mataku, pandangan kami kembali terkunci. Dia menatapku cukup lama, lalu berpaling lagi dengan tatapan dingin, tatapan itu sama seperti milik tatapan kakaknya. Zicola.</p><p class="ql-align-justify">"Tidak perlu. Kapan pestanya selesai?" Tanya Yu pada kakaknya. "Mengapa kita harus terjebak dalam acara yang membosankan dan kaku seperti ini." Dia memangku dagu dengan tatapan polosnya.</p><p class="ql-align-justify">Aku dan Zicola menukar pandangan, kami menganga kaget.</p><p class="ql-align-justify">"Kita bisa berdansa jika kau tidak mau bermain piano" Zicola tersenyum lebar.</p><p class="ql-align-justify">"Aku tahu kau akan merayuku disana, aku tahu itu" ucap Yu penuh curiga.</p><p class="ql-align-justify">Zicola tertawa seketika, aku hampir tidak percaya jika pada akhirnya aku akan melihat Zicola tertawa lepas setelah enam belas tahun lamanya kami bersama.</p><p class="ql-align-justify">"Kau keras kepala" ejek Zicola.</p><p class="ql-align-justify">"Karena aku pekerja keras, maka kepalaku juga harus keras" jawab Yu dengan enteng. </p><p class="ql-align-justify">"Apa pekerjaanmu?" Tanyaku setelah membungkam sebentar.</p><p class="ql-align-justify">Yu mengambil segelas wine lagi, dan meminumnya. "Mengumpulkan koin"</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Gadis yang rendah hati. </em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Yu gadis yang membingungkan, biasanya aku langsung tahu kepribadian seseorang dari pandangannya, tapi dia selalu menatap dingin tanpa ekspresi. </p><p class="ql-align-justify">Sama seperti Zicola, saat dirinya merasa kesepian dan tidak di inginkan.</p><p class="ql-align-justify">Ada kebaikan yang tersimpan dalam hatinya, aku merasakannya saat dia menolongku. Namun, ada banyak dendam&nbsp;dan benci dalam sorot matanya. Dia terlihat sedang membentengi diri dari siapapun.</p><p class="ql-align-justify">"Jangan minum lagi, nanti kau mabuk" Zicola mengambil gelas di tangan Yu. </p><p class="ql-align-justify">Aku tersenyum geli, pria yang biasanya dingin dan kasar bisa selembut dan seperhatian itu pada wanita. </p><p class="ql-align-justify">Zicola memiliki rasa benci yang tidak bisa diartikan kepada wanita, semenjak dia di pisahkan dengan adiknya dan semenjak ibunya memilih bunuh diri meninggalkannya sendirian.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Zicola trauma karena ibunya memiliki dua suami. </em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Aku masih duduk dengan tenang, senang melihat dua orang di depanku berinteraksi. </p><p class="ql-align-justify">Yu menopang dagunya dengan malas, pipinya kemerahan menandakan dia mulai mabuk.</p><p class="ql-align-justify">"Kau tidak boleh meniduri wanita di rumah ini" gumam Yu tiba-tiba.</p><p class="ql-align-justify">Aku dan Zicola saling bertukar pandangan. </p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Yang benar saja!, ada pesta, ada seks.</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">"Ini bukan Asia. Kau harus terbiasa" aku menyela, membenarkan pandangannya tentang kesenangan. </p><p class="ql-align-justify">Neydish sangat liar meski tingkat pendidikan sangat tinggi, anak-anak yang masih duduk di sekolah menengah sudah mengenal seks, mereka seperti kelinci liar.</p><p class="ql-align-justify">Yu melihat ke arahku, dia menatap tajam dan melucutiku. Aku menegang, dan bergairah dengan tatapannya.</p><p class="ql-align-justify">"Jika itu maumu. Aku tidak akan meniduri pelacur lagi" Zico menyerah begitu saja seperti pengecut. atau mungkin dia sudah mulai menetapkan hatinya pada Jane.</p><p class="ql-align-justify">Yu memutar bola matanya dengan jengah, dia melotot pada Zicola. </p><p class="ql-align-justify">"Mereka membuka pahanya pada setiap pria. Dan kau menusukan kejantananmu pada setiap wanita. Kalian sama-sama menikmatinya, jika kau memanggil mereka pelacur, itu artinya kau juga juga gigolo!." </p><p class="ql-align-justify"><strong>S.I.A.L!! </strong></p><p class="ql-align-justify">Dia menampar dan menusuk hatiku. Kata-katanya sangat tepat, membuat aku dan Zicola terpaku kehilangan kata-kata. </p><p class="ql-align-justify">Selain menggairahkan, mulutnya sangat tajam dan cerdas.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Yu yang cantik..</em></p><p class="ql-align-justify">Kenapa aku dan Zicola menjadi seperti orang bodoh saat di depannya?.</p><p class="ql-align-justify">Zicola berdehem dan bergerak malu, aku pun begitu. Sekilas dia melihat ke arahku "Aku dengar kau menjual salah satu kapalmu minggu ini" ucap Zicola.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Dia mengalihkan pembicaraan dari si kecil Yu.</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Aku mengedikan bahuku dengan malas, aku malas membahasnya.</p><p class="ql-align-justify">"Kenapa kau menjualnya?."</p><p class="ql-align-justify">"Anak-anak penderita leukimia lebih membutuhkannya untuk pengobatan, kapal itu sudah lama tidak terpakai juga."</p><p class="ql-align-justify">Aku selalu mengingat wajah ibuku ketika melihat anak-anak penderita leukimia, aku tahu sakitnya seperti apa.</p><p class="ql-align-justify">Aku ingin mereka sembuh meski sedikit kemungkinan akan terjadi, tapi aku tidak ingin ada Julian lainnya yang kehilangan keluarganya karena Leukimia.</p><p class="ql-align-justify">Seorang pria datang menemui Zicola, mereka berbicara beberapa patah kata dengan serius. Zicola melirik ke arahku dengan ragu, dia mendekat.</p><p class="ql-align-justify">"Aku ada urusan penting, awasi dia jangan sampai mabuk. Jaga tangan dan kemaluanmu, jangan macam-macam. Jika dia mabuk bawa ke kastil lantai tiga." Bisiknya mengancam.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Jaga tangan?. Aku tidak berjanji</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Perhatianku kembali kepada Yu yang kembali meninum segelas wine.</p><p class="ql-align-justify">"Kau ingin berdansa?" Ajakku memecahkan rasa canggung dan gugup yang tidak dapat di artikan.</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Sebelum Yu menolak aku langsung menarik tangannya dan membawanya menuju lantai dansa.</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p class="ql-align-justify"><strong>Author Pov</strong></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">"Aku tidak bisa berdansa" protes Yura saat pinggangnya di tarik dan menempel di tubuh Julian.</p><p class="ql-align-justify">"Ikuti saja gerakanku" serigai Julian saat meraih tangan Yura yang sangat kecil saat dia genggam.</p><p class="ql-align-justify">Mau tidak mau Yura bergerak, Julian menuntunnya dengan telaten.</p><p class="ql-align-justify">Wajah Yura memerah di bawah pengaruh alkohol, tatapannya lekat melihat setiap ekspresi yang Julian berikan padanya.</p><p class="ql-align-justify">Yura terpukau dengan warna matanya antara biru dan hijau, bercahaya mencermikan kecerdasan, ambisi, pesona dan kebaikan di antara kenakalan. </p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Sama seperti mata Raymen…</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">"Kenapa kau menatapku seperti itu?, aku tahu aku tampan," ejek Julian dengan keras hingga membuyarkan lamunan Yura.</p><p class="ql-align-justify">"Kau percaya diri sekali"</p><p class="ql-align-justify">Julian melepaskan pelukannya dan mendorong Yura untuk berputar dengan tangan di atas kepala gadis itu, lalu Julian menariknnya lagi lebih keras hingga dada Yura membentur dada Julian.</p><p class="ql-align-justify">"Kenapa kau sangat menarik?" Tanya Julian.</p><p class="ql-align-justify">"Apa maksudmu?"</p><p class="ql-align-justify">Julian mecondongkan kepalanya saat musik berubah menjadi lambat dan lembut, kedua tangannya melingkar di tubuh Yura.</p><p class="ql-align-justify">"Apa masih belum jelas Juga?. Kau menarik dan membuatku penasaran, karena itu aku mengejarmu" bisik Julian di telinga Yura.</p><p class="ql-align-justify">Yura hanya berdecih seolah apa yang di dengarnya sebuah bualan belakan.</p><p class="ql-align-justify">"Aku serius" Julian memutar bola matanya seketika, dia tidak menyangka jika Yura benar-benar tidak beda jauh dengan Zicola. Dingin.</p><p class="ql-align-justify">Perhatian Julian langsung mengarah pada Nately yang baru datang, dengan tangkas Julian menarik Yura menuju kerumunan orang lebih ramai.</p><p class="ql-align-justify">Yura menarik diri dari pelukan Julian. "Aku pusing."</p><p class="ql-align-justify">"Bagus" Julian kembali menarik pinggang Yura dan membawa gadis itu pergi ke lantai atas.</p><p class="ql-align-justify">Langkah Yura tertatih-tatih mencoba melihat dengan benar, penglihatannya berputar, lambungnya bergejolak panas di penuhi alkohol.</p><p class="ql-align-justify">"Kakikku menghilang" pekik Yura tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya.</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><strong>Julian Pov</strong></p><p class="ql-align-justify"><strong>&nbsp;</strong></p><p class="ql-align-justify">"Kakiku menghilang."</p><p class="ql-align-justify">Aku memutar tubuhku dan mendapatkan Yura menarik roknya sepaha, matanya membulat sempurna melihat ke lantai.</p><p class="ql-align-justify">"Ada apa?"</p><p class="ql-align-justify">Yura melangkah oleng dan jatuh di pelukanku, "Aku lupa caranya berjalan"</p><p class="ql-align-justify">Aku tertawa geli, karena dia mabuk dengan cara yang manis.</p><p class="ql-align-justify">"Kau tidak perlu berjalan" aku mengangkat tubuhnya dengan mudah. Dia ringan dan kecil.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Apakah dia tidak cukup makan?</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Lupakan Juls. Yang terpenting sekarang adalah jauh dari Nately, aku muak bila terlalu lama dekat dengannya.</p><p class="ql-align-justify">"Aku terbang.." gumam Yu dengan takjub, kedua kakinya bergerak-gerak.</p><p class="ql-align-justify">Kedua tangannya meraih leherku, dia menatapku yang sedang berjalan. Aku berhenti dan membalas tatapan itu, matanya kecokelatan berbinar indah.</p><p class="ql-align-justify">"Kenapa?" Tanyaku gugup. Dia berhasil membuatku gugup lagi.</p><p class="ql-align-justify">"Ray..."</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Ray? Siapa Ray?. Kekasihnya? Mantan, atau pujaannya?</em> </p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Aku tidak peduli, aku tertarik padanya secara visual. Tubuh yang cantik dan penolakannya. Aku tidak peduli dengan kehidupan pribadinya atau masalalunya.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Aku tertarik tanpa hati.</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Bermain dengan hati bukan gayaku.</p><p class="ql-align-justify">Hatiku hanya di kuasai uang dan kesenangan, aku bahagia bermain hati hanya dengan uang. </p><p class="ql-align-justify">Mungkin sebaiknya sekarang aku membawa Yura ke lantai tiga. Dia harus di kamarnya agar tetap aman, dan Zicola tidak akan menampakan taringnya karena mengomeliku. </p><p class="ql-align-justify">Aku sangat bersemangat membawanya pergi dari keramaian. Aku terlalu penasaran dengan semua hal tentang dia, dan semua itu hanya ada aku yang melihatnya.</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p class="ql-align-justify">Saat kami memasuki kamar, Yura langsung turun dari dekapanku dan berjalan tertatih-tatih menaiki ranjang.</p><p class="ql-align-justify">"Apa kau masih mabuk?" Aku perlu memastikan.</p><p class="ql-align-justify">Yura membungkuk melepaskan sepatunya dan melemparkannya ke karpet berbulu, dia melompat-lompat di atas ranjang, terhibur oleh dirinya sendiri.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Aku terpukau...</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Dia tertawa lepas, rambutnya berkilauaan bergerak seirama dengan gaunnya, kaki jenjangnya sesekali terlihat saat tubuhnya berada di udara.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Sial! Dia cantik dan indah</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Yura melompat dan memelukku tiba-tiba, dia tersenyum. Kejantananku langsung menegang mendesak.</p><p class="ql-align-justify">"Aku senang kamu disini Ray"</p><p class="ql-align-justify">Ray? Sudah dua kali dia memanggilku dengan nama itu.</p><p class="ql-align-justify">"Jangan tinggalkan aku" kaki kecilnya berjinjit meraih leherku, bibir merah Yura mendarat di bibirku.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Persetan!</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Aku menarik pinggangnya dan membalas ciumannya yang tidak berpengalaman, merasakan kelembutan bibirnya yang senikmat pertama kali aku merasakannya.</p><p class="ql-align-justify">Lidahku bergerak mengabsen semua penjuru mulutnya yang berasa anggur dan sampanye, ini memabukan. Aku ingin lebih!.</p><p class="ql-align-justify">Nafas kami terengah-engah begitu ciuman terlepas, Yura mendorongku dan kembali naik ke ranjang mempermainkan gairahku.</p><p class="ql-align-justify">"Kau sangat menyenangkan saat mabuk" aku suka memujinya.</p><p class="ql-align-justify">"Dan kau sangat menyebalkan saat sadar" teriaknya dengan nafas tersenggal-senggal di antara senyumnya yang masih tersisa.</p><p class="ql-align-justify">Apa aku menyebalkan?, aku tidak terima itu, meski dia sedang mabuk. Tapi, untuk siapa kata-kata itu tertuju?. Untukku atau Ray?.</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p class="ql-align-justify"><strong>Author Pov</strong></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Julian bersedekap dengan angkuh, "Aku pria yang murah hati nona, kau belum mengenalku dengan baik" ucapnya penuh penekanan.</p><p class="ql-align-justify">"Kau brengsek"</p><p class="ql-align-justify">"Pria yang kau panggil brengsek ini menyelamatkan enam ratus ribu manusia dari pengangguran" ucap Julian dengan bangga.</p><p class="ql-align-justify">Perlahan nafas Yura kembali santai, tubuhnya jatuh terlentang di ranjang, "Di dunia ini hanya pria brengsek yang menawarkan uang untuk sebuah hubungan."</p><p class="ql-align-justify">Wajah Julian langsung memerah malu, diam-diam tangannya mengepal dan gairahnya memadam. </p><p class="ql-align-justify">Julian mendekat dan duduk di tepi ranjang, "Dan kau gadis kecil yang angkuh."</p><p class="ql-align-justify">Yura menguap dan tersenyum dengan mata terpejam, "Karena aku tidak suka padamu"</p><p class="ql-align-justify">Alis julian terangkat perlahan, perkataan Yura seperti sebuah tantangan tentang harga diri. "Kita lihat saja nanti, siapa yang akan lebih dulu bertekuk lutut"</p><p class="ql-align-justify">"Kau seperti dia. Benar-benar sama" racau Yura melemah.</p><p class="ql-align-justify">Kening Julian mengerut tidak mengerti, dengan sebuah keheningan yang tersisa dia termenung mencerna kata-kata terakhir Yura yang sama sekali tidak Julian mengerti.</p><p class="ql-align-justify">Yura tertidur pulas meninggalkan rasa penasaran di benak Julian.</p><p class="ql-align-justify"><strong>BRAK!</strong></p><p class="ql-align-justify">Pintu tiba-tiba terbuka dengan kasar. Zicola bernafas memburu berdiri di ambang pintu, dengan tergesa-gesa Zicola melangkah lebar melihat Yura yang tertidur pulas.</p><p class="ql-align-justify">"Kau tidak menyentuhnya kan?" Tanya Zicola tanpa basa-basi lagi.</p><p class="ql-align-justify">Julian mencebikan bibirnya seketika, kedua tangannya di lipat di dada dan duduk bersila layaknya anak kecil yang sedang marah.</p><p class="ql-align-justify">"Aku tidak se kotor itu!, aku menjaganya. Harusnya kau berterimakasih" rajuk Julian terdengar manja.</p><p class="ql-align-justify">Zicola menghembuskan nafasnya lega, "Iya iya terimakasih. Sekarang kau keluar, jangan ganggu adikku tidur."</p><p class="ql-align-justify">"Kau mengusirku?, aku juga adikmu!"</p><p class="ql-align-justify">"Aku tidak mengusirmu, tapi kau harus keluar dari kamar Yu”</p><p class="ql-align-justify">"Aku mau tinggal disini" ucap Julian tiba-tiba, sontak Zicola melotot kaget bahkan wajahnya pucat pasi. </p><p class="ql-align-justify">"Tidak, tinggal di istanamu!" Tolak Zicola dengan tegas tanpa keraguan.</p><p class="ql-align-justify">"Aku juga adikmu, mengapa kau pilih kasih?, aku bosan hidup sendirian."</p><p class="ql-align-justify">"Aku bilang tidak, ya tidak. Ayo keluar" Zicola menyeret tangan Julian dengan paksa. </p><p class="ql-align-justify">"Pokoknya aku mau tinggal disini!, jika kau menolak aku tidak akan meluncurkan aplikasi kesehatanmu" ancam Julian meronta-ronta, tangannya berpegangan pada sisi sofa saat Zicola berusaha menyeretnya pergi keluar.</p><p class="ql-align-justify">Zicola langsung melepaskan cengkramannya, dia mengacak-ngacak rambutnya frustasi sekaligus tidak dapat menutupi kemarahannya dengan ancaman Julian.</p><p class="ql-align-justify">Julian pria gila dan manja, tapi dia sangat mematikan saat serius.</p><p class="ql-align-justify">"Oke, kau boleh tinggal disini" Zicola mengalah dengan mudah.</p><p class="ql-align-justify">Julian langsung bangkit, merapikan jassnya lagi dan tersenyum angkuh, "Baiklah, sekarang aku akan keluar. Senang bekerja sama denganmu" serigainya menepuk&nbsp;bahu Zicola sebelum pergi.</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p class="ql-align-justify">ketika Julian kembali ke bawah Ariana dan Nately tengah berdebat dengan serius. Perdebatan kedua wanita tersebut langsung terhenti, perhatiannya langsung tertuju pada Julian yang berdiri di tangga.</p><p class="ql-align-justify">Ariana dan Nately teruburu-buru berlari ke arah Julian.</p><p class="ql-align-justify">"Kamu dari mana saja?" Tanya Ariana langsung bergelayut manja di lengan kokohnya.</p><p class="ql-align-justify">Nately menatap jijik, "Jauhkan tubuhmu darinya jalang" bentaknya seraya menarik Ariana agar terlepas dari Julian.</p><p class="ql-align-justify">"Kau yang pergi!, Julian tidak tertarik padamu" hardik Ariana tidak mau kalah.</p><p class="ql-align-justify">"Jaga bicaramu sialan, Julian calon suamiku."</p><p class="ql-align-justify">Perdebatan di antara Nately dan Julian semakin memanas, membuat kekesalan tersendiri di hati Julian.</p><p class="ql-align-justify">"Diamlah!, dan enyah!" Desis Julian memperingatkan.</p><p class="ql-align-justify">"Juls, temani aku malam ini" rajuk Nately.</p><p class="ql-align-justify">Julian hanya memutar bola matanya dengan jengah, "Aku harus pulang."</p><p class="ql-align-justify">"Juls" rengek Nately memohon.</p><p class="ql-align-justify">"Diamlah Nat, nikmati saja pestamu. Aku sibuk"</p><p class="ql-align-justify">"Aku bisa menemanimu" kukuh Nately.</p><p class="ql-align-justify">"Aku akan bercinta dengan wanita lain, kau ingin menontonnya?"</p><p class="ql-align-justify">Nately langsung terdiam dengan raut wajah sedih, perkataan Julian sudah menggores hatinya. </p><p class="ql-align-justify">Menyadari perkataannya cukup kasar Julian memeluk Nately dan mengecup keningnya sekilas, "Aku tidak bermaksud melukaimu Nat. Beri aku ruang, dan lupakan aku"</p><p class="ql-align-justify">"Tapi Juls" suara Nately menghilang karena Julian sudah pergi begitu saja meninggalkannya.</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p class="ql-align-center"><strong>&nbsp;</strong></p><p class="ql-align-center"><strong>&nbsp;</strong></p><p class="ql-align-center"><strong>&nbsp;</strong></p><p class="ql-align-center"><strong>&nbsp;</strong></p><p class="ql-align-center"><strong>&nbsp;</strong></p><p class="ql-align-center"><strong>&nbsp;</strong></p><p><br></p>