webnovel

Part 4. "Dia Pukul Kamu, Ri. Dia Pukul Kamu!"

"Abangggggg," Emilia langsung masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu kamar Emilio terlebih dahulu, Emilio hanya memutar bola matanya malas sambil memainkan rubiknya.

"Bang," panggil Emilia lagi. Ada maunya pasti.

"Bang."

Emilio masih tak menjawab.

"ABANG!"

Emilia yang kesal langsung menjambak rambut Emilio dengan kencang sampai sang empunya berteriak kesakitan. "APE SI LU AH!"

"YA GOBLOK, DARI TADI GUE PANGGIL LO DIEM AJA YE!"

"PERGI LU NENEK LAMPIR!"

"SEMBARANGAN LU KAKEK LAMPIR!"

"CABUT EMILIAAAAAAAAAAA!" teriak Emilio sekeras-kerasnya, bumi gonjang ganjing.

"APE SIH LU BERDUA, BACOT BENER MALEM-MALEM." nah loh, biangnya nenek lampir dateng.

"Apa si Mak elah, kepo ae lu!" tak lama sebuah toyoran mendarat di kepalanya. "Ape sih bang!"

"Gak usah songong lu sama Emak gue."

"Emak gue juga gob—"

"Bacot, bye." Rachel dengan keras membanting pintu kamar Emilio sampai kedua anaknya melongo tak percaya. "Mak lu gitu amat bang!"

"Bodo anjing!"

***

Ting.

Ponsel Emilia berdenting tanda notif chat masuk. Tanpa gadis itu lihat pun ia sudah tau jika itu adalah Dario.

Dario Kampret : Liaaaaaaaaa

Dario Kampret : besok temenin gue beli boneka tayo kuy!

Dario Kampret : yakali gak kuy?!

Dario Kampret : mau ya sayang <3

Dario Kampret : mau yaaaaaa, ya? ya? ya?

Emilia hanya melihatnya tanpa berniat membalasnya, gadis itu memutar bola matanya malas, hell, tayo?!

Ting.

Satu pesan lagi masuk.

Dario Kampret : ih ko cuma di read doang sih? Lia marah ama Rio?

Dario Kampret : aku telpon ya cantik:")

Going back to the corner where I, first saw you.

Gonna camp in my sleeping bag,

I'm not gonna move.

Dario Kampret is calling ...

Lagu The Man Who Can't Be Moved terdengar pertanda ada panggilan masuk dari Dario, Emilia mendengkus dan menjawab panggilan itu.

"Ape jing!"

"Ish," suara di sebrang sana terdengar, "Kamu marah ya sama aku? Aku salah apa?"

Memang, jika Dario mempunyai salah kepada Emilia atau jika Emilia marah kepadanya Dario akan berperilaku sok imut dengan berbicara aku-kamu kepada Emilia.

"Kagak, apaan si lo, alay tau gak!"

"Kamu PMS ay?"

"Ay ay, ayam maksud lo?" sahut Emilia sinis.

"Ya kamu kenapa?" suaranya sangat lembut sekarang, hanya saja ada nada sedikit merengek di dalamnya—ciri khas Dario.

"Lo yang kenapa gila!" sahut Emilia membuat Dario di sebrang sana memanyunkan bibirnya. "Tau-tau chat gue minta anterin beliin boneka tayo, napa si lo? Obat abis? Perasaan kemarin baru beli dua dus!" lanjut Emilia, sarkas.

"Ih jahat banget si lo!"

"Bodo amat anjing!"

"Lagian gue cuma mau minta anter beliin boneka tayo doang apa masalahnya sih, gue ini pacar lo atau bukan, hah? Jahat banget lo sama pacar sendiri. Udah lah terserah, emang ya gue tu selalu salah dimata lo Li, capek gue tau gak. Terserah lo mau apa!"

Tut.

Panggilan terputus.

Emilia mengaga melihat layar ponselnya, tak lama ponsel itu berdering kembali dan menampilkan nama Dario lagi.

"Lah napa si ni orang?"

Tapi gadis itu tetap mengangkat teleponnya. "Ha—"

"Gak usah lo telepon gue lagi!"

Tut.

"DARIO BANGSATTTTTTT!"

***

Keesokan harinya, saat di sekolah Emilia hanya menghabiskan waktu sekolahnya dengan tidur di UKS. Gadis itu beralasan sakit pada guru piket dan meminta surat dispen sampai jam pelajaran berakhir karena semalaman ia bermain game sampai larut malam dan baru tidur jam 3 pagi.

Bahkan Emilia datang ke sekolah pada saat jam 9 pagi. Pada saat ingin di hukum Emilia pura-pura pingsan.

Dan sekarang, bel pulang sekolah berbunyi. Emilia dengan malas bangun dari tempat tidur UKS dan mulai beranjak dari sana.

Saat di lorong, ada seorang gadis yang tak sengaja menyenggolnya. Saat ia juga sedang berjalan. "Maaf ya, kak." ujar gadis itu saat melihat dasi Emilia yang bergaris dua, tandanya ia kelas XI. Emilia melirik gadis itu sambil membetulkan letak tasnya, garis di dasinya satu yang artinya ia kelas X.

"Iye kagak ngapa, nyantai."

Gadis itu tersenyum kembali saat Emilia tersenyum padanya. Dan mereka berlalu, saat ingin sampai di lobi sekolah, Emilia di kejutkan lagi karena ada yang menabraknya kembali, hanya saja ini lebih keras dari yang tadi.

"WOI, SANTAI DONG LO!" seloroh Emilia sambil mengibaskan kedua tangannya yang menyentuh lantai kotor. Emilia melirik siswi tersebut dan garis pada dasinya ada tiga.

"Kenapa? Masalah?" tanya siswi itu, nyolot. "Masalah anjing!"

"Heh," siswi itu melirik name tag yang di pakai Emilia. "Oh elo si Emilia Emilia itu?! Yang dari kelas sepuluh aja udah begajulan disini?"

Emilia mengangkat dagunya setinggi mungkin. "Kalo iye nape? Masalah sat?"

"Eh yang sopan lo sama kakak kelas!" siswi tersebut mendorong bahu Emilia dengan gaya songong, tapi memang saja refleks Emilia yang cepat, gadis itu langsung menangkap tangan siswi tersebut dan memelintirnya pelan. Kemudian menjambak rambutnya yang tergulung asal menggunakan jedai.

"Gak usah ya lo cari urusan sama gue, gak guna bangsat. Kalo mau jarus gausah disini, besok malem aja di taman kompleks Lavender, jam 11 malem. Bawa semua antek lo, sekomplek sekalian! Masih gue liatin lo ye jing!"

Emilia mendorong sedikit lagi bahu siswi terdebut dan melangkah melewatinya. "Backingan lo juga jangan lupa, tar mati kutu lagi lo."

Emilia berlalu dengan gaya santainya, meninggalkan siswi tersebut yang sekarang berteriak kencang di hadapan siswa siswi yang berkerumun disana.

"BANGSAT LO JALANG!"

***

"Mil, Mil!" seorang siswa yang duduk di sebelah Emilia menepuk bahunya. Emilia menoleh dan mengangkat alisnya tanda bertanya. "Tuh liat, Dario kan?" tanya siswa tersebut lagi.

Gadis itu melirik malas ke arah Dario yang kini sedang berbicara kepada seorang perempuan di sebrang jalan. Perempuan itu menepuk bahu Dario dan tertawa, Dario juga ikut tertawa.

"Masih gue liatin," ujar Emilia sambil kembali menghisap batang rokoknya.

Di antara dua puluh siswa di warung pinggir jalan sana, hanya Emilia satu-satunya gadis yang ikut duduk bersama mereka. Murid SMA Antariksa.

Mereka menerima Emilia sangat baik di sini, walau Emilia juga baru kelas sebelas tetapi para senior cowoknya di sana juga menerima dengan baik satu-satunya teman cewek mereka yang ikut berbaur di sini. Menurut mereka Emilia juga anaknya asik.

Saat sedang asik memerhatikan Dario yang masih berbicara pada perempuan di sebrang sana, Emilia kaget begitu melihat seorang siswa dari SMA Kencana tiba-tiba menghampiri Dario dan langsung memukul pipinya. Emilia berdiri dan langsung berlari ke arah sana.

Siswa tersebut memegang kerah baju Dario dengan tatapan emosi, Emilia juga bisa melihat jika cowoknya itu di bentak.

Dario menampilkan wajah sangat ketakutan dan mata yang memerah, lantas melihat hal itu membuat Emilia marah dan berjalan dengan tatapan nyalang dan tangan mengepal kuat.

"BANGSAT!"

Bugh.

"LO APAIN COWOK GUE LAGI ANJING?!"

Bugh.

"BANGUN LO SETAN! SINI, PUKUL GUE! PUKUL!"

Bugh.

Firman namanya, cowok itu kembali menggangu Dario dengan datang tiba-tiba dan langsung memukulnya. Saat Emilia datang dan langsung memukul wajahnya juga Firman sangat terkejut karena setahunya tadi tidak ada Emilia di dekat Dario.

Ia kira kemarin saat Emilia mengatakan jika Dario adalah cowoknya itu hanya kebohongan. Namun ternyata tidak.

Ia dalam bahaya.

Bugh.

"BANGUN LO SETANNNNNNNN!!!" Emilia meronta saat beberapa siswa yang tadi ikut duduk di warung sana malah datang berlarian dan menahannya. Sedangkan Firman sendiri sudah pingsan karena tadi Emilia kalap dan memukul Firman dengan membabi buta.

"Lo!" Emilia sedikit meronta dalam kurungannya dan menunjuk seorang siswa yang sedang berdiri ketakutan di sana. "Temennya si anjing itu kan?! MAJU SINI LO! LEPASSSSS!!"

"MATI LO ANJING!"

Emilia meronta, Dario yang melihat Emilia sekalap itu lantas sadar dan menghampiri Emilia yang masih saja berteriak minta di lepaskan. Dario memeluk Emilia dan mengelus punggung gadisnya. Ia berbisik, "Gue nggak apa-apa Lia."

Emilia membalas dengan air mata sudah menetes dari pelupuk matanya dan napas terengah, "Dia pukul kamu Ri, dia pukul kamu!!"

"I'm okay baby, thanks for everything. Love you so much."

"Me too," bisik Emilia.

***