webnovel

BATAL PERGI

Naera mendapati pintu rumah Adam terbuka lebar. Dia segera turun dari mobil dan meninggalkan William seorang diri. Sebelumnya Naera telah menceritakan tentang Niola yang mengiriminya sebuah pesan mengenai kepergian mereka.

Gadis dengan dress biru itu setengah berlari dan langkahnya terhenti di pusat pintu. Tampaklah Adam dan istri sambungnya sedang melipati pakaian di ruang tengah, lalu memasukkannya ke dalam koper.

Niola tidak berbohong. Mereka akan benar-benar pergi!

"Ayah!"

Tanpa ragu Naera pun nyelonong ke rumahnya dan bersimpuh di hadapan Adam. Banyak barang yang sudah dikemas di dalam sana. Membuat hati Naera kian gelisah tak menentu.

Adam menyentak kepalanya sendiri, kemudian melongo ke arah Niola. Sungguh dia tidak tahu, jika Naera akan berkunjung malam ini. Sebelumnya Adam tidak ada memberitahu tentang kepergiannya.

"Kenapa kau bisa ada di sini?"

Ucapan Adam bersamaan dengan kehadiran William di ruang tengah tersebut.

"Ayah. Kudengar kau akan pergi meninggalkan Kota Jakarta," ucap Naera dengan nada khawatir.

Adam kembali menyorot mata Niola yang diyakininya sebagai dalang. Mustahil Naera bisa ke sini tanpa ada yang memberitahu.

Paham akan kode sang suami, Niola pun berkata, "Suamiku. Sesungguhnya akulah yang telah memberitahu pada Naera. Bukannya aku bermaksud membuatmu emosi, tapi biarlah anak ini melihat ayahnya untuk yang terakhir kali, jika ia masih tidak bisa membuktikan ucapannya kemarin."

Adam tertegun selama beberapa detik, lalu tiba-tiba ke luar ruangan. Pergerakannya diikuti oleh tiga manusia yang lain. Sekarang mereka telah berpindah tempat.

"Sekarang kau sudah melihatku, kan? Tunggu apa lagi? Pergi dari sini, Naera!" Adam menunjuk jalanan gelap di depannya.

Orang yang diusir merasa semakin terpojokkan. Padahal dia berniat untuk menahan kepergian Adam.

"Kenapa Ayah pergi? Bukankah aku adalah putri kesayangan Ayah?" tanya Naera dengan mata berair.

Sementara William senantiasa membisu dan menyaksikan perdebatan antara ayah dan anak itu.

"Itu dulu! Sekarang kau hanyalah Naera Rose yang tiada berarti bagiku," balas Adam tak ingin melihat wajah putrinya.

Ya, Tuhan! Bagaimana caranya agar Adam luluh dan tidak meninggalkan kediamannya? Hanya itu yang ada di kepala Naera sekarang.

Satu hal yang sebenarnya ditutupi oleh Niola. Sejujurnya dia berat untuk meninggalkan rumahnya dan segala kemewahan yang pernah disuguhkan oleh Naera. Ia tahu, jika keadaan dan perekonomian mereka akan semakin memburuk setelah pindah kota. Di mana Adam harus mencari pekerjaan baru dan memulai semuanya dari nol. Oleh karena itu, Niola mengirimkan pesan pada Naera agar gadis itu menyambangi kediamannya dan menuruti permintaan Adam kemarin. Ayahnya itu tak akan pergi apabila mendapatkan bukti mengenai pernikahan putrinya dengan William Morgan.

Bahkan, sampai detik ini pun Niola sedang memikirkan bagaimana caranya agar Adam membatalkan rencana untuk pindah.

"Naera, putriku! Ayo, berikan Ayahmu bukti jika kau bukanlah wanita malam lagi. Ayahmu akan bangga padamu, Nak," kata Niola halus. Kebiasaan yang kerap ia lakoni setiap berhadapan dengan Adam.

Naera tahu betul bahwa bahasa-bahasa yang digunakan ibu tirinya hanya sebatas cari perhatian.

"Apakah Ayah ingin melihat aku menikah dengan William?" Naera membelokkan kepala ke arah Adam.

Pria bernama Adam itu malah tak menjawab perkataan Naera. Gengsinya terlalu tinggi, sampai tak mau mengakui bahwa memang itulah yang dia inginkan. Adam berharap bahwa Niolalah yang akan menjadi penengah mereka dan menyampaikan isi hati Adam secara tidak langsung.

"Sudahlah, Niola. Mari kita lanjutkan pekerjaan, karena malam ini menuju bus menuju luar kota hanya tersisa dua lagi," kata Adam mengalihkan pembicaraan.

Naera tidak percaya jika semua ini benar-benar terjadi. Siapa yang menyangka jika di usia yang ke-25 tahun dia akan kehilangan seorang ayah. Bukan karena lelaki itu meninggal, melainkan Adam yang sudah enggan menganggapnya sebagai anak kandung.

"Jangan, Ayah! Bisa mati aku apabila kehilanganmu."

Belakangan ini Naera sudah merasakan bagaimana hidup tanpa melihat wajah sang ayah. Jadi, dia tidak mau lagi sesuatu yang lebih buruk terjadi. Setelah berucap demikian, Naera langsung menjambak lengan ayahnya dengan tubuh setengah membungkuk. Ia tak berbeda dengan balita yang tak ingin ditinggal pergi.

"Kumohon, Ayah!" seru Naera.

Kemudian muncul keinginan Adam guna menguak isi hatinya. Dia pun melepaskan pegangan tangan Naera, lalu berkata, "Naera! Jika kau tak ingin kehilangan ayahmu, maka buktikan padaku bahwa kau sudah menikah dengan pria itu dan uang yang kau gunakan untuk pengobatanku kemarin adalah uangnya."

Adam sudah tidak tahan lagi, hingga akhirnya ia sendiri yang membongkar unek-uneknya.

"Ah! Begini, Tuan. Sesungguhnya kami memang belum menikah dan akan menikah dalam waktu dekat ini. Tenanglah, karena Naera Rose, anakmu, tak pernah berbohong."

Saking gemasnya menyaksikan pertikaian antara ayah dan anak tersebut, William pun menguak rahasia mereka tanpa ditutup-tutupi lagi. William tak suka dengan Naera yang terus disudutkan oleh Adam, sementara ia ragu untuk mengakui semuanya.

Seluruh yang berada di sana sontak terdiam. Kalimat William mampu membius dan membuat mereka menjadi patung dalam sekejap. Yang paling shock adalah Naera. Ia tidak bersuara sama sekali demi menanti respon ayahnya.

"Oh, aku memang sudah mencurigai itu, tapi tak apa. Selagi kalian memang akan menikah, maka semua ucapan kalian adalah benar," timpal Niola yang sengaja mengompori Adam supaya mereka satu pemikiran.

Tak lama kemudian terdengarlah hembusan napas dari mulut Adam. Memang itulah yang ia inginkan. "Baiklah! Jika begitu, kutunggu tanggal pernikahan kalian berdua," ucapnya.

Naera bagai terlahir kembali seusai mendengar deretan huruf yang dilontarkan oleh pria setengah abad itu. Dia sempat mengira, kalau Adam akan semakin marah akibat dibohongi. Nyatanya kalimat William mampu mendinginkan lelaki itu, bahkan membatalkan kepergiannya.

"Ayah tidak marah?" Naera memasang wajah polos.

Yang ditanya masih saja malu mengakui kebenaran. Adam cukup diam sebagai jawaban. Lalu, tiba-tiba saja Naera melompat kegirangan dan memeluk tubuh ayahnya. Saat itu pun Adam tidak memberi respon dan tak juga menghindar.

Tanpa sadar William pun ikut melengkungkan bibirnya menyaksikan tingkah konyol Naera. Meski tidak diberitahu, tapi William dapat menebak jika wanita 25 tahun itu akan menyetujui kawin kontrak yang ia tawarkan kemarin. Otomatis Meera dan Ditcho turut bahagia dengan kabar ini.

"Wah wah wah! Sepertinya sebentar lagi antara ayah dan anak ini akan kembali berbaikan. Jika begitu, bantulah kami untuk menata barang-barang rumah ini kembali," kata Niola girang. Akhirnya keinginannya tercapai juga.

Naera dan semangatnya yang membara tergesa-gesa untuk membongkar barang-barang di dalam kardus dan meletakkannya kembali di tempat semula. Untuk sejenak Naera melupakan pernikahan kontrak yang kemarin dibicarakan oleh William. Dia dan lelaki itu seakan pasangan kekasih yang memang bakal menikah tanpa perjanjian di atas kertas.

***

Bersambung