webnovel

PENAGIH HUTANG

Sekelompok preman berjumlah 4 orang datang dengan membawa tongkat besi di tangan mereka. Mereka berjalan dengan sangar dan angkuh.

Ctarrr!!!

Mereka menghancurkan sebuah kaca rumah seseorang dengan beringas. Kaca rumah yang dihancurkan oleh mereka adalah kaca rumah milik gadis muda bernama Misya yang tinggal hanya dengan ayahnya saja.

Misya yang saat itu tengah mengerjakan tugas kuliahnya pun terkejut dan terperanjak dari tempatnya secara spontan. Jantungnya berdegup kencang dan berlomba, sehingga membuat ketakutan dalam dirinya timbul dan merajai pikirannya.

"Mario, keluar!!! Bayar semua hutangmu!" teriak salah seorang preman dari luar rumah.

Misya segera beranjak dari tempatnya, lalu ia keluar dengan kamarnya. Misya keluar dari kamarnya, bersamaan dengan ayahnya yang saat itu tengah mabuk dengan membawa sebotol miras di genggamannya. Saat melihat sosok ayahnya, Misya pun segera menghampirinya.

"Ayah, kau mabuk lagi? Di saat seperti ini, kau masih sempat-sempatnya untuk mabuk? Ayah, masalah apa lagi yang kau perbuat sekarang?!!" Misya menyentak dengan emosi kemarahannya.

Misya tak lagi memperdulikan ayahnya. Baginya, yang terpenting saat ini adalah mengetahui masalah yang sebenarnya. Dengan gentar, Misya pun membukakan pintu rumahnya.

Ketika para preman melihat pintu rumah yang telah dibuka, mereka pun menyerobot masuk dan mendorong tubuh Misya yang saat ini berada tepat di depan pintu.

Ayah Misya langsung bersembunyi, ketika ia mengetahui bahwa para preman itu tengah masuk ke dalam rumahnya. Meskipun dalam keadaan mabuk, ia tetap sadar bahwa para preman yang datang itu, pastilah mencarinya untuk menagih hutang judi miliknya.

"Di mana Mario?!!!" tanya pimpinan mereka dengan nada menyentak tanpa sedikit pun kesopanan.

Misya tersontak, ketika mendengar sentakan dari pemimimpin mereka. "A-ayahku, di-dia ... ." gagap Misya.

Para preman kesal ketika melihat Misya tidak lancar menjawab pertanyaannya. "Di mana dia? Cepat katakan!!!" bentaknya.

"A-ayahku." Cara bicara Misya tetap terbata-bata, karena tak bisa menyingkirkan perasaan takut dalam dirinya.

Salah satu preman yang merasa kesal melihat cara Misya berbicara pun langsung menghampiri Misya. Ia menjambak rambut Misya ke arah belakang dengan keras, sehingga membuat Misya mendongakkan kepalanya sembari memegangi rambutnya.

Salah seorang preman itu menatap Misya dengan tatapan tajam dan beringas, seakan-akan ia telah siap untuk membunuh Misya saat itu juga. Ia adalah pemimpin dari para preman beringas itu.

"Di mana dia? Cepat katakan!!!" bentaknya.

Misya semakin merasa syok dan tak dapat lagi mengatakan satu patah kata pun. Sedangkan 3 preman yang lain kala itu tengah mengobrak-abrik rumah Misya dan membanting barang-barang yang ada di rumah Misya dengan kasar.

Mereka mencari-cari ayah Misya di setiap sudut rumahnya. Akan tetapi, mereka tak kunjung menemukannya.

"Mario, di mana kau? Cepat keluar! Jika tidak, kami akan membunuh satu-satunya putrimu sekarang juga!" ancam salah satu dari mereka.

Pemimpim preman yang tengah menjambak rambut Misya pun semakin menguatkan cengkramannya, hingga membuat Misya semakin merintih kesakitan. Ia menyakiti Misya tanpa berbelas kasih sedikit pun.

"Di mana ayahmu? Cepat katakan! Atau tidak, aku bisa membunuhmu sekarang juga. Ah, kau lumayan cantik. Haruskah aku mencicipimu terlebih dahulu, lalu menjualmu?" Ucapan ancamannya terdengar lebih menjijikan, seperti manusia binatang. "Semua, apakah kita harus menjual gadis ini saja? Siapa tahu harganya sangat mahal," himbaunya kepada yang lain dengan tantang.

Perkataan pemimpin preman yang tengah menjambak rambut Misya membuat 3 preman yang lain berhenti mengobrak abrik barang-barang di rumah Misya. Mereka merasa bahwa ide tersebut sangat bisa diterima.

Misya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan mata yang berkaca-kaca. Hingga akhirnya, ia perlahan mulai bisa berbicara dan memohon kepadanya. "Tidak, jangan jual aku. Aku mohon, jangan lakukan itu," pintanya dengan lirih.

Permohonan Misya tidak membuat hati preman itu tergerak sedikit pun. Manusia yang sudah berubah kejam dan keji melebihi binatang, tidak akan lagi memiliki rasa belas kasih dan ampunan kepada siapa pun.

"Oh, aku sungguh tersentuh. Kasihan sekali nasibmu, karena harus menjadi anak dari sampah. Anak harus menanggung kesalahan dari orangtuanya," ucapnya.

"Jangan sentuh anakku!!!" teriak ayah Misya.

Ayah Misya tiba-tiba saja muncul dengan tubuh sempoyongan dan botol miras yang masih berada di genggamannya. Seketika semua preman yang berada di sana akhirnya berkumpul di satu tempat. Mereka berkumpul di samping bos mereka yang saat ini tengah menjambak Misya dengan beringas.

"Ayah?" ucap Misya sembari melirik sosok ayahnya.

"Pengecut berani muncul juga ternyata," sindir salah satu preman.

"Jangan sakiti anakku!" bentak ayah Misya dalam keadaan mabuk dan dalam komdisi tubuh sempoyongan.

Preman yang menjambak rambut Misya pun langsung melepaskan cengkramannya dan mendorong tubuh Misya ke sisi ayahnya dengan kasar. Misya langsung memeluk tubuh ayahnya dengan gemetar ketakutan.

"J-jangan sakiti kami!" gagap Misya.

Salah satu dari preman itu menjauhkan Misya dengan paksa dan mendorong Misya, hingga bahunya terbentur ke tembok dengan keras. Setelah itu, mereka mencengkram kerah baju ayah Misya dengan kuat.

"Dasar berengsek! Main lari saja. Cepat bayar semua hutangmu!!!" sentaknya kepada ayah Misya dengan tatapan setajam pisau yang siap terhunus.

Ayah Misya yang tengah mabuk pun hanya menyeringai dan tertawa. Ia seperti dengan sengaja meremehkan preman itu.

"Apa kau baru saja tertawa? Beraninya kau!!!" sentaknya.

Kemudian, ia melepaskan cengkramannya dengan kasar. Setelah itu, menyuruh para anak buahnya untuk memukuli ayah Misya. Ketiga preman itu memukuli ayah Misya dengan tangan dan kaki mereka tanpa berbelas kasihan sedikit pun. Sedangkan pemimpin dari mereka hanya menyaksikan kejadian itu dengan puas.

Pemimpin preman itu tersenyum dengan puas, lalu mulai bersiap-siap untuk melayangkan tongkat besinya kepada ayah Misya. Misya tak sanggup melihat ayahnya yang kesakitan, karena dipukuli oleh para preman kejam dan keji itu.

Misya hanya bisa menangis tanpa melakukan apa pun, karena ia sendiri tak kuasa untuk mengendalikan tubuhnya yang gemetar ketakutan.

Pada saat pemimpin mereka melayangkan tongkat besi dan bersiap memukul ayah Misya dengan benda itu, dengan spontan Misya beranjak dari tempatnya. Kemudian, ia menghampiri ayahnya dan memeluknya dengan erat.

Melihat kejadian itu, para preman tetap tidak berhenti memukul dan menendangnya. Karena Misya melindungi ayahnya, Misyalah yang mendapat pukulan kejam dari mereka.

Untung saja, pemimpin mereka tidak jadi memukulkan tongkat besi kepada ayah Misya, ketika melihat Misya yang segera datang melindungi ayahnya.

"Berhenti!" perintahnya kepada anak buahnya.

Mereka pun menuruti perintah dari pemimpinnya. Mereka akhirnya berhenti memukuli Misya dan ayahnya seketika.

Kemudian, pimpinan preman itu menurunkan tubuhnya dan berjongkok di depan Misya. Ia menatap Misya dengan tatapan nanarnya, sedangkan Misya yang melihat hal itu pun semakin ketakutan dengan keringat yang mulai mengucur deras di keningnya.

"Kau gadis pemberani rupanya. Apa gadis pemberani sepertimu telah memutuskan mati bersama ayahmu? Atau, kau ingin menjadi orang yang melunasi hutang ayahmu? Sederhana saja, kami bisa menjualmu kepada pria kaya. Setelah itu, semua hutang ayahmu akan lunas." Pemimpin preman itu memberikan tawaran kepada Misya.