webnovel

DUNIA DUSTA

Pemimpin preman itu hanya tertawa ketika mendengar ancaman Misya yang terasa geli baginya. Ia tidak memperdulikan ancaman dari Misya.

"Apakah ini termasuk hiburan? Hahaha, ayo kita keluar!" ajaknya kepada kedua anak buahnya.

Kemudian, ia berjalan keluar dari ruangan bersama dengan kedua anak buahnya. Ia tidak berhenti tertawa sembari berjalan keluar dari ruangan itu. Di depan pintu, terdapat salah satu anak buahnya berjaga.

"Bagaimana bos?" tanya anak buah yang berjaga di pintu.

"Tidak ada masalah. Apa kau sudah menghubungi pria yang akan membelinya?" tanya pemimpin mereka.

"Sudah, kebetulan baru saja ada yang memesan seorang gadis," tuturnya.

"Baguslah kalau begitu." Respon dari pemimpin itu tampak girang.

Misya yang ditinggalkan di ruangan itu pun mencoba kabur. Akan tetapi, ruangan dikunci dengan rapat. Misya menggedor-gedor pintu dan memaksakan diri untuk keluar dari sana.

"Buka!!!" teriak Misya dengan lantang dan isak tangis yang membanjiri pipiya.

Sedangkan semua wanita yang ada di sana pun hanya memperhatikan Misya dengan tatapan datar. Beberapa dari mereka hanya melipatkan tangannya di depan dada mereka dan menghela nafasnya. Ia menganggap tingkah pemberontakan Misya sangatlah konyol.

"Percuma saja. Mereka tidak akan pernah melepaskanmu. Berhenti bersikap konyol dan terima takdirmu!" ucap salah satu dari wanita yang sedang duduk menatap cermin sembari membenarkan riasannya.

Tubuh Misya merosot sembari menyandarkan punggungnya di daun pintu. Lututnya melemah dan sendinya sudah tak lagi bisa menyangga tubuhnya

"Aaaaa!!!!" Misya berteriak dengan kencang dan menangis meraung-raung. "Kalian semua berengsek!!!!" cerca Misya kepada dunia.

Misya menampar-nampar wajahnya dan menjambak-jambak rambutnya seperti orang gila. Misya sudah berantakan tidak karuan. Ia sudah putus asa dan telah memasrahkan dirinya kepada takdir.

Sedangkan wanita yang dimintai untuk memilihkan pakaian untuk Misya pun datang menghampiri Misya. Ia membawa sehelai gaun berwarna merah cerah di genggamannya. Ia menatap Misya tanpa sedikit pun rasa iba. Ia melipatkan kedua lengannya sembari memegang gaun di tangan kanannya.

Wanita itu memalingkan matanya dan menyeringai. Lalu, ia menyuruh dua orang dari para wanita yang ada di sana untuk menggiring Misya ke sebuah ruangan ganti yang ada di sana.

Misya telah kehilangan jati dirinya sendiri. Kesadaran dirinya ia timbun dalam-dalam. Ia telah pasrah akan takdirnya. Semua yang ia lakukan saat ini dan seterusnya adalah pengorbanan dirinya atas hidup ayahnya.

Hanya untuk menyelamatkan hidup ayahnya dan membayar semua hutang ayahnya yang menumpuk, Misya telah merelakan hidupnya dan masa depannya yang selama ini ia perjuangkan mati-matian.

Setelah mereka selesai menggantikan baju untuk Misya, mereka pun keluar dari ruangan ganti. Ketika Misya telah mengganti pakaiannya, wanita yang memerintahkan hal itu pun memandangi Misya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Tidak buruk. Gadis yang cukup cantik. Kita hanya perlu merias wajahnya lagi," ucapnya.

Kemudian mereka pun kembali menggiring Misya dan mendudukkan Misya secara paksa di salah satu meja rias. Misya memandangi pantulan dirinya di cermin dengan tatapan kosong.

Ia melihat wajahnya yang sudah seperti zombie, mayat yang hidup. Wajahnya pucat pasi dan rambutnya berantakan. Sedangkan salah satu dari mereka tengah menyisir rambutnya dan membisikkan sesuatu di telinganya.

"Tidak apa-apa. Awalnya, memang seperti ini. Lama-lama kau juga akan terbiasa. Gadis cantik sepertimu pasti akan menghasilkan banyak uang. Setelah itu, hidupmu akan nyaman dan tentram. Lalu kau akan merasa sayang ketika ingin meninggalkan dunia seperti ini," bisiknya di telinga Misya.

Bisikan dari wanita itu membuat Misya merasa jijik dengan dunia yang dihadapinya. Ia semakin membenci dunia dan orang-orang yang saat ini tengah mengelilinginya. Misya tersadar dan berdiri dengan spontan. Ia berdiri dan menatap wajah wanita yang membisikkan perkataan itu kepadanya dengan tatapan lekat.

"Apa kalian benar-benar nyaman hidup seperti ini? Hidup seperti wanita sampah yang tidak memiliki harga diri. Apa kalian bangga menjadi seorang jalang yang menjual tubuh kalian kepada para lelaki yang tidak dikenal?!!" ucap Misya dengan nada lantang.

Plakk!!!

Salah seorang wanita yang ada di sana pun langsung menghampiri Misya dan menampar wajah Misya dengan keras, hingga Misya memalingkan wajahnya ke samping kanan.

"Jijik? Hah! Lucu sekali. Kau juga nanti tidak akan ada bedanya dengan kami. Kau pikir, dengan mengatakan hal itu bisa melindungi harga dirimu sendiri? Kau telah tiba di dunia ini, dunia kami, dan nanti akan menjadi duniamu. Jadi, jangan merasa sok suci! Aku tidak percaya mereka membawa gadis kurang ajar sepertimu." Ia mendongakkan kepalanya lalu pergi meninggalkan Misya.

Misya semakin tak berdaya, ketika mendengar perkataan dari wanita yang menamparnya. Perkataannya memang tidak salah, ia memang sebentar lagi akan menjadi salah satu dari mereka. Seorang wanita tanpa harga diri yang menjual tubuhnya hanya demi uang.

Tubuh Misya kembali merosot dan terduduk di tempat duduknya. Ia meneteskan airmata keputusasaannya. Kemudian, wanita yang tadi membantu menyisir rambut Misya pun kembali melanjutkan pekerjaanya.

Wanita itu tampak berbeda dari yang lain. Hanya dia yang memperlakukan Misya dengan perlakuan lembut. Sedangkan yang lainnya memandang Misya dengan perasaan benci dan tidak suka.

Setelah ia selesai merapikan rambut Misya, ia pun mulai membersihkan wajah Misya dan memoles wajah Misya dengan berbagai macam makeup berat yang sama sekali tidak pernah Misya gunakan selama ini.

Wanita itu akhirnya selesai mendandani Misya. Lalu, ia pun menurunkan tubuhnya dan menatap Misya dari arah bawah dengan tatapan sendu.

"Aku tahu kau adalah wanita baik-baik. Kau datang ke sini bukan atas kemauanmu sendiri. Kau pasti memiliki beban orang lain yang terpaksa kau tanggung. Cukup ingat saja dalam hatimu, niatmu datang ke sini bukan untuk menjual dirimu. Entah cerita kita sama atau tidak, aku datang ke sini secara terpaksa dan untuk menyelamatkan hidup orang lain. Kau bukan wanita rendahan," ucapnya sebelum pergi meninggalkan Misya.

Ucapan darinya membuat Misya terharu dan menangis sejadi-jadinya. Misya berbalik dan ingin berterimakasih kepadanya. Namun, ia tidak sempat melakukannya.

Para preman yang menunggu di luar pun telah masuk ke dalam ruangan kembali, setelah mereka mengetahui bahwa Misya telah siap. Mereka langsung menyeret Misya keluar dari ruangan itu dan berencana membawa Misya entah ke mana.

Mereka berhenti menyeret Misya, setelah mereka tiba di salah satu ruang VIP. Ruang VIP tempat para VVIP yang datang berkunjung untuk mencari kesenangan mereka.

Misya hanya menundukkan kepalanya dengan lesu dan seolah-olah tak lagi memiliki nyawa. Sedangkan di hadapannya saat ini terdapat sosok pria dengan berstelan jas mahal yang tengah menyesap minumannya. Dia adalah seorang milliarder muda dan kaya.

Pria itu memperhatikan Misya dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Kemudian, ia menyuruh para preman itu memberikan Misya kepadanya. "Berikan dia padaku! Aku ingin melihatnya baik-baik," perintah pria itu.

Salah satu preman itu pun menyeret Misya dengan halus dan menyerahkannya kepada pria dengan stelan jas mahal itu. Pria itu menarik lengan Misya dan memangku tubuh Misya di atas pangkuannya.

Misya tak memiliki respon apa pun. Ia telah memasrahkan hidupnya kepada takdir. Pria itu memperhatikan wajah Misya yang menundukkan kepalanya dan sama sekali tak menatapnya.

Pria itu mencubit dagunya dan menatap wajah Misya dengan penuh nafsu. Sedangkan Misya tetap menundukkan pandangannya, tanpa menatap sosok pria di hadapannya sekali pun.