"Tuan… maaf mengganggu, anda mendapatkan tamu,"
Keduanya menoleh, mendapati Herry yang berdiri canggung.
"Biarkan mereka menunggu," Acuh Hendra membalas informasi dari Herry, lelaki bermata biru lebih memilih fokus pada bayi yang ada dalam dekapannya.
"tapi tuan…" Nada resah Herry mengantar Mahendra untuk menoleh menatap ajudannya. Ketika mata keduanya bertemu mereka seolah bertukar penjelasan tanpa kata.
Meskipun Aruna tidak terlibat dalam komunikasi keduanya. Aruna cukup paham bahwa ada sesuatu yang penting sedang terjadi. Terlebih ketika dia segera melihat suaminya berdiri menyambut harapan Herry masih dengan mendekap putrinya.
Lelaki bermata biru tersebut lekas berjalan, menyusuri jalan setapak menuju rumah induk. Meninggalkan pohon trembesi rindang tempatnya menghabiskan waktu bersantai dengan istri dan putrinya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com