Awalnya Kya begitu percaya diri dengan niatnya untuk membuat pria itu mencintainya, namun melihat Gary yang sampai begitu kasar melampiaskan amarah hingga merusak fasilitas berharga. Kya sadar bahwa ekspetasinya terlalu tinggi.
Pupus sudah harapan Kya di saat mendengar bahwa Gary sudah memiliki seorang kekasih. Keinginan Kya untuk bisa menjadi orang terdekat bagi Gary pun sirna. Meskipun demikian, ia pun berpikir bahwa tidak ada cara lain untuk bisa membuat dirinya bisa diterima di keluarga mereka.
Menghembuskan nafasnya dengan perlahan, menatap ke atas langit, dan berharap adanya keajaiban yang datang. Diam-diam Kya kembali menangisi nasib hidupnya yang berdiri dengan belas kasihan orang lain. Ia pun mengutuk dirinya, dan berharap ia bisa lebih sabar.
"Bisakah bahuku tetap tegak agar terlihat kuat? Tapi, bagaimanapun aku hanyalah gadis biasa yang mempunyai rasa lelah seperti yang lain. Papa, aku ingin kamu ada di sini," ujar Kya dalam batinnya.
Di tengah-tengah kegundahan dan kegalauan hatinya Kya, tiba-tiba saja dikejutkan oleh suara seorang wanita yang tidak ia kenali. Dengan cepat Kya berusaha ingin tahu siapa wanita itu, namun membuat hatinya sudah melihat yang seharusnya tidak ia lihat. Ternyata, kedatangan seorang kekasih yang bisa Kya tebak adalah kekasihnya Gary. Wanita itu sampai memberikan pelukan hangat, dan mengusap rambutnya Gary dengan penuh kasih sayang, walaupun saat itu Gary terlihat garang.
Amukan Gary kepada gitar tersayangnya, dengan perlahan membuat hatinya luluh hanya karena kedatangan sang kekasih. Jelas-jelas membuat Kya semakin yakin bahwa harapannya untuk bisa bahagia sesuai dengan permintaan papanya dulu akhirnya harus berakhir dengan sia-sia.
"Mereka terlihat begitu serasi, lantas kenapa aku harus berharap agar Gary berbalik arah untukku? Tentunya tidak mungkin, dan aku tidak ingin menjadi orang ketiga diantara mereka. Meskipun Om Gio sudah memberikan lampu hijau untukku, tapi tetap saja itu akan sia-sia. Baiklah, Gary, biarkan aku dengan harga diriku," gumam Kya di saat melihat kedekatan mereka.
Akhirnya, Kya memilih untuk berdamai dengan dirinya sendiri. Walaupun terasa berat, tetapi tetap saja kehidupan akan terus berlanjut, dan kebahagiaan ataupun kesedihan hanya bisa ditentukan oleh dirinya. Mengingat hal itu membuat Kya yakin agar tidak perlu berlarut-larut di dalam keterpurukan, biarkan dia berkembang dengan caranya sendiri. Alhasil, Kya berjalan pergi, dan tidak ingin melihat keromantisan antara Gary dan Sera.
Memutuskan untuk berjalan lebih cepat, dan telah berpikir banyak hal dalam perjalanannya itu. Dengan langkah yang pasti Kya menatap kearah kamarnya Om Gio. Ketukan pintu pun terdengar dari balik kamar itu. Om Gio ke luar, dan begitu senang melihat Kya menemui dirinya.
"Eh, Kya rupanya. Om pikir siapa, ada apa, nak?" tanya Oma Gio seraya tersenyum dengan ramah.
"Begini, Om. Ada hal penting yang ingin Kya bicarakan dengan Om, jadi bisakah sekarang Om memberikan waktu sebentar saja untuk Kya? Maaf, karena sudah mengganggu waktumu, tapi ini sangat penting sekali." Terlihat raut wajahnya Kya begitu serius.
Walaupun sedikit terburu-buru untuk pergi ke suatu tempat, tapi Om Gio juga tidak akan mungkin mengabaikan permintaan dari Kya. Dengan cepat Om Gio menganggukkan kepalanya sembari berkata. "Baiklah, nak. Ayo kita sebaiknya duduk saja." Sambil menunjuk kearah sofa di depan.
Kya pun menjawab dengan anggukan kecil. Ia berusaha untuk yakin agar bisa menyampaikan semua keinginannya saat itu. Walaupun raut wajahnya Om Gio tersenyum sejak tadi.
"Begini, Om. Kya tahu kalau Om sudah menjalankan semua niat baik atas amanah dari orangtuaku untuk menjagaku di sini, tapi sepertinya aku merasa ini sudah terlalu berlebihan. Maaf, bukan maksudku sekarang dengan tiba-tiba menolak atas sikap baik yang Om tunjukkan. Akan tetapi, aku merasa bahwa aku bisa tinggal sendiri di rumahku, meskipun memang aku sudah merasa nyaman di sini, ditambah aku dikelilingi oleh orang-orang baik sepertimu, Om. Jadi, izinkan aku untuk pindah dari sini, dan biarkan Gary menempati kamarnya tanpa ada orang lain yang ikut mengganggu hidupnya di dalam rumahnya sendiri," ujar Kya dengan sudah terpaksa.
Mendengar hal itu tentunya saja membuat Om Gio panik, bahkan pria itu terheran dengan tiba-tiba yang Kya katakan. Sebab, dia sangat ingat bahwa begitu gembiranya Kya ketika mendapatkan kamar luas dengan dekorasi yang sangat indah, namun ada hal aneh yang membuat Om Gio penasaran dengan tindakan Kya yang tiba-tiba.
"Nak, apa yang sekarang kamu bicarakan? Bukankah kamu sudah tahu kalau Om pengganti dari papamu? Lantas, kenapa kamu harus merasa canggung seperti ini? Apa jangan-jangan ini semua gara-gara Gary dengan ucapannya yang kasar tempo hari? Kya, Om tahu, kamu sudah bahagia di sini. Tapi, tiba-tiba sekali? Apa kamu juga lupa tentang perjodohan yang akan Om lakukan untukmu?" Terlihat raut wajahnya Om Gio tidak senang.
"Sial!" gerutu Om Gio dalam batinnya.
Dengan cepat Kya menggelengkan kepalanya di saat melihat Om Gio yang sudah salah paham dengan niatnya untuk segera pindah, meskipun belum genap dua hari dia berada di rumah itu.
"Tidak sama sekali seperti yang Om Gio pikirkan. Jujur, aku tidak menyalahkan Gary dalam hal ini karena menurutku dia tidak salah, dan perihal dengan perjodohan sebaiknya Om jangan terlalu memaksakan Gary. Aku juga akan berfokus dengan pekerjaan, dan melanjutkan bisnis papa. Om, aku rasa sebaiknya seperti ini saja. Jika memang kedepannya Gary ingin melanjutkan perjodohan ini, Kya akan tetap siap sesuai dengan amanahnya papa," sahut Kya dengan penuh ketabahan hatinya.
"Tidak, Kya. Kamu tidak boleh pergi dari rumah ini. Papa kamu sudah memberikan amanah, dan untuk itu Om harus menjalankannya sampai kamu bisa menikah bersama dengan Gary. Percayalah, Gary pasti akan bisa menerima keberadaan mu di sini. Walaupun dia sampai marah hanya karena kamarnya di ambil alih, tapi dia anak yang baik, Kya. Om yakin dia akan bisa bersikap baik denganmu." Dengan sangat keras Om Gio berusaha untuk tetap membuat Kya mengerti.
"Maaf, Om. Ini sudah menjadi keputusan ku. Terlebih aku tidak ingin merepotkan banyak orang hanya karena aku merasa bahwa diriku belum bisa menjadi orang dewasa. Namun, sekarang aku akan mencoba menjadi lebih dewasa. Jadi, Om. Aku sekarang ingin pamit. Supaya lebih cepat lebih baik. Tapi, satu hal yang harus Om ingat, meskipun sekarang aku akan pergi dari rumah ini, namun tetap saja semua kenangan di sini akan selalu aku ingat termasuk dengan kebaikan yang selama ini Om berikan," sahut Kya tanpa adanya kebohongan.
Mendengar kepergian dari Kya, membuat Om Gio tidak dapat berbuat apa-apa selain hanya bisa mengiyakan permintaan dari gadis itu.
Berusaha ikhlas dengan niat kepergian Kya, lalu Om Gio pun berkata. "Ya sudah kalau memang ini sudah menjadi keinginanmu, Om tidak bisa berbuat apa-apa. Om hanya bisa berdoa semoga suatu saat nanti kamu masih mau kembali ke rumah ini lagi. Mengingat amanah dari papamu dulu. Tapi, jangan khawatir persoalan rencana perjodohan yang akan Om lakukan tetap akan berlanjut, dan kamu jangan pusingkan soal Garry, itu biar akan menjadi urusan Om nanti. Lalu kapan kamu ingin pindah dari sini, Kya?"