webnovel

Lingling

Setelah dia selesai mengerjakan semuanya pelayan yang biasanya membuat sarapan baru saja bangun dan dia sangat terkejut karena semuanya sudah selesai dikerjakan oleh Jiao. Entah mengapa dia merasa tidak suka kalau Jiao berbuat seperti itu, apalagi dia pernah mendengar kalau Jiao mendapat pujian dari tuannya.

"Nona Jiao, besok sebaiknya anda jangan memasuki dapur lagi karena ini adalah wilayah kekuasaanku!"

ucap Lingling, pelayan yang sudah bekerja dirumah Abri semenjak Kara masih hidup dulu.

"Maafkan aku Bibi Lingling, tetapi aku sudah bertanya dengan Tuan Abri kalau aku boleh melakukan apapun dirumah ini. Apakah kamu keberatan?"

tanya Jiao yang merasakan aura permusuhan dari sikap Lingling kepadanya sangat jelas terlihat kalau dia tidak menyukainya. Jiao masih tetap bersikap ramah terhadap Lingling dan tanpa sepengetahuan mereka, Abri menyaksikan hal itu.

Abri segera duduk di kursi makannya dan menyesap kopi yang sudah dibuatkan oleh Jiao, Lingling sangat kesal karena dia sangat menyukai Tuan rumahnya itu. Setelah Kara meninggal, dia selalu memperhatikan semuanya tentang Abri dan kedua anaknya, tetapi Abri tidak pernah sedikitpun memperhatikannya.

Sementara terhadap Jiao, Abri begitu baik dan juga sering berbincang dengan gadis bau kencur itu. Lingling tidak tahu kalau Abri hanya menganggap Jiao sebagai putrinya. Lingling mencemburui Jiao da dia akan membuat Jiao merasa tidak betah tinggal dirumah ini. Lingling tidak tahu latar belakang Jiao yang sangat istimewa sehingga Abri memperlakukannya tidak seperti yang lain.

Jiao saat ini kembali ke meja makan dan menggendong Barra sementara Daisy mengikutinya. Mereka kemudian duduk dihadapan Abri dan segera makan bersama.

"Jiao, setelah makan segera bereskan barang-barangmu juga anak-anak, aku berubah pikiran dan akan mengajak mereka juga dan itu tentu saja kamu harus ikut. Nenek mereka sangat merindukan Barra dan juga Daisy. Aku juga akan bekerja agak lama disana. Aku merasa kalau anak-anak akan lebih aman saat mereka ikut."

Ucap Abri pada Jiao yang kini membelalakkan matanya.

"Tapi tuan, aku harus ikut ya?"

tanya Jiao pada Abri yang langsung menganggukkan kepalanya.

"Jiao, ini adalah perintah dan kamu sudah menandatangani kontrak. Jadi kamu tidak boleh menolak."

Ucap Abri pada Jiao yang merasa sangat heran saat melihat sikap Abri yang sangat aneh. Sementara Lingling saat ini sedang menguping. Dia merasa sangat kesal karena Jiao selalu mendapatkan perhatian besar dari Abri.

"Tuan, apabila aku tinggal dirumah saja bagaimana?"

tanya Jiao yang masih belum mengerti apa yang dimaksudkan oleh Abri. Lingling menggunakan kesempatan ini untuk mengambil alih tugas Jiao.

"Tuan Abri, kalau Nona Jiao tidak bersedia ikut, bagaimana kalau saya saja yang ikut anda? saya juga terbiasa menjaga anak-anak selama ini."

Tawar Jiao kepada Abri yang langsung tersenyum dan hal itu membuat Lingling sangat bahagia. Sudah lama sekali Tuan Abrinya tidak pernah tersenyum semenjak istrinya meninggal dunia enam tahun yang lalu.

"Lingling, apakah kamu serius? boleh saja kamu menggantikan Jiao, tetapi sebaiknya kamu bertanya sendiri pada Daisy dan Barra. kalau mereka bersedia kamu saja yang pergi."

Ucap Abri sambil kembali menyantap sarapannya.

"Daddy, aku hanya mau Miss Jiao yang menjaga kami. Aku tidak mau dengan orang lain."

Ucap Daisy yang langsung diangguki Barra.

"Benar Daddy, kalau Miss Jiao tidak ikut, kami juga tidak ikut. Daddy silahkan pergi sendiri saja!"

Ucap Barra sambil turun dari tempat duduknya dan segera mengajak kakaknya segera kembali ke dalam kamar mereka.

"Nah Lingling, kamu sudah dengar sendiri kan?"

tanya Abri kepada Lingling yang kini merasa sangat malu. Dia segera kembali ke dapur dengan hati yang sangat kesal pada Jiao yang selalu mendapatkan keberuntungan. Jiao kemudian segera ke kamar Barra dan Daisy untuk mengemas barang-barang kedua anak kecil itu lalu segera kembali ke kamarnya untuk mengemas barang-barangnya sendiri.

Abri sebenarnya memiliki maksud lain mengajak Jiao dalam perjalanan bisnisnya kali ini, selain untuk menjaga Barra dan Daisy, Abri juga membutuhkannya sebagai sekretaris pribadinya sekaligus untuk memberikannya pelajaran di dunia bisnis, karena Abri akan mengurus kerjasama dengan salah satu perusahaan Alexi yang juga memiliki kerjasama dengan perusahaan Papanya Jiao.

Abri segera menemui kedua anaknya yang sudah siap dan kini dia sudah meminta Barra dan Daisy menunggu di mobil. Dia kemudian segera menemui Jiao yang sekarang juga sudah keluar dari dalam kamarnya dengan membawa sebuah tas kecil karena dia memang hanya membawa ponselnya saja.

Jiao saat ini tidak membawa banyak pakaian ganti, dia akan membeli nanti di Mesir. Abri memberitahunya sangat mendadak sehingga dia tidak sempat mengambil pakaian ganti. Abri kemudian tersenyum melihat gadis kecil itu dan langsung memintanya masuk.

"Martin, kita berangkat sekarang!"

ucap Abri pada supir pribadinya yang langsung menjalankan mobilnya menuju ke bandara. Dia akan menggunakan pesawat pribadi dengan kapasitas besar sehingga Abri tidak bisa berangkat langsung dari rumah, dia harus menuju ke bandara pribadinya untuk bisa berangkat ke Mesir. Jaraknya tidak begitu jauh dari rumah Abri.