2 SEBUAH SENTUHAN HANGAT

Dengan pikiran sedikit linglung Carolline masuk ke dalam rumah kontrakannya yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.

Carrolline menyapu keseluruh ruangan mencoba mengingat saat dia berangkat kuliah perasaan sudah mematikan semua lampu, dan sekarang semua lampu sudah menyala.

"Hm, mungkin aku lupa mematikannya." gumam Carolline seraya berjalan ke dapur untuk mengambil air dingin di dalam kulkas.

Langkah Carolline terhenti seketika saat melihat ada beberapa menu makanan sudah ada di atas meja.

Carolline menggaruk tengkuknya, berpikir sambil matanya melihat ke sana kenari mencari keberadaan seseorang yang kemungkinan sudah masuk ke dalam rumah.

"Apa Bibi Rachel datang kemari?" pikir Carrolline seraya pergi ke dapur dan kamar mandi.

"Tidak ada orang? lalu siapa yang memasak semua makanan ini?" tanya Carrolline dalam hati menatap makanan yang sama sekali tidak di ketahuinya.

"Ini makanan apa sih?" ucap Carolline mengambil salah satu daging yang di bakar.

Di ciumnya aroma daging yang mentah yang di bakar itu, sangat harum.

Karena perutnya sangat lapar, Carolline duduk di kursi dan mengambil sebuah piring untuk sedikit makan malam.

"Hm, rasanya sangat enak sekali." ucap Carolline walaupun dia tidak tahu itu makanan apa.

Karena terlalu enaknya yang di makan, tanpa sadar ada sepasang mata coklat hazel sedang menatapnya tanpa berkedip.

Setelah menghabiskan makanannya, Carolline yang berniat mau mandi menundanya terlebih dahulu agar makanan yang ada di dalam perutnya bisa segera turun.

Merasakan sedikit berat dengan penglihatannya, Carolline berjalan pelan masuk ke dalam kamarnya dan duduk di meja riasnya.

Mata Carolline berkedip indah saat melihat ruang kamarnya menjadi temaram dan ada bau yang begitu harum menyeruak dari tempat tidurnya.

"Siapa yang membersihkan kamarku? bukannya pagi tadi aku tinggalkan masih dalam keadaan berantakan?" gumam Carolline duduk kursi meja riasnya sambil menatap ranjangnya yang sudah terlihat rapi.

"Ada apa denganku hari ini ya? kenapa aku merasakan sesuatu yang aneh dengan apa yang aku alami, terutama dengan mataku ini, aku merasa berhalusinasi." monolog Carrolline dengan dirinya sendiri.

Carolline berbalik menghadap kaca riasnya dan melihat jelas wajahnya yang ada di cermin di depannya, tampak terlihat lelah dengan lingkaran hitam di bawah matanya.

"Hm, mungkin sudah waktunya aku harus mengeluarkan uang untuk perawatan." ucap Carolline sambil menyentuh lingkaran hitam di matanya dengan tangannya.

Dengan sedikit matanya yang sudah terasa berat Caroline sedikit terkejut melihat alat make-up nya tiba-tiba menjadi lengkap.

Terlebih terkejut lagi dan membuat hati Carrolline jadi merinding saat melihat di atas alat make-up nya ada buku biografi Alexander.

"Ya Tuhan!! apa aku sudah gila? apa yang aku lihat ini apa tidak salah? bukannya buku ini sudah di masukkan Nyonya Darren di dalam lacinya? kenapa sekarang ada di sini?" seribu pertanyaan terpatri di hati Carrolline.

Carolline memejamkan matanya untuk sementara berharap setelah dia membuka matanya semua apa yang di lihatnya akan kembali normal.

Setelah beberapa menit Carolline membuka matanya secara berlahan, tetap saja semua tidak berubah.

"Aku lama-lama bisa gila dengan semua ini." ucap Carolline sambil melemparkan buku Alexander begitu saja.

Tiba-tiba terdengar suara berat mengaduh kesakitan tepat di belakangnya dirinya duduk.

Spontan Carolline berbalik kebelakang dan melihat laki-laki berjubah sedang meringkuk kesakitan di lantai.

Carolline berdiri dan mundur beberapa langkah sampai pada dinding pintu, dengan tangannya yang memegang knop pintu Carolline berniat hendak melarikan diri dari dunia mimpi buruknya.

"Aku mohon jangan pergi...jangan tinggalkan aku Carolline." ucap laki-laki itu dengan suara berat yang mengaduh kesakitan.

Kedua kaki Carolline gemetaran, apa yang harus di lakukannya? Carolline memejamkan matanya kembali dan membukanya kembali tetap saja laki-laki yang berjubah itu masih mengerang kesakitan dengan memanggil nama dirinya untuk tidak meninggalkannya.

Carolline semakin erat menggenggam knop pintu saat melihat ada darah yang keluar dari kedua mata, hidung bahkan dari telinganya laki-laki itu, kemudian berlanjut pada kulit tubuh laki-laki itu perlahan mengelupas dan mengeluarkan berdarah.

"Carolline tolong aku, Carolline...tolong tutup buku itu." ucap laki-laki itu seraya tangannya menggapai-gapai agar Carolline menghampirinya.

Tatapan mata hazel itu menatap Carolline dengan tatapan penuh kesakitan dan penderitaan.

Entah kekuatan darimana Carolline tiba-tiba mengambil buku itu dan menutupnya kembali, kemudian menghampiri laki-laki itu dan memberikan bukunya padanya.

"Carolline sentuh aku, sentuh aku..." ucap laki-laki itu lagi dengan tubuhnya yang semakin mengelupas dan mengeluarkan darah.

Charollin jadi iba melihat kondisi laki-laki itu yang bisa saja tubuhnya akan hancur dengan sendirinya.

Dengan sedikit keberanian serta matanya yang terpejam Carrolline menyentuh lengan laki-laki itu. Sangat dingin!!

Saat tangan Carolline menyentuh lengannya, laki-laki itu dengan sigap memegang tangan Carolline menggigit dan menghisapnya dengan kuat ujung jari telunjuk Carolline.

Tubuh Carolline tiba-tiba menegang, terasa aliran darahnya terhisap kuat masuk dalam mulut laki-laki itu.

Seiring darah yang tersedot bgitu banyak tubuh Carrolline menjadi lemas dan terkulai di samping tubuh laki-laki itu dengan keadaan yang mulai berangsur pulih.

Sayup-sayup Carrolline mendengar suara laki-laki itu memanggang namanya sebelum semuanya menjadi gelap.

"Carolline... Carrolline, my queen." panggil laki-laki itu dengan suara berat seraya mengangkat tubuh Carrolline dan di baringkan di atas ranjang.

Setengah sadar Carrolline menatap wajah pucat yang berada dekat di wajahnya. Harum aroma bunga sweet pea menyeruak dari kulit tubuhnya.

"Siapa kamu? kenapa kamu mengikuti aku? apa aku mengganggumu?" tanya Carrolline setengah sadar dengan suara gemetar.

"Aku pangeran Alexander Xavier yang telah kamu tarik kembali dari sebuah kematian yang panjang." ucap Alexander dengan mata hazelnya.

"Tapi aku tidak mengenalmu, dan lagi kamu bukan manusia tapi hantu dengan arwah gentayangan bukan?" tanya Carolline dengan perasaan yang sudah tidak takut lagi pada Alexander.

"Aku bukan hantu atau arwah gentayangan my queen, aku ada dan nyata." ucap Alexander sambil mengusap lembut wajah Carrolline dengan penuh perasaan.

Hati dan perasaan Carrolline bagaikan terhipnotis oleh suara dan tatapan mata hazel Alexander.

Setengah sadar Carrolline membiarkan saja saat Alexander menyentuh bibirnya dan melumatnya dengan penuh kenikmatan dan kelembutan.

Kedua mata Carolline terpejam merasakan kehangatan kulit tubuh Alexander yang sedang memeluknya. Aroma bunga sweet pea kembali menyeruak masuk ke dalam rongga hidungnya.

Hembusan nafas hangat Alexander benar-benar telah melumpuhkan akal sehatnya selain pasrah saat Alexander menindihnya dengan semua sentuhan hangatnya.

"Carolline... Carrolline...hai sadar sayang!!" ucap Bibi Rachel seraya menepuk pelan kedua pipi Carrolline.

Perlahan Carrolline membuka matanya dan melihat Bibi Rachel yang berada di sampingnya.

Carolline menatap ke sekelilingnya, dia tidur di sofa di ruang tamu.

"Bibi Rachel kenapa aku ada disini?" tanya Carolline yang sama sekali tak mengerti dengan apa yang terjadi pada dirinya.

"Aku menemukan kamu tergeletak di ruang makan dan aku bawa ke sini, apa yang terjadi padamu Carolline?" tanya Bibi Rachel dengan suara cemas.

Carolline terdiam secara refleks melihat ujung jari telunjuknya yang perih ternyata ada luka bekas gigitan di sana!!

avataravatar
Next chapter