1 PANGERAN ALEXANDER XAVIER

Dengan membawa beberapa buku yang cukup banyak Carolline Sanders seorang Mahasiswi yang baru pindah dari Universitas Eberdeen pindah ke Universitas Lund berjalan sedikit cepat menyusuri lorong kampus menuju ke Perpustakaan untuk mengembalikan beberapa buku yang di pinjamnya.

Carolline Sanders dengan kulit tubuh yang putih bersih dengan rambut panjang yang tergerai indah mempunyai dunia sendiri dalam hidupnya yaitu suka sekali membacanya.

Bisa berjam-jam jika Caroll sudah membaca buku yang sangat di sukainya terutama tentang sejarah sisi kehidupan dari tiap anggota keluarga dalam suatu kerajaan.

Mata coklat hazel milik Carolline masih bergerak indah membaca tiap huruf pada buku sejarah tentang kerajaan Lund yang sudah ratusan tahun lamanya mempunyai seorang pangeran tampan bernama Alexander Xavier, putra mahkota dari Raja Richard Xavier.

Sambil menahan rasa kantuk Carolline masih betah untuk menamatkan bacaannya agar tidak menambah rasa penasarannya pada biografi seorang pangeran Alexander Xavier dan pangeran Edgar Cimmber saudara tirinya.

Semakin mendekati pada bab-bab terakhir hati Caroll semakin ikut merasakan sakit saat Pangeran Alexander harus berakhir hidupnya dengan pedang terhunus di dadanya di hadapan wanita yang sangat di cintainya yaitu Putri Cleopatra yang tengah jatuh dalam perangkap niat jahat saudara tirinya Pangeran Edgar Cimmber.

Tak terasa airmata Carolline jatuh menetes pada buku sejarah yang tentang kehidupan sang pangeran Alexander Xavier.

Airmata Carolline yang membasahi buku sejarah itu tiba-tiba memercikkan sebuah sinar yang perlahan terbang mengitari kepala Carolline kemudian sirna seiring suara hujan dan petir bersahutan.

"DUAARRR"

Carolline menjerit histeris, menatap ke sekeliling ruangan perpustakaan yang ternyata sudah sepi dan sunyi.

"Ya Tuhan, aku pasti ketiduran lagi." gumam Carolline tiap kali membaca buku sejarah biografi Alexander Xavier.

"Aku harus mengembalikan buku ini, akhir cerita yang tragis tapi siapa yang membunuh pangeran Alexander ya? apa Alexander itu bunuh diri, atau di bunuh oleh Edgar atau malah di bunuh Cleopatra? Aahhhh rumit akhir ceritanya penuh misteri karena tidak di ceritakan kenapa Alexander meninggal dengan pedang terhunus di dadanya di hadapan Cleopatra? apa ada kelanjutannya ya?" monolog Carolline seorang diri kemudian berjalan ke tempat meja di mana Nyonya Darren masih bergelut dengan pekerjaannya.

"Kamu ketiduran lagi Carolline?" tanya Nyonya Darren yang akhir-akhir ini memergokinya sedang ketiduran, padahal sesungguhnya Carolline sama sekali tidak ada tidur, namun tetap saja saat Carolline selesai membaca biografi Alexander Xavier ruangan sudah sepi tanpa dia sadari.

"Em, sedikit Nyonya Darren." jawab Carolline sambil melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukan jam sembilan malam.

"Buku apa yang akan kamu kembalikan Carolline?" tanya Nyonya Darren lagi menatap Carolline dengan tatapan penuh selidik, saat buku biografi Alexander Xavier ada di tangan Carolline.

"Kamu mengambilnya dari mana buku ini Carolline?" tatap Nyonya Darren dengan tajam.

"Di tempat rak paling ujung sana Nyonya Darren." jawab Carolline sedikit gugup.

"Apa kamu yakin?" tanya Nyonya Darren yang sangat tahu buku biografi Alexander Xavier sudah di tarik dan di Musiumkan sejak tiga tahun yang lalu sejak ada kejadian gadis indigo melakukan bunuh diri dengan membawa buku biografi Alexander Xavier.

"Sangat yakin Nyonya Darren." Jawab Carolline sedikit gugup dan takut sambil memberikan buku biografi Alexander pada Nyonya Darren.

"Carrolline apa kamu seorang indigo?" tanya Nyonya Darren sambil menerima buku biografi Alexander dari Carrolline.

"Tidak sama sekali Nyonya, kenapa memang Nyonya Darren?" tanya Carrolline dengan rasa penasaran.

"Tidak ada apa-apa." Jawab Nyonya Darren kemudian memasukkan buku tersebut di laci mejanya dan menguncinya.

"Baiklah Nyonya Darren, saya permisi dulu." ucap Carolline dengan perasaan yang tidak menentu saat tahu buku itu di masukkan ke dalam laci dan di kunci oleh Nyonya Darren.

Sambil meninggalkan ruangan perpustakaan Carrolline berjalan kembali menyusuri lorong kampus yang sudah sepi dan sunyi, hanya ada beberapa mahasiswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di malam hari.

Suara rintik air hujan yang mulai berkurang, semakin menambah rasa dingin di kulit tubuh Carrolline.

Tiba di area parkir suasana semakin tidak mengenakkan hati dan pikiran Carrolline, seolah-olah pikirannya mengatakan ada sepasang mata yang mengawasinya.

Dengan mempercepat langkahnya, Carrolline merapalkan doa-doa dalam hati agar hatinya tenang.

"Di mana mobilku? perasaan aku parkir di sini?" tanya Carrolline dalam hati.

Dengan hati yang mulai di liputi rasa takut Carolline melihat ke sekeliling area parkiran untuk mencari keberadaan mobilnya.

"Mobilku kenapa bisa ada di sana?" tanya Carrolline dalam hati dengan rasa ketakutan yang mulai menyergapnya, mempercepat langkahnya menuju ke tempat mobilnya.

Tiba di pintu mobilnya tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan, Carolline membukanya dengan cepat dan masuk ke dalam mobil.

Bulu kuduk Carrolline meremang setelah masuk ke dalam mobil sekilas matanya melihat sosok bayangan berkelebat dengan cepat melewati kaca jendelanya.

"Ya Tuhan siapa dia? manusia atau makhluk jadi-jadian." Gumam Carolline seraya memasukkan kunci mobilnya dan menyalakannya.

"Carolline... Carrolline... jangan pergi..."

Sayup-sayup Carrolline mendengar suara laki-laki yang sangat berat memanggilnya namanya berulang-ulang memintanya untuk tidak pergi.

Buku kuduk Carolline di lehernya dan di lengan tangannya ikut berdiri, mata hazel Carrolline mengedarkan pandangannya untuk mencari di mana suara itu berasal.

Tubuh dan tangan Carrolline gemetar saat melihat tepat di depan mobilnya seorang laki-laki yang berdiri dengan gagahnya berpakaian hitam seperti seorang pangeran yang hidup di ratusan tahun yang lalu dengan rambut yang tergerai.

"Tunggu, bukankah itu seperti pangeran Alexander? cara berpakaiannya dan wajahnya sama persis dengan dengan yang ada di buku." gumam Carolline dengan tangannya yang masih gemetar memegang setir dengan sangat erat.

"Carolline... Carolline... Carolline..."

Suara berat itu semakin jelas terdengar dan membuat Carrolline sudah tidak bisa menahan lagi ketakutannya.

"Aaaaaahhhhhhhh." teriak Carolline sambil menginjak gas mobil dengan keras dan menjalankan mobilnya untuk kekuar dari area parkiran.

Namun bayangan itu mengikutinya dan berdiri tepat di tengah jalan di hadapan mobilnya yang sedang melaju dengan cepat, hingga Carolline tidak bisa lagi menghindarinya kecuali menabraknya.

"Aaaahhhhhhh." teriak Carolline dengan suara kertas saat mobilnya menabrak sosok itu.

"BRAKKK"

Sosok laki-laki itu tertabrak cukup keras sampai tubuhnya terpelanting jauh ke belakang dan tergeletak.

Carolline semakin menjerit histeris dengan menutup matanya.

"Aaaaaahhhhhh."

"Nona... Nona.... bangun!!" panggil seorang pengemudi yang membangunkan Carolline karena tertidur di mobil di tengah perempatan jalan di bawah setopan lampu jalan.

"Ehhh,..ya pak? ada apa ya pak?" tanya Carrolline yang masih belum sadar dari mimpinya.

"Nona menganggu ketertiban lalu lintas, Nona sedang tertidur sangat lama dari sejak lampu merah tadi." jelas pengemudi itu menegur Carolline.

"Apa pak??? saya sedang ketiduran?" tanya Carolline tak mengerti sambil melihat sekelilingnya dia sudah berada di jalan dan berhenti di setopan lampu perempatan jalan.

avataravatar
Next chapter