Suasana gelap nan mencekam itu membuat Ivory bergidik ngeri karena ia tidak mampu melihat apapun yang seakan bisa kapan saja menghabisinya. Tiba – tiba saja pintu ruangan tersebut telah tertutup dari atas dan sinar redup tiba – tiba saja sudah memancarkan cahayanya yang sayu menambah suasana mencekam bagi gadis itu. Kini ia hanya sendirian di dalam ruangan itu. Herannya entah bagaimana tiba – tiba tanpa disadarinya tubuhnya telah terbalut dengan sebuah pengait dan tubuhnya telah terduduk pada sebuah tempat duduk besi yang mengikatnya begitu erat hingga ia tidak mampu menggerakkan tubuhnya. Seberapa pun kuatnya ia berusaha untuk melepaskan ikatan tersebut, tetap saja pengait itu lebih kuat dari tenaganya yang terus meronta bagaikan ikan yang sedang meronta untuk melepaskan diri dari jerami yang telah menangkapnya. Tidak berapa lama kemudian, dinding yang berada dihadapannya telah bergeser dan berputar seperti sebuah pintu rahasia yang pelan – pelan menunjukkan sebuah kursi besi yang terlihat serupa dengan miliknya sekarang dan seorang pria tampan yang begitu dikenalnya pun sedang duduk terikat seperti dirinya. Bedanya, pria itu sedang dalam keadaan tertidur dengan keadaan kepala yang sedang ditangkup sebuah penutup kerucut yang memiliki beberapa kabel yang menghubungkannya dengan sebuah mesin besar dengan tombol – tombol pengaturan yang berada di samping dinding tersebut. Ivory segera menelan salivanya begitu melihat mesin raksasa yang seakan sudah siap untuk melahap tubuh pria itu kapan saja.
"Robin...kamu gak apa – apa, hah? Jangan membuatku semakin takut Rob... Sadarlah..." ujar Ivory sesenggukan.
Tiba – tiba saja seorang pria paruh baya telah keluar dari balik punggung Robin dan menepuk tangannya kencang seraya menertawakan kedua mangsanya yang sudah tidak bisa berkutik.
"Hahahaha...dia gak akan pernah terbangun lagi anak tiriku yang tercantik...karna aku udah menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuhnya yang akan perlahan namun pasti mematikan semua sarafnya hingga akhirnya...the end. Hahahahaha...ini baru permainan yang seru," ujar Nathan mendekati Ivory yang sudah merasakan debaran hebat dalam jantungnya.
"Pergi kamu! Jangan mendekat!"
"Oh no...menakutkan ya... Ngomong – ngomong gimana kabarmu selama beberapa tahun belakangan setelah hidup bersama dengan pria ini dan meninggalkan kami sekeluarga? Sepertinya kamu bahagia ya hidup bersama dengannya sampai – sampai kamu rela meninggalkan ibu kandungmu sendiri yang udah mengandungmu selama sembilan bulan, lalu merawatmu dengan penuh kasih hingga kamu bisa menikmati segala kenikmatan duniawi yang begitu indahnya bersama dengan mendiang ayahmu yang pecundang itu. Bagaikan anak raja dan ratu yang dipenuhi oleh kemewahan. Tapi sayang, semua itu hanya masa lalu karna sekarang semua itu telah menjadi milikku. Lalu gimana juga kabar ibumu yang cantik itu sekarang? Apakah dia baik – baik saja? Atau masih sakit – sakitan dan merepotkan orang – orang di sekitarnya? Aku sungguh muak hidup dengan wanita yang sakit – sakitan begitu, makanya aku tinggalkan saja dia. Toh aku sudah mendapatkan apa yang kuinginkan selama ini," ujar Nathan dengan senyum menyeringai dan mengedipkan sebelah matanya pada Ivory.
"Tutup mulutmu yang kotor itu brengsek! Jangan pernah kamu sebut – sebut mama atau papaku seperti itu. Lepaskan aku dan Robin! Dia gak bersalah. Urusanmu hanya dengan keluargaku. Bukan dia! Untuk apa kamu melakukan ini terhadap kami?"
"Kamu masih bertanya untuk apa? Apa kamu tau, gara – gara dia menyelamatkanmu waktu itu, aku jadi gak bisa menyiksamu seperti ibumu. Harusnya kamu itu udah mati ditanganku. Namun karna dia, orang yang selalu mengacaukan segala rencanaku membuatku jadi gak bisa melancarkan aksiku. Bahkan wanita jalang itu, berani – beraninya dia berselingkuh di belakangku dengan pria ini dan memonopoli semua harta yang telah susah payah aku dapatkan untuk diberikan pada pria ini. Lagipula, apa kamu gak merasa marah ataupun kesal dengannya? Pria itu telah berselingkuh dari kamu dan apa tadi yang kudengar? Kamu tadi bahkan masih sempat menerimanya kembali menjadi kekasihmu? Kamu itu sebenarnya bodoh atau nggak sih? Aku aja sakit hati banget loh melihat mereka selingkuh, masa kamu nggak? Tuh, kamu bisa lihat sendiri kan? Setelah ketauan berselingkuh apa yang aku perbuat dengan wanita jalang itu? Aku udah membantumu membalaskan dendammu pada wanita yang udah menyakitimu, anakku sayang, harusnya kamu itu berterima kasih pada ayah sambungmu yang begitu menyayangimu ini. Hehh..." ujar Nathan seraya mengelus dagu Ivory yang membuatnya merasa jijik dan geli.
"Jangan sentuh aku! Pergi kamu! Itu urusanku! Lepaskan aku dan Robin sekarang juga!"
"Melepaskan orang yang udah menyakitimu? Apa kamu nggak salah sayang? Aku justru akan memberikannya pelajaran agar dia tau bagaimana rasanya sakit itu. Hahahahaha... Dan sekarang, kamu akan menyaksikan sendiri bagaimana caraku memberikan pelajaran baginya yang udah berani – beraninya bermain api denganku!" ujar Nathan dengan senyum lebar liciknya hingga menonjolkan wajah psikopatnya yang membuat Ivory kembali bergidik ngeri.
Nathan telah mengambil sebuah pelatuk berkabel yang terhubung ke mesin lalu seketika kabel yang terhubung ke penutup kepala Robin telah menyetrum pria yang sedang tidak sadarkan diri itu hingga membuat tubuhnya bergelinjang dan bergetar kuat bahkan meringis kesakitan seakan getaran listrik itu begitu menyiksa dirinya.
"Cukup! Hentikan! Apa kamu udah gila? Dia bisa mati kalo begitu terus. Hentikan...!" Seberapa kuat pun Ivory berteriak namun Nathan tetap bertindak seakan ia tidak mendengarkan seruan dan teriakan gadis itu. Nathan yang terlihat bagaikan seseorang yang dirasuki setan terus meningkatkan tegangan listrik pada mesin tersebut dan membuat Robin tersiksa perlahan – lahan akibat sengatan yang bertubi – tubi menyerangnya hingga kini bagian hidung, mata, mulut dan telinganya telah mengeluarkan cairan merah segar yang terus mengalir dan membuatnya semakin menderita hingga ia memuntahkan cairan merah tersebut dari mulutnya. Semakin menderita tubuh Robin, semakin Nathan melebarkan tawanya sekuat mungkin hingga ruangan tersebut telah dipenuhi oleh gema suaranya yang terdengar cetar membahana.
Sementara itu, Jade yang sedari tadi mencari tali di sekeliling rumahnya untuk menyelamatkan Ivory dan Robin tidak menyangka bahwa ketika ia kembali ke tempat gadis itu jatuh, pintu rahasia itu telah tertutup rapat hingga ia harus kembali mengitari seluruh sudut rumah untuk mencari akses pintu masuk agar ia bisa segera menelusuri ruang bawah tanah tersebut. Beruntungnya ketika ia menemukan celah kecil pada sebuah dinding ruang keluarganya, hingga ia memutuskan untuk mencoba menyentuh garis celah dan ternyata pintu rahasia itu telah membawanya masuk ke dalam ruangan gelap itu. Segera ia berjalan memasuki lorong bawah tanah dengan bantuan cahaya lampu ponselnya, hingga ia akhirnya menemukan sebuah ruangan kecil dengan cahaya lampu sayu dan mendengar tangisan histeris seorang gadis yang begitu memilukan. Tanpa perlu menebak, ia langsung mengenali pemilik suara tersebut. Segera ia menuju ke sana dan mengintip dibalik pintunya untuk mengetahui hal besar apa yang sedang terjadi hingga membuat gadis itu berteriak dan menangis histeris. Nathan terlihat sedang memegang sebuah balok besar dan terlihat sedang menghantam seseorang dibalik sebuah mesin besar hingga darah terus bercipratan dan berceceran di mana – mana, membuatnya bergidik ngeri dan merinding seketika.
"Robin....!!! Hentikan itu semuaaa...!!! Arghhh…..!!!" teriak Ivory histeris dengan wajah yang telah berlumuran darah.
Setelah memastikan bahwa pria tersebut tidak bergerak, Nathan yang masih tertawa bagaikan orang sakit jiwa segera berjalan mendekati gadis yang sedang menangis histeris itu dan hendak menggerayangi tubuhnya namun Jade yang melihat hal tersebut segera mengambil balok yang telah dilempar oleh Nathan di lantai dan langsung memukulkannya sekuat – kuatnya pada tengkuk leher lelaki itu dari belakangnya hingga membuat lelaki itu segera tidak sadarkan diri dan telah terjatuh telungkup di hadapan gadis itu. Jade segera melepaskan ikatan yang begitu kuat tersebut dengan mencoba berbagai tombol mesin dan segera pengait tersebut telah terlepas dari tubuh kecil Ivory yang telah bergetar begitu hebat.
"Ivy…kamu gak apa – apa kan? Kamu gak diapa – apain sama dia kan?"
"Nggak Jade, tapi…Robin…Hiks…Robin…" Ivory yang dipenuhi oleh tangisan histeris seraya mengulurkan jari telunjuknya ke arah tempat duduk di hadapannya, namun sepertinya keadaan gadis itu kembali drop akibat terlalu banyak mengeluarkan genangan air matanya hingga ia tidak mampu menopang tubuhnya lagi yang begitu lemah dan tidak berdaya.
Melihat tubuh Robin yang telah dipenuhi oleh lumuran darah dengan kepala yang telah terpisah dari raga tersebut dan tergeletak di lantai, membuat Jade seketika merasa jijik dan bergidik ngeri, namun keadaan Ivory yang tiba – tiba terjatuh pingsan dalam pelukannya membuatnya merasa begitu khawatir hingga ia segera membawa keluar gadis itu. Dalam batinnya, ia tidak pernah mengetahui bahwa ayah kandungnya sendiri bisa melakukan hal sekeji itu bagaikan seorang psikopat sejati. Jade segera menggendong tubuh gadis yang sedang dalam keadaan tidak sadarkan diri itu, merasakan bahwa tubuh Ivory masih bergetar akibat rasa takut akan peristiwa mengerikan yang disaksikannya secara langsung dan masih membekas dalam bawah sadarnya.
Ketika Jade dan Ivory kembali ke permukaan rumah tersebut, ia tidak menemukan keberadaan Cynthia di mana – mana lalu ia merasa bahwa wanita itu telah berlari keluar untuk menyelamatkan James karena ketika ia mengitari rumah tersebut, ia tidak menemukan siapapun. Jade segera menghubungi Cynthia hingga wanita itu menjawab panggilannya dan benar saja ternyata Cynthia yang bersembunyi dalam bagasi belakang sedang mengikuti mobil algojo tersebut yang hendak membawa James ke dasar jurang yang berada cukup jauh dari perkotaan. Segera saja Jade membawa Ivory yang sedang untuk kembali ke rumah terlebih dahulu agar ia bisa menyusul dan membawa Cynthia kembali bersama James melalui titik lokasi yang dikirimkan oleh wanita tersebut. Sesampainya di rumah, Moniq yang terlihat begitu khawatir hingga berjalan mondar mandir di depan rumah terpencil tersebut merasa begitu terperanjat dan panik ketika ia melihat Jade telah membopong Ivory kembali ke dalam rumah.
"Dia kenapa Jade?"
"Pingsan karna terlalu shock ma, aku permisi dulu untuk menyelamatkan paman dan bibi. Mama tolong jaga Ivory dulu dan kunci pintunya untuk berjaga – jaga ma, situasi sedang begitu gawat. Aku akan menceritakannya nanti," ujar Jade seraya melangkahkan kaki terburu – buru.
Titik yang dikirimkan oleh Cynthia melalui ponsel seakan telah berhenti pada sebuah jurang dalam yang siap untuk menelan siapapun yang terjatuh ke dalamnya. Cynthia masih terus mengikuti komplotan algojo yang terlihat sedang membopong tubuh James dengan sebuah papan. Jade yang baru sampai dan melihat sebuah mobil pajero terparkir indah di tengah jalan menuju jurang, membuatnya memikirkan ide untuk mengendarai mobil tersebut memasuki area pinggiran jurang lalu ia segera menancap gas untuk mengejar komplotan tersebut dan membuat mereka tersentak lalu segera membuang tubuh James pada rerumputan luas yang seakan membentang luas di seluruh permukaan Garis Khatulistiwa. Suara mobil yang menderu keras membuat mereka segera berlari terbirit – birit, namun Jade yang sudah merasa geram langsung menghantam tubuh – tubuh algojo yang terlihat sedikit mengecil dari balik kaca depan mobil tersebut dan mengirim tubuh mereka ke dasar jurang yang begitu dalam.