webnovel

Cinta Terlarang

Clara terdiam sejenak, menatap sosok pria tampan yang berdiri di hadapannya saat itu. " Apakah kamu tidak mencintaiku..?" Wajah cantik mulus muda belia itu terlihat memerah dengan mata memelas agak berkaca. Frans mendekati Clara, mengusap rambut gadis cantik itu dengan lembut. " Aku menyanyangimu sebagai murid dan sahabatku, aku tidak boleh mempunyai rasa lebih dari itu. Kamu tahu aku sudah mempunyai istri dan anak, dan aku adalah gurumu, mengertilah..." Suara rintik hujan mengiringi suasana buram malam itu.

Apple_Qlee · Teen
Not enough ratings
32 Chs

Dokter Leon

Saat Clara membuka matanya, di lihatnya samar-samar sosok dengan baju putih berdiri di samping kanannya sedang memegangi lengannya.

Dia bingung dengan keberadaannya sekarang, di bumi atau di akhirat. Bibir mungil yang terlihat kering itu perlahan bergerak dan terdengar suara lirih.

"Apakah kamu malaikat..?"

Terdengar suara tawa dari sosok berbaju putih itu membuat Clara membuka matanya lebih lebar.

"Hai gadis kecil, apakah aku terlihat seperti malaikat?"

Tangan orang itu menoel hidung Clara sambil masih tertawa. Clara semakin membelalakkan matanya mendapatkan perlakuan yang tiba-tiba itu. Secara reflek tangan Clara bergerak hendak menangkis tangan orang itu, tapi dia langsung meringis kesakitan karena baru di sadarinya pergelangan tangan kirinya terdapat luka jahitan sementara lengan kanannya tersambung dengan selang infus.

Sosok berbaju putih tadi ternyata seorang pria yang mengenakan snelli alias jas warna putih yang biasa di pakai oleh para dokter.

Clara memperhatikan dokter muda itu lalu melihat sekeliling. Sebuah kamar rawat inap untuk satu orang yang tidak terlalu besar tapi terlihat exclusive, bersih dan rapi.

"Mengapa saya bisa ada di sini..? Ini di mana?"

Suara serak dari mulut Clara tidak langsung di jawab oleh pria itu, dia menarik sebuah kursi bulat yang tidak jauh darinya. Di tempatkannya tepat di samping ranjang pasien di mana Clara berbaring dan dia duduk di sana. Di raihnya segelas air putih yang ada di meja dengan sedotan di dalamnya. Dia menyodorkan minuman itu ke mulut Clara.

"Minumlah dulu biar suaramu enak di dengar, telingaku sakit mendengar suara serakmu..."

Mendengar kata-kata dokter muda itu, mulut Clara cemberut, dengan sorot mata kesal namun Clara menurut meminum air dalam gelas itu, hampir setengah gelas masuk ke dalam perutnya, karena dia memang merasa haus sekali, lalu mulutnya kembali meluncurkan pertanyaan.

"Saya ada di mana ini, kenapa tidak di jawab sih?"

Setelah mengembalikan gelas ke atas meja di samping ranjang pasien, dokter ganteng dengan potongan rambut ala oppa korea itu membenarkan letak duduknya dan menyendekapkan kedua lengannya di samping Clara berbaring.

Matanya melirik ke arah pergelangan tangan Clara dan berkata dengan nada sinis,

"Siapa suruh kamu melakukan hal itu, sekarang kamu ada di klinikku. Untung saja aku ada persediaan darah yang cocok untukmu, jika tidak kamu pasti sudah bepindah ke liang kubur bersama-sama dengan cacing-cacing busuk. Dasar gadis bodoh.."

Clara semakin sewot mendengar kata-kata dokter muda itu, nengan nada meninggi dia bicara,

"Anda itu dokter apa'an sih! Dari tadi perkataan anda buruk sekali."

"Aku dokter Leon yang tampan, bukan dokter apa'an. Apa yang kamu lakukan memang bodoh, dasar kamu gadis kecil yang bodoh". suara Leon, dokter muda itu, ikut meninggi.

"Anda memang tampan tapi perkataan anda buruk sekali. Dan saya Clara, jangan panggil saya gadis kecil!"

"Jadi kamu juga mengakui kan jika aku tampan. Dan aku seorang dokter Leon yang pintar, tidak bodoh sepertimu."

Clara menghentakkan kakinya di atas ranjang dengan kesal, dia memalingkan wajahnya ke tembok, mulutnya cemberut karena dia tidak bisa menjawab perkataan Leon barusan.

Tingkah Clara barusan membuat Leon jadi tergelak. Dia mencolek pundak Clara.

"Hai, gadis kecil.. Jangan ngambek gitu dong."

"Jangan panggil saya gadis kecil, saya Clara." , kata Clara cepat dengan melotot ke arah Leon.

"Okay... Okay Clara gadis mungil. Jangan marah-marah, maafkan aku jika kata-kataku tadi kasar. Tapi yang kamu lakukan ini memang salah. Kamu terlalu cantik untuk mati muda."

"Anda tidak tau apa-apa tentang saya, memang mudah hanya berkomentar saja."

"Aku tau, kamu gadis cantik yang baru menginjak kelas tiga di SMA-CB, kamu anak tunggal yang tinggal di apartment..."

"Dari mana anda tau? Bagaimana saya bisa sampai di sini?", potong Clara cepat.

Leon menghela nafas dan tersenyum, ekpresinya yang tadi-tadi tidak enak untuk di lihat, kini berubah menjadi sebuah senyuman yang teduh dan menenangkan.

"Seseorang menitipkanmu padaku untuk merawatmu baik-baik.. Sudahlah, yang penting kamu sehat dulu, jangan banyak berpikir. Di luar jam dinasku di rumah sakit, aku lebih banyak di klinikku ini, jika kamu butuh apa-apa, kamu bisa bilang padaku."

"Tapi saya..."

"Hai... Aku sudah bilang, jangan terlalu banyak berpikir, kamu harus memulihkan kondisimu secepatnya. Dan aku lebih suka kamu beraku-aku dari pada menggunakan kata saya, seperti tadi waktu kamu memanggilku malaikat..."

Mendengar Leon yang menyinggung soal malaikat membuat Clara tersipu malu.

"Lihatlah kamu makin cantik jika tersenyum begitu..."

"Anda ini kenapa sih, dari tadi berbicara tidak seperti seorang dokter saja.", Clara semakin tersipu, pipinya yang putih pucat menjadi bersemu merah.

"Bagus itu, jangan menganggapku sebagai dokter, anggap saja aku sebagai temanmu, jadi tidak perlu memakai kata anda dan saya lagi. Kita berteman, okay..?"

Senyum jenaka di wajah Leon dan tatapan hangatnya membuat Clara akhirnya menyunggingkan senyuman tipis dan menganggukkan kepalanya pelan.