7 TIGA KALI BERTEMU,...???"

"Tunggu!! apakah kamu mau secangkir teh hangat?" tawar Kasih melihat Abimanyu yang basah kuyup dengan bibir yang mulai membiru.

Abimanyu menghentikan motornya, tersenyum dan mengangguk.

"Kamu masuklah, aku mau buatkan teh dulu agar badanmu tidak kedinginan." ucap Kasih beranjak masuk ke dalam setelah melepas jas hujannya dan di serahkannya pada Abimanyu.

Abimanyu melipatnya dan menaruhnya kembali ke dalam jok motor.

Abimanyu berdiri di depan pintu dengan tubuh yang mulai kedinginan, hampir dua jam Abimanyu berhujan-hujan di atas motornya. Dan sekarang Abimanyu berada di luar menunggu teh hangat dari Kasih. Abimanyu tidak berani masuk karena takut lantai rumah Kasih akan menjadi basah. Bibir Abimanyu mulai bergetar, dengan sedikit mengibaskan kepalanya, Abimanyu mencoba menghalau rasa pusing yang mulai menyerangnya.

Kasih keluar dari dalam dengan membawa secangkir teh yang di padu dengan jahe. Namun Kasih tak menemukan Abimanyu di ruang tamu. Karin keluar dari ruang tamu, dan di lihatnya Abimanyu masih berdiri di depan pintu di luar teras, tubuh Abimanyu yang terlihat bergetar, dengan kedua tangannya yang bersendekap menghalau rasa dingin.

"Kok masih di luar, kenapa tidak masuk ke dalam?" tanya Kasih kaget.

"Nanti lantainya basah." jawab Abimanyu polos.

"Astaga!! lantai basah kan bisa di keringkan nanti. Ayo cepat masuk." Kasih menarik lengan Abimanyu masuk ke dalam ruang tamu. Abimanyu diam dan hanya bisa menurut.

"Duduklah di sini, minumlah teh mu, aku akan mengambil handuk di belakang." ucap Kasih lagi, tapi tangan hangat Abimanyu menahan lengannya.

"Jangan, tidak perlu, habis minum teh ini aku segera pulang." ucap Abimanyu sambil meminum teh jahe nya.

Rasa dingin yang di rasakannya tadi, mulai membuat tubuhnya menjadi sedikit demam.

Setelah mengucapkan terimakasih Abimanyu bangkit dari duduknya dengan kepalanya yang semakin pusing. Matanya berkunang-kunang, dengan menggapai pinggir pintu Abimanyu mencoba melangkah keluar. Namun kakinya terasa lemas untuk menopang tubuhnya hingga tubuh Abimanyu jatuh di teras Kasih. Kasih yang mendengar bunyi jatuh dengan keras, langsung keluar dari ruang tamu.

"Lohhh! kok bisa pingsan?" Kasih meraba kening Abimanyu dan menekan pergelangan urat nadi Abimanyu.

"Sepertinya dia demam." gumam Kasih.

Dengan sekuat tenaga Kasih memapah tubuh Abimanyu yang benar-benar berat dan membawa masuk ke dalam ruang tamu.

Di baringkannya tubuh Abimanyu di atas sofa panjang. Jiwa kedokteran Kasih kembali bekerja.

Dengan cepat Kasih ke dapur mengambil baskom , di isinya dengan air tawar,serta handuk kecil .Tak lupa Kasih pergi ke kamar Bryan kakak Kasih yang tinggal di luar negeri, mengambil kaos, celana pendek dan selimut dari dalam almarinya.

Setelah di rasa semuanya komplit Kasih kembali ke ruang tamu, kemudian melepas kemeja Abimanyu yang sedikit kering, tubuh Abimanyu yang semakin panas.

Terlihat dada sixpack Abimanyu, dengan ada bekas samar goresan luka di sana, namun bekas itu tak menutupi jika nemang dada dan perut Abimanyu memang sangatlah indah. Setelah di bersihkannya dengan air bersih, Kasih memakaikan kaos Bryan dengan sedikit kesulitan karena badan Abi memang agak berat.

Berlanjut untuk mengganti celana jeans Abimanyu, Kasih menyelimuti tubuh Abimanyu dari pinggang sampai kaki.

Dengan sedikit gugup jemari Kasih membuka kacing celana dan resleting Abimanyu, kemudian secara berlahan Kasih menarik ke bawah ujung celana Abimanyu sampai terlepas.

Celana pendek Bryan segera di pakaikannya dengan cepat. Abimanyu masih tertidur dari pingsannya.

Tubuhnya masih panas, Kasih mengompres berkali-kali kening ,leher serta daerah ketiak Abimanyu secara berulang-ulang.

Waktu sudah beranjak malam, namun Abimanyu masih tertidur dengan sedikit gelisah beberapa kali ada menggumam dengan suara yang tidak terlalu jelas.

Kasih duduk di kursi di samping Abimanyu. sedikit terkantuk-kantuk Kasih bertahan untuk menjaga Abimanyu, namun mata Kasih mulai terlelap dan tertidur bersandar di kursi. Berlahan mata Abimanyu terbuka, menatap ke sekeliling ruangan. Di lihatnya ada Kasih yang nampak tertidur dengan wajah terlihat lelah. Abimanyu baru sadar jika dia masih berada di rumah Kasih.

Dengan kepala yang sedikit berat Abimanyu duduk dan menyentuh pundak Kasih.

"Kasih, bangun." suara parau Abimanyu membangunkan Kasih yang setengah tidur.

"Enng...kamu sudah bangun?" jawab Kasih sambil mengucek matanya agar kantuknya hilang.

"Aku mau pulang, hari sudah malam." ucap Abimanyu bangun dari duduknya,

"DEG"

Abimanyu baru sadar jika baju yang di pakainya sudah berganti dengan kaos dan celana pendek.

Abimanyu menatap ragu ke wajah Kasih. Apakah Kasih yang menggantikannya.

"Duduklah dulu, kamu masih demam." sahut Kasih menarik tangan Abimanyu untuk duduk.

"Ennggh...apakah kamu yang mengganti bajuku?" tanya Abimanyu sedikit malu jika memang benar itu benar.

"Ya...aku yang menggantinya, kamu jangan kuatir aku sudah terbiasa menangani banyak pasien laki-laki." jelas Kasih.

"Kamu tidak melihat semuanya kan?" tanya Abimanyu dengan wajah makin merah.

"Ada tehnik yang aku punya cara mengganti baju pasien tanpa melihat. Hai... kamu tenang saja kenapa harus malu." ledek Kasih melihat wajah Abimanyu yang memerah menahan malu.

"Terima kasih kalau begitu." ucap Abimanyu sedikit tenang.

"Kasih, apa rumah ini tempat praktek kamu?" tanya Abimanyu dengan canggung.

"Bukan, ini rumah kak Bryan kakakku yang sekarang tinggal di luar negeri. Tapi seminggu sekali dia pulang, tempat praktekku di samping rumah ini hadiah dari kak Bryan. Aku punya tempat praktek juga di tempat-tempat tertentu dengan jadwal hari yang berbeda." jelas Kasih.

Hati Abimanyu semakin menciut, Kasih benar-benar anak orang kaya. punya banyak rumah dan tempat praktek di mana-mana. Sedangkan dia tak lebih dari pria malam dan pria jalanan.

"Oh ya siapa namamu? sedari kita bertemu aku tidak tahu namamu?" tanya Kasih.

"Namaku Abimanyu." jawab Abimanyu sedikit gugup dan minder setelah mengetahui sedikit kehidupan Kasih.

"Nama yang bagus." pelan suara Kasih.

"Kasih." panggil Abimanyu dengan ragu-ragu.

"Kamu masih ingat tidak, Aku pernah bilang, jika kita bertemu lagi tanpa kita sengaja, maka kita berjodoh, ini sudah tiga kali kita bertemu tanpa kita sengaja." Abimanyu menatap Kasih dalam-dalam.

Kasih mengkerutkan keningnya,

"Lalu? apa maksudmu dengan kita bertemu dan berjodoh? jodoh dalam hal apa?" tanya Kasih bingung.

Abimanyu tertawa pelan.

"Tidak ada maksud apa-apa , hanya bilang saja kalau orang tua dulu bilang kalau bertemu dengan orang yang sama sebanyak tiga kali tanpa ada kesengajaan, namanya jodoh. Tidak tahu juga jodoh seperti apa." cerita Abimanyu.

"Ohh...apa mungkin kita berjodoh ya." ucap Kasih sambil garuk-garuk kepala masih tak mengerti.

"Memang apa kamu mau, jika kita berjodoh?" tanya Abimanyu sedkit menelan salivanya.

"Lah? kamu tanya jodoh dalam apa?" tanya Kasih makin bingung .

"Sudahlah...lupakan." sahut Abimanyu cepat.

"Aku harus pulang sekarang, kamu pasti juga sudah capek." ucap abimanyu seraya bangun dari duduknya.

"Sudah larut malam, hati-hati nanti di jalan. Kamu belum sehat betul." perhatian Kasih membuat hati Abimanyu meleleh seketika.

"Ya...terima kasih telah merawatku. Aku yang berhutang padamu sekarang." senyum Abimanyu.

"Kita tetap impas, bukannya tadi kamu juga menolongku mengantar aku pulang." Kasih mengingatkan.

"Ya kita impas." sedikit berat Abimanyu meninggalkan Kasih.

"Masuklah dulu, setelah itu aku pulang. Oh ya, bajuku dan celanaku apa bisa aku bawa? sayang kalau nanti di buang." ucap Abimanyu mengingat bajunya yang cukup mahal untuk kerja malamnya.

"Siapa yang membuangnya? biar aku cuci besok, kamu bisa mengambilnya kapanpun kamu mau." ucap Kasih, sungguh membuat jantung Abimanyu semakin berdebar-debar.

"Baiklah, aku pulang dulu ya." ucap Abimanyu hendak beranjak pergi.

"Abi! sebentar!" Kasih berlari masuk ke dalam kemudian keluar lagi sambil membawa jaket. "Pakailah, di luar dingin." lanjut Kasih.

Abimanyu menerima jaket dengan tubuh terpaku, menatap Kasih dengan beribu-ribu perasaan yang tak Abimanyu mengerti.

Sejak kapan hatinya mulai berbunga-bunga menerima perhatian Kasih yang sangat sederhana tapi telah melelehkan hatinya yang telah lama dingin dan membeku.

"Ya...terima kasih." serasa keluh bibir Abimanyu untuk berkata.

"Kamu masuklah sekarang." ucap Abimanyu dengan hati berbunga-bunga.

Kasih menatap Abimanyu sekilas dan tersenyum, kemudian masuk ke dalam dan menutup pintu rumahnya.

Dengan perasaan dan hati yang begitu nyaman Abimanyu naik ke atas motornya , melajukan motornya membelah gelapnya malam.

"Shittt!!!!." tiba-tiba Abimanyu mengumpat di atas motornya, teringat janjinya dengan Linda, pasti Linda marah besar padanya, karena uang sudah di terimanya.

avataravatar
Next chapter