8 AMBISI LINDA

"Shittt!!!!." umpat Abimanyu di atas motornya, teringat janjinya dengan Linda, pasti Linda marah besar padanya, karena uang sudah di terimanya.

Di depan Club Bintang Sinar, segera Abimanyu menyamdarkan motornya ,di lihatnya waktu menunjukkan pukul 10 malam. Tanpa menemui Jonny dan Nico, Abimanyu naik ke atas dan menuju kamar Linda. Di ketuknya kamar Linda dengan sedikit keras. Nampak Linda dengan wajah gelapnya berdiri di ambang pintu.

"Kamu! kenapa baru datang? kenapa tidak stefi tak menjawab telponku?.apakah ini cara kerjamu yang kamu bilang profesional dan tepat waktu?" teriak Linda dengan beribu pertanyaan.

Wajahnya terlihat cantik namun menakutkan di mata Abimanyu, bener-bener membuat perut Abimanyu mual ingin muntah.

"Maaf tante, aku sakit tadi tante. Ini baru agak enakan setelah minum obat. Aku sudah bersusah payah ke sini demi tante, tapi apa yang ku dapat? hanya kemarahan tante." Abimanyu memasang wajah sedihnya. Hati Linda ketar ketir dan langsung meleleh mendengar cerita Abimanyu.

"Benarkah kamu sakit Abi? coba aku lihat?" Linda dengan cemasnya langsung memegang kening Abimanyu, yang memang terasa hangat.

"Aku deman tadi Tante, karena kehujanan setelah pulang bersama tante tadi." ucap Abimanyu dengan alasan yang tepat.

"Ya sudah...kamu masuk Bi, dan berbaring saja di kamar biar tante temani ya." ucap Linda masih dengan rasa cemasnya.

"Tapi tante, bukannya malam ini aku harus melayani tante dua kali." sahut Abimanyu di buat lemah.

"Ssssttt sudahlah jangan di pikirkan, istirahatlah. Tante senang bisa menemani kamu tidur selama empat jam. Pulanglah besok pagi ya? besok pagi tante akan memberimu uang tambahan." ucap Linda dengan wajah sumringah.

"Tapi tante, aku tidak bisa melayani tante. Apa tante tidak rugi nanti? aku jadi tidak enak tante." ucap Abimanyu dengan wajah sedih.

Linda memeluk Abimanyu dengan mesra.

"Tidak apa-apa, tidak ada rugi kalau buat kamu Abi. Ayo ke tempat tidur, kamu harus segera beristirahat." ajak Linda menuntun Abimanyu naik ke atas ranjang.

Abimanyu tidur di ranjang seraya menatap langit kamar, Linda berada di sampingnya dengan kepala bersandar di atas dadanya.

"Syukurlah bercinta sama tante linda bisa aku hindari, dan kemarahan tante linda sudah hilang." batin Abimanyu.

"Abi, kamu tidak tidur? ini sudah jam dua belas malam. Tidurlah kamu nanti tidak sembuh loh." ucap Linda penuh perhatian.

Abimanyu memejamkan matanya, mencoba untuk tidur. Namun pikirannya mengingat seseorang yang tadi sore merawatnya. "Kasih"

"Kenapa saat memikirkan Kasih, degup jantungku selalu berdetak dengan keras? Apakah jantungku ada kelainan?" ucap Abimanyu dalam hati, mengukir ingatannya saat mengantar Kasih pulang. Betapa lembut jari-jari Kasih saat menempel di pinggangnya. Serasa air hujan yang membasahinya menjadi kehangatan di tiap aliran darahnya.

"Apakah malam ini Kasih sudah tidur? apakah dia mengingatku?" beribu pertanyaan hilang timbul dalam pikiran Abimanyu.

Hingga waktu menjelang pagi, Abimanyu tak mampu memejamkan matanya. Perasaan rindu menyergap hati Abimanyu semalaman.

Linda masih tertidur pulas di samping Abimanyu.

Dengan mata yang lelah dan kantung hitam di bawah matanya, Abimanyu bangkit dari tidurnya dan segera ke kamar mandi membersihkan badannya.

Tanpa menngeluarkan suara Abimanyu sudah berpakaian rapi, walau tampak sekali di wajahnya masih terlihat pucat.

Linda terbangun dan menatap Abimanyu yang sudah berpakaian rapi, rambutnya yang basah menambah ketampanan dan seksinya seorang Abimanyu.

"Kamu tidak akan pergi kan Bi?" tanya Linda seraya turun dari tempat tidurnya dan memeluk pinggang Abimanyu dengan mesra.

"Aku harus pergi tante. Aku harus bekerja." ucap Abimanyu selalu kesal jika Linda mulai merayu seperti seorang wanita murahan.

"Abi, kenapa kamu tidak kerja di tempat ku saja. Aku akan memberikan posisi bagus untukmu. Bagaimana?" bujuk Linda, keinginannya untuk memiliki Abimanyu sangat begitu besar.

"Aku tidak mau kerja terikat Tante, aku suka pekerjaan yang bebas." sahut Abimanyu.

"Kamu tidak perlu terikat, kamu bisa masuk kapan saja." Linda masih berusaha membujuk Abimanyu.

"Maaf Tante, aku masih belum tertarik." jawab Abimanyu mulai sedikit kesal.

"Baiklah, tidak usah cemberut sperti itu. Oh ya, ini uang yang tante janjikan." ucap Linda sambil mengambil uang dari dalam tasnya yang beramplop coklat.

"Ini uang lelahmu, kamu harus janji ya Bi?jangan dekat-dekat yang lain selain sama tante." ucap Linda dengan wajah serius.

Abimanyu tanpa mengiyahkan, menerima langsung uang yang di berikan Linda.

"Aku pulang dulu ya Tante." pamit Abimanyu, langsung keluar dengan hati yang gembira ,karena ada seamplop uang berada di tangan.

Di jalanan yang masih sepi, Abimanyu menjalankan motornya dengan kecepatan pelan. Sambil bernyanyi dan bersiul itu yang di lakukan dalam perjalanan.

Sekilas, Abimanyu teringat Kasih. Semalaman Abimanyu tidak bisa tidur hanya karena memikirkan Kasih.

Tanpa sadar motor Abimanyu melaju ke tempat Kasih yang praktek di rumahnya sendiri, bukan di rumah kakaknya.

Abimanyu menghentikan motornya di pinggir jalan tepat di depan tempat praktek Kasih. Dari tempatnya berhenti Abimanyu bisa melihat pintu tempat praktek Kasih terbuka lebar, terlihat beberapa orang yang antri di kursi-kursi yang berjejer teras.

Tanpa bosan Abimanyu masih duduk di atas motornya, fokus melihat pintu yang terbuka, berharap Kasih keluar dari pintu itu.

Hampir dua jam Abimanyu menunggu keberuntungannya, dan akhirnya nasib baik perpihak pada Abimanyu. Tampak wajah imut Kasih muncul dari pintu dan berbincang dengan beberapa pasien. Senyum dan tawa Kasih yang terlihat cantik di sela bibir indah Kasih. Hati Abimanyu berdesir.

Sungguh tak pernah menyangka Abimanyu yang selama bertahun-tahun terbiasa hidup sendiri tanpa kasih dan cinta, kini merasakan sesuatu yang indah. Perasaan yang selama tidak pernah Abimanyu rasakan.

"Abi? kamu kenapa di sini?" tegur Kasih tiba-tiba sudah berada di depannya. Abimanyu tersentak, hatinya kebat-kebit malu karena ketahuan.

"Ehh... Anuuu, Aku mau cek kesehatan." jawab Abimanyu dengan gugup.

"Kenapa tidak masuk? masuklah dan ambil nomor antrian." ucap Kasih yang kebetulan mengantar pasien tua untuk mencarikan taxi.

Dengan wajah merah menahan malu, Abimanyu memasukkan motornya ke tempat parkir halaman rumah Kasih.

"Nah Bi, ambillah nomor antrian di mbk Ani. Nanti kamu bisa cek kesehatanmu jika sudah di panggil." jelas Kasih kemudian masuk kembali ke ruangannya untuk memeriksa pasien yang lain.

Tiba giliran terakhir, Abimanyu masuk ke dalam ruangan Kasih. Dengan memakai baju kebesarannya sebagai dokter, Kasih sangat terlihat anggun dan cantik. Namun tetap tak menghilangkan wajah dan penampilan sederhananya.

"Abi, sekarang apa keluhanmu?" tanya Kasih menatap Abimanyu yang terlihat gugup.

"Emm...dadaku terkadang berdebar-debar, jantungku berdegup kencang. Dan itu pasti terjadi saat aku dekat dengannya. Apakah jantungku bermasalah?" Ucap Abimanyu dengan tatapan serius.

avataravatar
Next chapter