27 APA SALAHNYA SEDIKIT MEMANFAATKAN JABATAN?

Yudha selalu berada disamping Gina. Dia selalu menemaninya dan tidak meninggalkannya. Dia hanya pergi ke kantor jika ada masalah yang penting. Selebihnya dia habiskan dengan bekerja disamping Gina.

"Yudha, apa kamu tidak pergi bekerja?" tanya Gina yang tengah dalam posisi duduk melihat sang suami yang duduk disofa dengan sebuah keptop dihadapannya

"Ini aku sedang bekerja sayang"

Yudha sejenak mengalihkan pandangannya dari laptop dan tersenyum dengan begitu lembut

"Apa kamu membutuhkan sesuatu?"

"Tidak ada"

Gina menjawab dengan menggelengkan kepala kemudian menunduk

"Hanya saja, kamu tidak pergi ke kantor dan terus menemaniku disini. Aku khawatir kalau…."

Sebelum Gina selesai dengan kalimatnya, Yudha menyela dan berjalan ke arah Gina lalu duduk di sebelahnya

"Berhentilah memikirkan hal yang tidak - tidak. Aku pasti akan selalu berada disampingmu. Karena sekarang kamu istriku. Terlebih lagi, sekarang kamu sedang sakit. Tidak mungkin bagiku untuk pergi meninggakan mu meskipun sebentar. Lagipula, itu adalah perusahaan keluargaku sendiri tidak akan ada yang berani membuat masalah, apa salahnya sedikit memanfaatkan jabatan"

Yudha berkata dengan lembut dan disertai senyum dan kedua alis yang mengangkat bersamaan

"Cih, sok berkuasa"

Gina berdecih sambil tersenyum

"Oh iya, tuan. Kapan aku boleh keluar dari rumah sakit? Aku sudah tidak nyaman berada disini. Dan aku rindu rumah" tanya Gina sambil menatap Yudha

"Entahlah. Nanti akan ku minta Hendri menanyakannya pada dokter. Tapi, apa kamu hanya merindukan rumah saja?"

"Memang apa lagi yang harus aku rindukan? Apa pekerjaan yang kamu berikan padaku?"

Kening Gina bekerut dengan kepala yang sedikit dimiringkan saat dia bertanya pada Yudha

"Entahlah, mungkin suamimu yang tampan ini?" goda Yudha dengan senyum

"Tuan, aku tidak tahu kalau ternyata direktur yang dibicarakan orang sebagai pebisnis berdarah dingin, ternyata adalah pria yang sangat narsis?"

"Tidak apa. Karena aku hanya seperti ini kepadamu saja" Yudha menjawab dengan penuh kesombongan

Hendri yang tak sengaja melihat interaksi pasangan suami istri itu juga cukup terkejut

"Ternyata, tuan Yudha yang sekarang bersama nyonya Gina terlihat sangat murah senyum dan ramah. Berbeda dengan tuan Yudha yang sedang berbisnis. Mode kejam dan dinginnya akan langsung On"

Tok tok tok

"Permisi tuan, bolehkah saya masuk?" tanya Hendri yang masih berdiri di ambang pintu

"Kamu sudah membuka pintunya untuk apa hanya berdiri disitu saja?" kata Yudha dengan acuh tak acuh

"Maafkan saya tuan"

"Sudahlah, lupakan. Tolong panggilkan dokter kemari"

"Baik tuan. Akan saya panggilkan"

Hendri membalikkan badan dan keluar untuk memanggil dokter. Tak berselang lama, dia kembali bersama seorang dokter dan suster yang mengikutinya dari belakang

"Permisi tuan, dokter telah disini" kata Hendri sopan

"Permisi, biar saya periksa terlebih dahulu"

Yudha menganggukkan kepala dan bergeser agar dokter dapat memeriksa keadaan Gina

"Keadaannya sudah mulai membaik, luka di bahu anda sudah mulai kering tapi masih tidak boleh terkena air, dan kaki anda sudah mulai pulih hanya saja jangan menggunakan kaki anda secara berlebihan. Anda tidak boleh berlari atau lompat, juga jangan menggunakan high heels sampai kaki anda benar - benar pulih"

Gina dan Yudha memperhatikan perkataan dokter dengan seksama.

"Terimakasih dokter, saya pasti memastikan apa yang dokter katakan tadi. Jadi, kapan istri saya boleh keluar dari ruamh sakit?" kata Yudha dengan penuh wibawa

"Besok pasien sudah boleh keluat dari rumah sakit. Tapi anda harus benar - benar memastikan apa yang tidak boleh dia lakukan!"

"Pasti, dokter. Terimakasih!"

"Kalau begitu saya permisi. Selamat siang!"

"Ya dok. Selamat siang"

Dokter dan suster meninggalkan ruangan setelah Gina dan Yuhda menganggukkan kepala.

"Kamu sudah dengar kan, apa yang telah dikatakan dokter? Jadi jika kamu ingin keluar dari sini maka kamu harus mengikuti perkataannya"

"Iya, aku mengerti. Aku bukanlah anak kecil yang akan membangkang" Gina berkata dengan wajah cemberut

Sementara Gina dan Yudha sedang bersiap untuk keluar dari rumah sakit, keluarga Riko dan Siska sedang mengadakan makan siang untuk membahas pertunangan mereka berdua

"Kalian harus segera bertunangan, sudah terlalu lama kalian berpacaran apa kalian tidak mau hubungan kalian berjalan ke arah yang lebih serius?" kata Arin kepada Riko dan Siska

"Aku terserah Siska saja, karena sebagai model dan juga manajer di perusahaan Atmaja Siska pasti kesulitan membagi waktunya" jawab Riko dengan sesekali menoleh pada Siska

"Selama ini aku memang sibuk, tapi aku sudah membatasi tawaran untuk modeling. Jadi aku tidak terlalu sibuk" jawab Siska dengan lembut

"Kalau begitu kita akan mengadakan pertunangan kalian dalam waktu dekat" kata Ayah Riko menimpali

"Baiklah kami setuju. Kalian bisa mengatur pertunangan kami secepatnya!"

"Kalian berdua tenang saja. Kami akan mengatur semuanya dengan baik!" kata Riska dengan bangga

"Ehm, apa boleh aku mengundang kak Gina ke acara pertunangan kami nanti?" Siska bertanya dengan sedikit ragu - ragu.

Semua orang terdiam karena pertanyaan Siska

"Untuk apa kamu mengundangnya?" tanya Budi dengan wajah yang penuh amarah

"Ayah, dia tetap kakakku. Meskipun hubungan kami tidak baik, walau bagaimana pun aku selalu menganggap kak Gina seperti kakakku sendiri" Siska berusaha meyakinkan Budi

"Kamu memang anak yang baik. Tidak salah jika Riko lebih memilihmu daripada Gina"

Ibu Riko tersenyum lembut penuh kebanggaan kepada calon menantunya itu

"Terimakasih tante, tapi aku memang tulus sayang pada kak Gina, tidak peduli seperti apa dia"

Siska tersenyum penuh kepolosan. Dua keluarga itu terus berbincang dan menetapkan tanggal pertunangan

avataravatar
Next chapter