"Memangnya, Pak Bramantio punya anak gadis, Pah?" Bu Yeni kembali bertanya.
"Punya, Mah. Nanti di acara ulang tahun, Mamah. Bliau akan datang membawa putrinya."
Seketika Sabrina menurunkan tatapannya. Mulai merasa lega. Ternyata itu bukan ayahnya. Karena anak gadis Bramantio hanya satu lagi, yakni Sabrina. Jangankan untuk dibawa ayahnya, bertemu pun belum sempat selepas keluar dari tahanan. Sungguh menyakitkan jika mengingat hal itu kembali. Sepasang manik terlihat berkaca-kaca, seketika ia merasakan rindu yang teramat dalam pada ayahnya. Bagaimana kabarnya sekarang? Ia beranjak dari tempat duduknya setelah tugas sore ini ia selesaikan. Berjalan kaki dengan sesekali mengusap pelan pipinya yang lembab. Tak terasa bulir bening itu menetes di pipi.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com