27 Kunjungan tak terduga

Pagi yang cerah ini adalah hari terakhir ujian akhir semester genap bagi Farani. Itu tandanya, tepat setahun dia menjadi mahasiswi.

"Nggak kerasa ya, ujian udah kelar hari ini." ucap Tika, menikmati masa-masa sebelum liburan.

"Iya ya. Kita bakal punya adik tingkat nantinya."

"Hahoy, nggak dianggap kecil lagi sama kakak tingkat." Farani ikut menimbrung.

"Yuk nanti kita karaoke. Melepas penat gitu."

Ide spontan Tika langsung disambut positif oleh teman-temannya yang lain.

"Ikut kan Fa?" tanya Amel kepada Farani.

"Jelas dong. Kapan lagi bisa having fun bareng?"

Sebenarnya hari ini Farani memiliki janji dengan Sita. Mereka berencana akan menonton film yang baru saja dirilis. Dan kebetulan, keduanya menyukai film tersebut. Tapi acara nonton itu masih nanti sore, menunggu Sita selesai bekerja.

Sebelum pergi karaoke, Farani mengirimkan pesan kepada Bunda dan Ayahnya. Dia tidak ingin mengulang kesalahannya dulu, pulang larut malam dan membuat kedua orangtuanya khawatir. Tak lupa, Farani memberi tahu kepada Sita juga.

Ijin sudah dikantongi. Berangkatlah mereka, empat gadis menuju karaoke keluarga yang terjangkau.

Setelah memilih beberapa lagu, Farani dan kawan-kawan bernyanyi sepuasnya. Sampai tenggorokan mereka sakit. Jarang-jawang mereka meluapkan kegembiraan bersama, terlebih Farani yang susah untuk diajak keluar.

"ja chigeum shijakhae jogeumsshik tteukeop ke

u duryeowohajima

gwelchyeo nunape jeo taeyangi kileul bichwo

u jeoldae meomchujima

Maria Ave Maria

jeo hwin gureum kkeutddaji nala

Maria Ave Maria

keochin pado ttawin sanggwan eopji

ki jeokeun ireohke nae nunipe gwelcheoisseo

u jeoldae meomchujima

Maria Ave Maria

jeo hwin kureum kkeut ttaji nala

Maria Ave Maria

keochin pado ttahwin sang gwan eopsji

(Maria)

meomchwobeorin shimjangjeoncheka

keotjapeut su eopshi ttwieowa

Maria Ave Maria

cheo hwim kureum kkeutkkaji nala

Maria Ave Maria

keochin pado ttahwin sang gwan eopji

Maria Ave Maria

cheo hwim kureum kkeutkkaji nala

Maria Ave Maria

keochin pado ttahwin sang gwan eopji"

Lagu yang sangat disukai oleh Tika bergema. Setiap karaoke, Tika akan menyanyikan lagu soundtrack film 200 Pounds Beauty. Entah mengapa itu menjadi lagu favorit Tika. Padahal itu film lama, yang mungkin tidak ada teman sebayanya yang tahu. Tapi bagi Tika yang koreanfreak, itu harus diketahui.

"Hadeh, tenggorokan gue rasanya kering banget." Setelah menyanyikan lagi, Tika duduk bersandar di sofa sambil menenggak minuman sodanya.

"Ayo Fa, giliran lo nyanyi nih."

Penuh percaya diri, Farani memegang mic. Lagu James Arthur mulai menggema di ruangan.

"Hmm

I remember years ago

Someone told me I should take

Caution when it comes to love, I did

And you were strong and I was not

My illusion, my mistake

I was careless, I forgot, I did

And now

When all is done, there is nothing to say

You have gone and so effortlessly

You have won, you can go ahead tell them

Tell them all I know now

Shout it from the roof tops

Write it on the sky line

All we had is gone now

Tell them I was happy

And my heart is broken

All my scars are open

Tell them what I hoped would be impossible,

Impossible

Impossible

Impossible

Falling out of love is hard

Falling for betrayal is worse

Broken trust and broken hearts

I know, I know

And thinking all you need is there

Building faith on love and words

Empty promises will wear

I know

I know and now

When all…"

"Whoaa, Fa, harusnya lo jadi penyanyi aja." Pujian tulus Tika membuat Farani tersanjung.

"Kalo gue jadi penyanyi terkenal, gue nggak bakal temanan sama lo semua."

"Iya juga ya. Mungkin Farani bakal jadi sombong gitu modelannya." Sambung Sasha.

Setelah menyanyikan beberapa lagu, keempat gadis itu beristirahat.

Pesan dari Sita menyadarkan Farani bahwa waktu mereka untuk berkaraoke sudah habis. Dan ternyata Sita juga sudah menunggu Farani di depan gedung karaoke.

"Girls, gue duluan ya. Pangeran udah jemput nih." Kata Farani sambil mengemasi barangnya.

"Pangeran bermobil putih?" goda Amel.

"Kita juga udahan yuk, laper nih."

Keempatnya lalu berbarengan keluar. Sesampainya di depan pintu, semua mata tertuju pada sosok yang berdiri di depan mobil berwarna putih itu. Sosoknya yang jangkung mengenakan celana kerja slim fit berwarna abu-abu dan kemeja putih yang digulung bagian lengannya. Sepatu pantofel hitam menambah kesan 'cowo keren' yang harus disematkan untuk pria itu.

"Oh Tuhan, sisakan 1 cowo kaya gitu untuk hambamu ini." Spontan Sasha berkata, penuh dengan harapan.

Mengamati siapa yang sedang membius teman-temannya, Farani berjalan ke depan. Ternyata itu Sita. Meski hampir setahun menjalin asmara dengan Sita, Farani belum dan tidak bisa terbiasa dengan tatapan para wanita ketika melihat sosok yang mengagumkan itu.

"Duluan ya."kata Farani mendahului mereka.

"Emang lo udah dijemput Fa?" tanya Tika tanpa mengalihkan padangan dari Sita.

Dengan mantap Farani menganggukkan kepala. Berjalan kearah yang sedang dikagumi oleh teman-temannya. Ketiga teman Farani sedikit kaget saat dengan manjanya Farani menyapa lelaki di mobil itu.

"Ngapain jemput? Kan kita bisa ketemuan di bioskop aja." Ucap Farani begitu berdiri di dekat Sita. "Oh iya, lo kayanya punya fanas baru deh."

Mengikuti arah pandangan Farani, Sita hanya bisa tersenyum. Sita memang menyadari dirinya memiliki paras yang tampan.

"Ayo gue kenalin ke temen-temen gue." Sambil menggandeng tangan Sita, Farani menghampiri teman-temannya. "Girls, kenalin ini pacar gue, Sita."

Tika, Sasha dan Amel langsung melongo. Tidak percaya bahwa sosok indah yang sedari tadi mereka bicarakan adalah pacar sahabat mereka.

"Sorry Fa, we don't know if he is you boyfriend" ucap Sasha penuh penyesalan.

"It's okay, gue juga baru kali ini kenalin ke kalian." Farani memahami apa yang dipikirkan teman-temannya.

Karena intensitas pertemuan Sita dan Farani yang tidak terlalu sering, mereka jadi jarang meluangkan waktu bersama untuk sekedar hang out bersama. Sahabat Farani mengetahui kalau Farani sudah memiliki kekasih, tapi mereka juga belum tahu siapa yang beruntung menjadi pacar Farani itu.

"Ini Tika, Amel dan Sasha." Jelas Farani sambil memperkenalkan teman-temannya kepada Sita.

Sama seperti biasanya, Sita hanya menganggukkan kepalanya kepada mereka bertiga. Tanpa senyum dan tanpa suara yang keluar.

"Kalo gitu, kita duluan ya."

"Oke Fa, hati-hati di jalan."

Sepeninggalan Farani, Tika, Amel dan Sasha berjalan menuju mobil Sasha. Mereka masih tidak percaya bahwa sosok yang sempurna itu adalah kekasih sahabatnya.

"Gimana ya cara Farani bisa dapet laki kek gitu? Apa gue harus minta tips and trick ke Farani ya?" Sasha masih belum mempercaya pengelihatannya itu.

Menurut Sasha, Farani bukan gadis yang pintar ataupun cantik. Maksudnya, dibandingkan dengan dirinya, Faran jelas tidak secantik Sasha, tapi Farani bisa mendapatkan pacar yang begitu sempurna tanpa cela. Tampang, tinggi, kaya dan memiliki badan yang bagus.

"Sha, sadar woy." Tika menggoyang kepala Sasha, berusaha membuat temannya itu berpikir waras.

"Serius, dibandingkan Farani, gue jelas lebih cantik kan?"

Mau tak mau, Tika dan Amel menyetujui pemikiran Sasha. Apalagi Sasha memiliki gen bule dalam darahnya.

"Tapi Sha, cantik aja nggak perlu. Mungkin ada sesuatu yang membuat Sita lebih tertarik ke Farani selain kecantikan." Amel berusaha bersikap netral.

*

"Gue yakin, temen-temen lo sekarang lagi bahas lo."

"Bahas apaan?" dengan penasaran, Farani bertanya.

"Soal lo yang jadi pacar gue."

OMG! Sita terkadang bisa menjadi manusia yang paling overconfidence.

"Kita pulang aja gimana? Kayanya lo sakit banget." Goda Farani. Jelas Farani tidak akan membiarkan kekasihnya bersikap berlebihan seperti itu. Itu bukan Sita banget.

Sebuah lirikan tajam menghujani Farani.

avataravatar
Next chapter