webnovel

Cinta ini tumbuh demi kalian.

" Pergilah. Sebab aku tak pernah memaksamu untuk tetap di sisiku." Kata Lita sambil menunduk dan menyeka air matanya yang jatuh bebas. "Baik, jika itu maumu. Kamu pikir siapa kamu bisa berkata seperti itu kepadaku hah!" Bentak Robby sambil meremas jasnya yang sedang di genggamnya. "Susah payah aku datang kesini, hanya untuk mendengar penilaian sepihakmu ini?" "Bersenang senanglah dengan opinimu sendiri!" Kata Robby dengan nada marah lalu pergi keluar kamar rawat. Pertengkaran itu selalu terjadi, Lita sudah tidak tau lagi apa yang harus di lakukannya untuk saat ini. Semua hanya demi ibunya demi menyambung nyawa ibunya hingga kita rela melakukan semua kepalsuan dalam pernikahan yang tak pernah diharapkan. Lita hanya bisa terbaring lemah dan menangis pilu seorang diri. Nafasnya mulai tersengal menahan kesedihan mana kala dia mengingat statusnya sebagai istri sah Robby Alfiansyah. Robby seorang CEO kaya dan ketampanan yang paripurna. Sedang Lita hanya gadis biasa yang hidup serba pas Pasan. Tidak ada yang istimewa dari dalam diri Lita Kartika. Lita hanyalah anak yatim yang hanya hidup bersama dengan sang ibu yang sekarang sudah sering sakit sakitan. Tak pernah merasakan kasih sayang seorang Ayah, membuat Lita membulatkan tekad untuk bertahan sekuat mungkin hingga nafas terakhir demi keutuhan rumah tangganya demi kebahagiaan putra putri kembarnya.

mei_30 · Teen
Not enough ratings
46 Chs

45. shooting 2

" hari ini kita syuting bersama kan?" kata Lita dengan mata yang berbinar-binar sambil merangkul lengan kakek Agus.

"Iya memangnya kenapa?" jawab kak aku sekaligus bertanya kembali.

"tidak aku hanya sangat rindu kepada kakek beberapa hari kita tidak bertemu kan?" jawab Lita sambil tersenyum manis.

"iya iya ini untukmu masakanmu sungguh enak sekali!" kata kakek aku sambil memberikan amplop coklat dan menyodorkannya dihadapan Lita.

"apa ini kek?" tanya Lita dengan penasaran.

Kakak Agus diam tidak menjawab tetapi matanya menatap Lita serius dengan senyum hangatnya.

"tempe orek! ya dibuka dong ah gitu aja tanya terus." kata Robbi ketus.

"galaknya!" gumam Lita sambil membuka bungkusan amplop coklat itu.

"kenapa kakek kasih aku uang?"tanya Lita dengan wajah polosnya yang tidak mengerti akan maksud kakek Agus.

"karena kamu sudah menghidangkan masakan yang enak Lita!" kata Robby dengan gemasnya sambil menusukkan garpu ke tahu goreng yang ada di piringnya.

"oh jadi begitu?" jawab Lita sambil mengangguk-angguk dan menerima amplop coklat itu dengan senang hati.

"Terima kasih ya kek, aku akan menggunakan uang ini dengan sebaik mungkin." kata Lita dengan tersenyum puas.

"Iya terserah mau kamu pakai apa uang itu. itu sudah menjadi hakmu Lita." jawab kakek Agus sambil menatap serius Lita.

"ngomong-ngomong proyek kalian sudah sukses?" tanya kakek Agus dengan tiba-tiba.

"proyek apa kek?" tanya Lita dengan wajah polosnya.

"jangan banyak berharap dulu kek, kita saat ini masih banyak pekerjaan." jawab Robby tanpa menjelaskan proyek apa kepada Lita.

"proyek apa sih mas?" tanya Lita lagi kepada Robby.

" proyek seperti tadi pagi yang gagal!" jawab Robby dengan kesal.

"OOO.....!!" seru Leo tiba-tiba sambil tertawa.

sementara kakek mengangguk-angguk sambil menahan tawa geli di wajahnya.

"puas kalian semua?" seru Robby sambil melahap tahu yang ada di garpunya.

kru mulai datang karena sudah menunjukkan pukul 11 pagi. pengambilan gambar telah dimulai. keduanya sudah terlihat cukup lumayan dibandingkan dengan hari kemarin. bertambah lagi dengan figur kakek aku sebagai tamu hari ini.

namun ada sesi di mana sesi wawancara yang sama seperti kemarin menunjukkan tingkat kekompakan antar pasangan. Lita dan Robin nampak canggung ketika sesi wawancara itu telah berlangsung.

yang mereka takutkan benar-benar terjadi dimana sesi wawancara itu kembali mempertanyakan tentang minuman favorit yang sering mereka buat bersama. Lita dan Robby saling melempar pandangan aneh seperti berbicara melalui tatapan mata.

keduanya masih belum mengerti tentang minuman favorit masing-masing. ketika Dimas mulai bertanya

"minuman apa yang sering diminum oleh pasangan kalian di pagi hari"

Lita menjawab dengan segera dan antusias, dirinya benar-benar yakin akan jawabannya. Karena dia sudah terbiasa membuatkan kopi untuk suaminya di pagi hari.

"kopi." jawab Lita sambil mengacungkan jari tangannya.

"susu." jawab Robi dengan singkat dengan tatapan mata seperti tidak yakin.

Candi mas mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat kedua minuman yang telah disebutkan tadi. kini keduanya membuat minuman itu secara bersama untuk dihidangkan kepada pasangannya lagi.

dengan santai dan nikmat mereka saling meminum minuman itu tanpa ada keluhan apapun.

semuanya berjalan dengan lancar hingga acara syuting selesai. Lita dan Robi kemudian bergegas saling membantu untuk membereskan ruang tamu. terlihat sesekali kita mulai menggaruk-garuk lehernya. Robi yang awalnya tidak memperhatikan itu tapi lama-lama terlihat sangat jelas ruam-ruam merah di wajah istrinya.

"ta muka kamu kenapa semuanya merah-merah seperti itu?" tanya Robi sambil menangkup wajah Lita dan memperhatikannya dengan seksama.

"gatel sih mas Tapi nggak tahu kenapa ya?"jawab Lita dengan santainya.

hingga saat mengepel lantai pun Lita mulai menggaruk-garuk punggung dan perutnya. Robby menjadi risih sendiri melihat tingkah laku istrinya. kemudian Robby mulai mengambil alih semua pekerjaan yang sedang lita lakukan.

"apa kamu punya alergi?" tanya Robby sambil mengelap meja.

"Iya sih mas aku alergi susu dari kecil." jawab Lita dengan senyum simpul di bibirnya.

sejenak Robby terdiam dan berhenti mengelap meja. Robby mulai berbalik badan dan melihat Lita yang duduk di sofa sambil menggaruk-garuk sekujur tubuhnya.

"tapi tadi kenapa kamu minum susu buatanku?" tanya Robby yang kini ikut duduk disebelah Lita.

"aku tidak enak mas menolak apa yang sudah kamu buat, jika Aku menolaknya tadi kamu pasti akan merasa malu." kata Lita sambil terus menggaruk tubuhnya yang gatal.

Robby seperti merasa menyesal dan bersalah dengan apa yang sudah dia lakukan. tak perlu lama-lama Robbie mulai menekan benda pipih kesayangannya. dia mulai menghubungi dokter Erza untuk segera datang memeriksa keadaan Lita.

" aku tidak apa-apa mas sedikit istirahat saja sudah bisa pulih lagi." kata Lita yang mencoba menenangkan Robby yang saat ini mulai terlihat panik.

"tapi ini merah-merah seperti ini loh pasti sangat gatal." kata Robby sambil melihat wajah Lita dan meraba-rabanya.

"Iya sih mas ini sangat gatal bahkan sampai ke telapak tangan dan kaki." jawab Lita sambil meringis dan menggaruk-garuk tangannya.

"sudah jangan digaruk lagi. kita tunggu dokter Erzaza sebentar lagi dia sampai."

"maaf ya sayang karena kebodohanku kamu jadi seperti ini." kata Robbi sambil mengusap-usap lengan Lita yang gatal.

"apa? suamiku nggak bodoh kok dia pintar, hanya aku saja yang belum sempat mengatakan jika aku alergi susu." jawab Lita dengan tersenyum manis.

tiba-tiba Robi memeluk kita dengan erat dan mencium pipi Lita berkali-kali sambil mengucap kata maaf. Nita tertawa geli menerima perlakuan suaminya yang sangat manja seperti itu.

dokter Mirza datang setelah menerima panggilan berjarak sekitar 1 jam.

"kenapa kamu Lita ?"dokter Erza sambil mulai membuka koper nya.

"jelas sakit lah Za. kalau enggak ngapain aku repot-repot manggil kamu ke sini?" kata Robbi dengan kesal.

"Iya tahu. Tapi maksudnya apa yang dia rasain gitu loh!" balas Erza dengan nada yang sedikit tinggi.

"kan bisa lihat itu merah-merah pasti gatal lah!" celetuk Robby dengan nada yang juga ikut tinggi.

"sabar! Iya gatal terus apa, tadi kamu habis makan apa?" Tanya dokter Elsa yang kini sudah tidak mau meladeni Robby lagi.

belum sempat Lita menjawab ropi sudah menyambar lagi pertanyaan dari dokter Erza.

"susu! tadi setelah minum susu dia jadi seperti ini" jawab Robby cepat.

"oh kamu punya alergi susu?" Tanya dokter Erzaza lagi.

Lita mengangguk perlahan.

"ya jelas lah kan tadi aku udah bilang dia habis minum susu langsung kayak gini berarti dia alergi susu dong!" seru Robi yang ikut menyambar lagi jawaban Lita.

"nih by! kamu aja yang jadi dokternya. tulis sendiri resepnya!" seru dokter Erza yang kesal karena jawaban Robby yang terkesan membuat dokter Reza terlihat bodoh.

"ih apaan enggak-enggak!" jawab Robi sambil menyilangkan tangannya.

"gitu doang ngambek!" sambung Robby sambil mengerucutkan bibirnya.

sementara Lita hanya mampu tersenyum melihat kelakuan suaminya yang terkesan sedikit protektif.

"makanya kamu diem aku komunikasi dengan pasien bukan dengan kamu!"ketus Erza yang sangat kesal terhadap Robby.

"itu tuh menangnya dokter, setiap ada pasien yang diperiksa eh malah pasien yang ditanya. ibu sakit apa? kalau si ibu itu udah tahu dia sakit apa. kenapa dia harus repot-repot cari tahu sakitnya sama dokter. kan aneh!" kata Robby dengan santainya.

"serahmu lah bi! banyak omong lagi aku suntik juga kamu ini!"ancam dokter Erza dengan mengambil alat suntik.

"nggak nggak nggak bercanda doang jangan serius!" jawab Robby cepat sambil menggelengkan kepalanya.

"mau disuntik atau gimana Ta, atau obat aja?" Tanya dokter Erza kepada Lita.

"suntik juga boleh dong biar cepet sembuh." kata Lita dengan tenang.

"apa suntik?" kata Robby terkejut.

tiba saat di mana Little mendapat suntikan dari Erza. Robi dengan segera menutup kedua matanya dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

selesai menyuntik Lita dengan jahilnya Erza mencolek pinggang Robby. Robby yang terkejut sontak berteriak histeris dan meloncat dari sofa. Lita dan Irza tertawa puas melihat tingkah laku Robi yang seperti anak kecil itu.

"mas yang disuntikkan aku kenapa kamu yang teriak-teriak?" tanya Lita kepada Robi yang berdiri sambil mengusap-usap dadanya karena kaget.

"ini ini resep obat nya silakan tebus di apotek ya aku masih ada banyak pasien yang menunggu." kata dokter Erza sambil menyodorkan secarik kertas resep obat.