" bisakah kau mendengarkan tanpa membantah ataupun marah kepadaku?" kata Dewi sebelum memulai ceritanya.
"ceritakan! Aku ingin mendengarnya." jawab Rio dengan perlahan disertai anggukan kecil.
"jadi waktu itu setelah malam perpisahan itu. saat kamu mulai mempersiapkan semua keperluan untuk beasiswa mu Dan aku pun juga sudah mempersiapkan diri untuk melanjutkan pendidikan ku. tapi semuanya berubah ah Aku tidak menyangka jika hanya dengan sekali melakukannya akan langsung membuahkan hasil."
"3 bulan setelah keberangkatanmu aku mulai merasakan keanehan di tubuhku. tadinya aku pikir itu hanya kelelahan karena ospek dan kegiatan baruku tapi ternyata tidak. di rahimku ada dia dan aku bingung aku harus mengambil tindakan seperti apa." kata Dewi sambil terus mengusap air matanya.
" Lalu kenapa hidupmu sekarang sampai seperti ini? kenapa kau tidak berusaha mencariku atau memberitahuku?" tanya Rio dengan tatapan tajamnya.
"Rio aku tahu bagaimana Kau ingin menggapai mimpimu bagaimana kerasnya usahamu. dan beasiswa itu semuanya datang bukan karena percuma Tapi semua itu merupakan hasil dari jerih payahmu."
"awalnya aku menyembunyikan kandunganku tapi kasih sayangku lebih besar daripada egoku. saat aku memberitahu kepada Mami jika aku hamil dia ingin aku segera menggugurkan kandunganku. tapi aku bersikeras menolaknya tamparan pukulan cacian makian semua aku terima. Tapi tidak untuk melenyapkan nyawa bayiku ini."
Rio mengusap-usap wajahnya kasar saat mendengar cerita Dewi. masa-masa itu sangat sulit dilalui untuk Dewi. Rio sama sekali tak mampu membayangkan jika saat itu wanita yang dicintainya, harus melewati masa terberat dalam hidupnya seorang diri.
Rio mengangguk-angguk sambil mengusap kasar wajahnya.
"lalu perlahan Papa juga mau mulai mengetahui jika aku hamil. dia mengusirku dan mencoret namaku dari daftar warisan yang dimilikinya. aku rela asalkan tidak ada yang menyentuh ataupun mengganggu keselamatan bayi ku ini." kata Dewi sambil menunduk dan meremas rok panjang yang dikenakannya.
"aku hanya berharap kamu bisa hidup bahagia dan melupakanku." kata Dewi mengakhiri ceritanya.
"melupakanmu tidak akan bisa!" seru Rio yang kini mulai mengangkat wajahnya dan menatap lekat Dewi.
"dengar kamu adalah ibu dari putraku ini, jadi walaupun kita tidak memiliki hubungan lagi. selamanya kamu tetap ada di masa laluku. dan aku tetap akan mengingatmu sampai akhir hayatku." kata Rio dengan tegas.
"tapi lihat Aku sekarang aku tidak layak untukmu Rio kamu berhak bahagia dan menikmati hidupmu dengan wanita yang lebih dariku." kata Dewi memutus ucapan Rio.
"tidak Dewi tidak ada yang bisa menggantikanmu di sini." jawab Rio sambil menunjuk ke dadanya sendiri.
"aku malu Rio, aku malu dengan keadaanku saat ini aku malu dengan diriku sendiri." kata Dewi sambil menangis terisak.
tiba-tiba Rio memeluk Dewi dengan erat mereka saling duduk berhadapan dan kini berpelukan.
"apa yang membuatmu malu Dewi? kamu akan selalu terlihat cantik dimataku tidak ada yang mampu menutupi nya selain kebaikan kebaikanmu. terima kasih selama ini kamu sudah berjuang sendiri membesarkan putra kita. sekarang jangan halangi aku lagi jangan larang aku lagi untuk membahagiakan dan bertanggung jawab kepada kalian." ucap Rio dengan sungguh-sungguh sambil mengecup kening Dewi.
"tapi Rio Aku tidak seperti Dewi yang dulu lagi" kata Dewi yang terdengar putus asa sambil melepas pelukan erat Rio.
"aku tidak mau mendengar kebohonganmu lagi ataupun alasan bodohmu lagi. sekarang giliranku untuk mendandani semua ini."
"jangan pisahkan aku dengan putraku lagi Aku ingin kita hidup bersama sekarang aku sudah memiliki cukup uang untuk sekedar memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup kita." kata Rio dengan lembut.
"hari ini juga aku ingin kamu ikut denganku." kata Rio sambil menyelipkan rambut di belakang telinga Dewi.
"apa saat ini apa maksudmu?" tanya Dewi dengan wajah bingung nya.
"Iya saat ini aku tidak memiliki banyak waktu aku hanya memiliki izin cuti selama 3 hari."
"malam ini aku ingin kita melaksanakan ijab kabul dahulu baru setelah itu semua berkas kita akan menyusul." kata Rio dengan tegas.
"mana bisa Rio secepat itu semuanya butuh proses." jawab Dewi yang tidak percaya dengan apa yang barusan didengarnya.
" aku sudah memikirkan ini jauh-jauh hari. Aku harap kamu mau menikah denganku." kata Rio sambil mengambil kotak kecil yang ada di saku jasnya.
Dewi menangis sesenggukan sambil mengangguk kecil.
ini lebih mirip dengan acara lamaran Rio melamar Dewi dengan suasana tangis dan haru. Rio perlahan mulai menyematkan cincin itu ke jari Manis Dewi dan diakhiri dengan senyum di antara bibir mereka. kecupan hangat Rio berikan kepada calon istrinya itu.
dengan meminta bantuan kepada ibu Sri selaku pemilik kos- kosan, Dewi dan Rio akhirnya melaksanakan akad nikah malam itu juga. dihadiri oleh beberapa saksi yang merupakan para penghuni kos-kosan dan ibu Sri.
ibu Sri merupakan ibu angkat bagi Dewi karena hanya dia yang mau menampung dari mulai Dewi hamil hingga membesarkan putranya. sebenarnya Dewi tinggal di kos-kosan itu secara gratis karena dia jugalah merupakan tangan kanan kepercayaan ibu Sri.
Tak jarang ketika Dewi pergi memijit maka putranya dititipkan kepada ibu Sri. dengan senang hati ibu Sri mengasuh Dendi Ardani itulah nama dari putra Dewi. sepertinya takdir memang telah mempertemukan mereka ibu Sri sama sekali tidak pernah sukses dalam kehidupan rumah tangganya.
ibu Sri diketahui mandul dan tidak bisa memberikan keturunan. itulah yang menjadi sebab mengapa ibu Sri dengan berbesar hati mau menampung Dewi meskipun Dewi hamil diluar nikah.
betapa terkejutnya ibu Sri ketika mendengar pengakuan dari Rio dan Dewi akan cerita masa lalunya. tangis bahagia ibu Sri mewarnai perbincangan mereka akhirnya Dendi yang sudah dianggap sebagai cucunya sendiri, kini memiliki seorang ayah.
"jaga Dewi baik-baik ya nak Dewi itu wanita lembut."kata ibu Sri sambil terisak menahan tangisnya.
"ibu pasti akan sangat merindukan kalian sering-sering berkunjung kemari ya!" ucap ibu Sri sambil mengusap air matanya.
"Iya Bu aku akan berusaha sering kemari ibu sudah kuanggap seperti ibuku sendiri Bu." kata Dewi sambil terisak menahan tangisnya.
"Dendi sini peluk Mbah nak Mbah akan kangen kamu nanti."kata ibu Sri dengan suara yang mulai bergetar dan suasana semakin haru.
terlihat kebahagiaan menyeruak memenuhi dada Rio.
Dendi kini sudah berumur 7 tahun dia sudah duduk di bangku SD. wajahnya cara berjalannya dan rambutnya semua sangat mirip Rio.
" Mbah, aku mau disini saja dengan Mbah." kata Dendi sambil merengek memeluk ibu Sri.
"tapi ini orang tuamu Dendi ini ayah kandung mu kamu harus ikut dengannya kalian harus tinggal bersama." kata ibu Sri memberi penjelasan.
semua ini memang terjadi begitu cepat. tapi begitulah takdir dan begitulah jodoh, tidak ada yang mampu menolak ataupun menggantinya barang sedikitpun. nyatanya meskipun bertahun-tahun mengalami kesulitan seorang diri, Dewi tidak menyimpan dendam atau pun menaruh sakit hati yang dalam terhadap Rio.
Dewi sabar benar jika apa yang dilaluinya saat ini merupakan hasil dari kesalahan yang harus di pertanggungjawabkannya. sementara Rio selama bertahun-tahun ia masih memiliki rasa yang sama terhadap Dewi. siapa yang bisa menyangka jika jalan cinta mereka akan berjalan seperti ini.
"pokoknya aku mau di sini saja Mbah aku tidak mau ikut dengan ibu lagi." kata Dendi sambil menangis memeluk ibu Sri.
"kenapa nak kenapa?" tanya ibu Sri dengan suara lembut.
"kata temen-temenku bapakku itu orang jahat Mbah, dia menelantarkanku dan ibu dari aku di dalam perut." jawab Dendi dengan polosnya.
sontak jawaban itu membuat hati bergetar dan kembali menitikan air Mata Di ujung matanya. lidahnya kelu tak mampu lagi berkata-kata mengingat kembali memang benar selama bertahun-tahun dia tidak mengetahui keberadaan anak dan istrinya.
Dewi menatap sendu Rio, Dewi tahu benar jika Rio bukanlah orang yang seperti itu. apa yang berkembang menjadi cerita merupakan bola liar yang tak mampu dikendalikan. kini menjadi tugas besar mereka berdua untuk membangun kembali kepercayaan dari putra mereka.