webnovel

Weekend

Aku tiba di rumah dengan selamat. Pria tinggi itu benar-benar tidak bermaksud apa-apa dan hanya ingin mengantarku pulang karena melihat belanjaan yang ku tenteng terlihat sulit untuk di bawa dengan berjalan kaki.

Aku naik ke atas dan hendak ingin mandi. Rasanya aku sedikit frustasi melihat Sia dan Andre bertemu tanpa sepengetahuan ku. Walaupun tampaknya adalah hal yang biasa jika sahabat dan tunangan ku bertemu berdua, namun setelah mimpi aneh itu aku sangat waspada. Tampaknya mimpi itu tak bisa aku lupakan dengan mudah.

Setelah selesai membersihkan diriku, aku membuka lemari mencari-cari baju yang biasanya ku gunakan di saat santai. Dan ada hal lainnya yang aku temukan. Lipstik yang tersimpan rapi dalam bingkisan di dalam lemari yang kulihat sebelumnya, telah menghilang dari tempatnya.

Tidak...tidak... Andre tak mungkin kan punya wanita lain. Aku meyakinkan diriku sendiri.

Aku sedikit gelisah menunggu kepulangan Andre. Dia biasanya pulang lebih awal jika hari Jumat. Namun jam menunjukkan pukul 8 malam dan ia belum juga kembali. Sehingga tanpa kusadari, ku melewatkan makan malam dan tertidur di sofa ruang tamu.

***

Klik... pintu terbuka.

Andre masuk dengan langkah kaki yang hati-hati agar tidak membangunkan ku jika ia sudah tertidur.

"Ah, Ana. Mengapa ia tidur di sofa... Mungkin dia menunggu ku pulang" Andre melangkah ke arah tempat aku tidur dan duduk jongkok tepat di samping sofa tempat ku tertidur.

"Seharusnya aku pulang lebih cepat hari ini sayang. Maafkan aku" Bisik Andre.

Andre memandangi ku sesaat, "Bahkan kamu terlihat sangat menggemaskan saat tertidur seperti ini" Ujar Andre tersenyum,

Lalu di angkatnya aku ke atas tangannya dan di pindahkan nya aku ke atas ranjang kami.

***

Keesokan paginya,

"Sayang, bangunlah..." Andre mencoba membangunkan ku.

"Ah, sayang. Kapan kamu kembali?" Tanyaku tanpa sadar bahwa hari sudah pagi.

"Aku kembali sekitar jam 1 pagi. Cepatlah bangun, kita akan terlambat menjemput Sia nanti"

Entah kenapa mendengar nama sahabat ku keluar dari mulut Andre membuat ku tak nyaman. Aku juga teringat cara mereka tersenyum kemarin siang di coffee Cafe.

"Baiklah, saya akan segera bersiap"

Aku mempersiapkan alat dan bahan-bahan yang akan kami panggang di pantai. Sedangkan Andre memanaskan mobil dan mengangkut barang-barang yang kami mungkin akan perlukan saat di pantai nanti. Setelah semua persiapan selesai, kami menjemput Sia ke apartemennya.

Di perjalanan aku ragu-ragu ingin menanyakan keberadaan lipstik yang menghilang dari lemari Andre. Setelah ragu beberapa saat, aku mencoba untuk memberanikan diri bertanya dan meluruskan kecurigaan ku terhadap nya.

"Ehm, sayang..." (apakah aku harus bertanya atau kah tak usah)

Melihat ku ragu-ragu, Andre bertanya "Ada apa, Apa ada yang mau kamu tanyakan?"

"Beberapa hari yang lalu saat pindahan saya melihat lipstik dalam sebuah bingkisan rapi di dalam lemari mu. Namun tampaknya lipstik itu sekarang menghilang"

"Oh itu,,, aku memberikan nya kepada Sia sebagai hadiah..." ujar Andre santai

"Apa?" tanyaku agak syok dengan suara ringan sambil mengernyitkan dahi ku dan melihat ke arahnya.

"Ada apa sayang, kenapa kamu seakan-akan terlihat tidak senang?" Andre bertanya polos

"Ah, tidak... bukan apa-apa" Aku sedikit menundukkan kepalaku dan bertanya-tanya sendiri di dalam hati.

Kenapa Andre memberinya lipstik! Dia bahkan tak pernah peduli dengan lipstik yang ku gunakan setiap hari untuk terlihat cantik di depannya. Apakah memang ada sesuatu dengan mereka? Sia sangat pandai memanjakan laki-laki di atas ranjang dan dia bisa tidur dengan siapapun. Namun tidak mungkin dia juga akan melakukannya dengan tunangan ku. Sia sahabatku dan aku sangat mempercayainya, Andre juga tak mungkin menghianati ku. Sepertinya aku terlalu banyak berpikir. Lupakan saja...

"Sayang, coba telepon Sia. Kita sudah sampai di depan apartemen nya. Sa...yang...?"

"Ah, apa? Kamu bilang apa barusan Ndre?" aku yang tenggelam dengan pemikiran-pemikiran ku tidak mendengar perkataan Andre yang ia lontarkan kepada ku.

Hahh, Andre menghela nafas panjang.

"Biar aku yang menelepon Sia agar dia cepat turun ke bawah"

***

"Hai,, kalian sudah lama menunggu? Aku mengajak Etward dan Salsa. Tapi tampaknya Salsa tak bisa ikut." Ujar Sia

"Tidak kami baru sampai saat menelepon mu. Masuklah, kita akan segera berangkat" Kata Andre.

Kami berangkat menuju pantai tempat yang Andre rekomendasikan.

"Ana... apa kamu sudah menyiapkan bikini yang seksi?" Tanya Sia

"Ah itu, tampaknya saya tidak ingin mandi. Hanya ingin melihat laut saja"

"Bagaimana jika kita bermain bola pantai? Kami membawa peralatannya" Ujar Etward.

"Sepertinya terdengar asyik" Jawab Andre.

Kami menghabiskan 1 jam perjalanan menuju ke pantai. Setibanya di pantai, Andre dan Etward mengangkat barang-barang kami ke pinggir pantai. Sedangkan Sia mengambil beberapa foto dirinya dengan background pantai di belakangnya.

"Ana, bisakah kamu memeriksa apakah masih ada yang tertinggal di dalam mobil?" Teriak Andre

"Oke..."

Aku memeriksa di bagasi mobil dan melihat apakah barang-barang telah terangkat semuanya dan tidak ada yang tertinggal. Tiba-tiba angin laut berhembus dengan kencang, sehingga membuat topi pantai ku terbang ke arah tengah jalan poros.

"Ah, topiku..." tanpa berpikir panjang aku berlari hendak mengambil topi yang terbang itu.

"Ana.... awas...." terdengar suara teriakan Sia dari arah pantai hendak menyuruh ku menghindar.

Aku melihat ke arah samping jalan, terlihat mobil melaju dengan kecepatan tinggi ke arahku. Ku hendak mau menghindar dan berlari kembali ke tepi jalan, namun seakan kaki ku membeku dan tak bisa digerakkan.

Yang bisa kulakukan saat itu adalah memejamkan mataku, dan pasrah.

Bruk....nyiiiiit....Dubrak....

***