webnovel

Gugurkan kandunganmu

Setelah pemeriksaan oleh dokter, Diana di nyatakan baik-baik saja sehingga dia bisa segera pulang dan hanya perlu membeli penambah darah, vitamin serta susu untuk ibu hamil.

Berdasarkan hasil diagnosa dari dokter, Diana dinyatakan positif hamil dengan usia kandungan sembilan minggu. Dia sedang dalam fase awal ngidam dan mual, jadi harus bisa beristirahat dengan baik.

"Apakah kamu akan pulang kerumah?" Tanya Maira saat mereka sudah kembali di dalam mobil. Diana hanya mengangguk saja."Tapi bagaimana jika ayahmu menyakitimu seperti pagi tadi?"

"Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa dengan perlakuan ayahku.."

"Tetap saja beda Dian, sekarang kamu sedang mengandung. Bagaimana jika dia akan melakukan hal-hal yang membahayakan nyawa kamu dan bayimu"Kekhawatiran Maira makin memperbanyak beban rasa bersalah di hati Diana.

"Bagimana jika sementara kamu tinggal dulu di rumah Kak Danny?"

"Tidak.."

"Jangan.."

Maira terkejut melihat Diana dan Danny yang serentak menolak idenya. "Maksudku sayang.. bagaimana bisa kita menampung temanmu sedangkan dia dalam masalah, apakah kamu tidak takut jika nanti ada yang menggunjing jika ayahnya pergi membuat keributan disana?

Lagi pula itu adalah rumah yang akan kita tinggali berdua setelah menikah nanti, aku tidak mau ada hal buruk yang terjadi disana" Danny menjelaskan dengan gamblang dan lemah lembut kapada Maira seolah yang terjadi pada Diana bukan salahnya.

"Kak.."Maira menegur Danny, menurutnya kata-kata Danny terlalu kejam dan pasti akan menyakiti hati Diana yang masih sangat sensitif. Lagipula ada apa dengan Danny? Apakah dia sebegitu tidak senangnya pada Diana karena dia hamil di luar nikah?.

"Aku tidak bermaksud jahat.."Danny masih membela diri.

Diana ingin tertawa terbahak-bahak mendengar penolakan Danny padanya yang sangat jelas. Yang benar saja, tidak ingin hal buruk terjadi, malu dengan gunjingan orang? Lalu apakah hanya dia yang harus menanggung aib ini seorang diri?

Bukankah ini terjadi bukan hanya karena kesalahannya saja? Danny juga telah berperan banyak didalamnya.

"Baiklah.. Diana akan pulang kerumahku"

"Sayang.." Danny masih juga protes dengan keputusan Maira. Bagaimana bisa dia akan membiarkan Diana berada disamping Maira? Yang ada gadis itu akan mencari kesempatan untuk mengungkap apa yang terjadi.

Yaa Danny berpikir, wanita selicik Diana, tidak akan pernah puas dengan apa yang di dapatnya sekarang, dia pasti akan balas dendam dan menghancurkan pernikahan antara dirinya dan Maira.

"Aku akan pulang kerumahku.."Diana menyela suasana panas antara Danny dan Maira.

"Tidak.. kamu harus kerumahku, bagaimanapun kita belum bicara dari hati ke hati.."Kekeh Maira "Diana, kamu harus percaya padaku. Meskipun ayahmu akan meninggalkanmu karena kehamilanmu, aku akan tetap berada di sisimu.."

Diana merasakan sesak di dadanya "Malam ini tidurlah dirumahku. Atau tinggalah dirumahku sampai aku menikah nanti, akan jauh lebih baik jika aku selalu melihatmu" Diana tidak tau harus menolak denagan cara apa lagi.

Tanpa sadar tatapan Diana menyapu kaca spion, dan bertemu pandang dengan Danny yang menatapnya dengan penuh intimidasi.

Diana menunduk sambil bergumam"Baiklah.. hanya untuk malam ini saja, tapi besok aku harus pulang"

"Tapi sebaiknya kamu pulang dan membicarakan masalahmu dengan ayahmu.."Sela Danny ketus.

"Seharusnya memang begitu.."Diana mencibir "Aku bisa saja akan ingat tentang pria itu dan bisa mengatakannya pada ayahku saat itu juga, dengan begitu anakku bisa memiliki seorang ayah"

Wajah Danny menegang, dia memegang kemudi dengan erat dan penuh amarah"Boleh juga, tapi bukankah hasilnya belum tentu seperti yang di perkirakan?" Tantang Danny.

Maira mengerutkan keningnya, heran kenapa dua orang ini menjadi sensitif?"Sudahlah jangan berdebat lagi. Diana, memang perlu untuk kamu mengingat siapa pria itu, agar dengan demikian anakmu bisa memiliki ayah"

"Pria itu harus bertanggungjawab dengan perbuatannya. Kamu adalah wanita baik-baik, tidak seharusnya dia mendzalimi dirimu"

Sayangnya, Maira berbicara banyak tanpa mampu menyadari bahwa ayah dalam kandungan Diana adalah Danny.

Dia tidak akan pernah mencurigai Danny, karena dimata Maira, Danny adalah pria yang sopan dan berakhlak baik. Contohnya dia bahkan mampu menjaga sikapnya terhadap Maira selama tujuh tahun ini.

*

*

Malam semakin larut, sebagian orang telah terlelap dalam tidurnya dan bermimpi indah. Tapi tidak dengan Diana yang tidak bisa memejamkan matanya sama sekali.

Diana berpura-pura tidur agar Maira juga tidur, dan sesuai perkiraannya, Maira terlelap tidak lama dari waktu dia memejamkan matanya.

Diana menatap wajah damai Maira yang tersenyum walau dalam tidur sekalipun. DIa tidur seperti bayi yang tidak memiliki dosa dan beban dalam hidup ini.

Walaupun Diana bermalam dirumah Maira, tapi mereka tidak mengatakan perihal kehamilan Diana kepada ibu sambung Maira. Maira berkata jika Diana tidak ingin Umminya tau dengan kehamilannya, maka Mairapun tidak memiliki hak untuk mengatakannya.

"Apa rencanamu sekarang?" Tanya Maira saat mereka kembali ke kamar usai makan malam. Diana tau pasti pertanyaan Maira adalah soal dia dan bayinya.

"Aku belum tau " Jawab Diana pelan

"Tapi Dian, kamu harus mencari ayah dari bayimu, siapa tau dia mau bertanggungjawab. Lagipula kasihan bayimu jika tidak memiliki ayah.." Diana termenung.

"Lebih baik bayiku tidak mengetahui siapa ayahnya.."Gumam Diana pelan.

"Tapi bayimu berhak untuk tau Dian"

"Aku lelah mencari pria itu. Beberapa hari lalu aku pergi mencarinya, tapi aku tetap tidak bisa menemukannya" Diana merasa getir, kebohongan demi kebohongan di pupuknya demi menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya.

Tatapan Danny yang penuh ancaman begitu mengintimidasi dirinya, seolah pria itu bisa melakukan apapun untuk melenyapkannya.

Diana takut padanya, tapi diapun masih memprovokasi Danny dengan menerima tawaran Maira untuk bermalam dirumahnya.

Dan hasilnya sepanjang malam pria itu selalu menghubungi Maira.

Diana menghela nafas panjang, menatap seisi kamar Maira yang sudah di dekor menjadi kamar pengantin. Masih dua minggu tapi seakan-akan pernikahannya besok karena segala persiapa sudah terpenuhi.

Di sudut, terletak lebih dari seribu lembar undangan mewah dalam kardus besar yang tinggal menunggu waktu untuk dibagikan.

Diana ingat, desain undangan yang mewah ini adalah hasil rancangannya. Beberapa bulan lalu, saat Maira dan Danny bertanya padanya tentang desain undangan, dia merancangnya dengan senang hati

Bagi Diana desain undangan ini adalah perwakilan dari hatinya, dari rasa cintanya pada Danny. Karena dia mencintainya dengan begitu tulus, maka dia berharap pernikahan pria itu juga istimewa.

Tapi sekarang, ketulusan hatinya telah ternoda karena ke egoisannya.

Tatapan Diana beralih pada setumpuk seserahan yang disusun rapi dalam satu lemari. Seserahan yang dibawa dari pihak keluarga Danny sebulan yang lalu.

Lagi-lagi Diana menghela nafasnya, air mata jatuh melalui sudut matanya mewakili perasaannya yang begitu sesak.

Entah apa yang akan terjadi dimasa depan antara dirinya, Maira dan Danny. Akankah dia tetap menjadi duri dalam rumah tangga Danny dan Maira jika dia melahirkan bayinya?

Dalam keheningan malam, ponsel Diana bergetar dan sebuah pesan masuk. Itu adalah pesan dari Danny. Diana berdebar menerima pesan itu, firasatnya tidak baik dan seketika jantungnya bagai diremas saat membaca pesan dari Danny.

Gugurkan kandunganmu