webnovel

Salah Paham

Debi dan juga Rafa duduk berdampingan. Mereka menikmati suasana pagi itu sembari diselangi obrolan.

"Kamu mau makan Debi?"

"Enggak, aku sudah kenyang. Memangnya kamu sudah lapar?"

"Enggak juga sih, aku hanya menawarkan saja. Siapa tahu kamu lapar."

"Enggak kok, aku sedang tidak lapar."

Hening, baik Rafa maupun Debi diam. Tidak ada pembahasan yang ingin mereka bicarakan saat itu.

Di tengah keheningan mereka. Tiba-tiba Debi teringat dengan Marko dan juga Rafa yang berjalan masuk ke taman bersama-sama.

"Oh iya Rafa, aku boleh tanya?"

"Tanyakan saja kalau kamu mau tanya Debi."

"Emz, sebenarnya ini bukan hal yang penting sih, tapi aku hanya ingin tahu saja. Apakah kamu mengenal seseorang yang bernama Marko?"

Dretttt dretttt dretttt

Rafa mengalihkan perhatian saat mendengar ponselnya berbunyi. Saat itu Rafa melihat nama Marko tertera di layar ponsel. Rafa pun ingat jika kedatangannya ke sini karena ada hal penting.

"Maaf Debi, aku harus pergi sekarang."

"Ada apa? Kenapa tiba-tiba kamu buru-buru?"

"Iya, aku ada urusan penting. Aku pergi dulu ya."

"Iya."

Rafa beranjak dari duduknya. Dengan terburu-buru, Rafa melangkahkan kakinya.

"Kenapa Rafa buru-buru ya? Memangnya ada hal penting apa?"

Debi melihat punggung Rafa yang semakin jauh dari pandangannya.

Tap tap tap

Rafa mempercepat langkahnya. Rafa tidak ingin membuat keponakannya menunggu lama.

"Maaf Marko, Om telat."

"Om dari mana saja sih?"

"Tadi Om ada urusan sebentar. Bagaimana? Apakah Kak Carina sudah datang ke sini?"

"Ini Mama sudah perjalanan ke sini Om."

"Kalau begitu kita secepatnya menyelesaikan dekorasi ini."

"Iya Om."

Dengan dibantu omnya. Marko kembali melanjutkan mendekorasi taman yang akan ia gunakan untuk merayakan hari ulang tahun mamanya.

Brakkkk

Bu Carina menutup pintu mobilnya dengan keras. Pandangan Bu Carina menyapu taman yang saat ini begitu panas baginya.

"Mau apa sih Marko memintaku untuk datang ke sini? Cuacanya panas lagi. Bikin kulitku tambah hitam saja."

Bu Carina kembali mengedarkan pandangannya. Saat itu Bu Carina tidak melihat putranya ada di dalam taman.

"Katanya tadi nyuruh aku ke sini, tapi kok Marko tidak ada ya?"

Bu Carina tidak hentinya mengedarkan pandangannya, hingga Bu Carina melihat mobil putranya terparkir di taman.

"Ini kan mobilnya Marko. Di mana orangnya ya?"

Bu Carina mengambil ponselnya, dan melakukan panggilan kepada putranya.

"Marko, kamu ada di mana? Ini Mama sudah ada di parkiran taman."

"Mama masuk saja ke dalam taman. Aku sudah ada di dalam."

"Memangnya ada apa sih? Kenapa kamu menyuruh Mama ke sini?"

"Sudahlah Ma, tidak usah banyak tanya. Lebih baik sekarang Mama masuk saja. Nanti Mama akan tahu sendiri."

"Marko, Mama belum selesai bicara," panggil Bu Carina saat Marko mengakhiri panggilannya.

Huh, dengan kesalnya. Bu Carina melangkahkan kakinya berjalan masuk ke dalam taman.

Debi beranjak dari duduknya. Bosan berlama-lama di dalam sana tanpa seorang teman menemani. Debi melangkahkan kakinya untuk keluar dari taman.

Deg

Debi terkejut saat melihat seorang wanita yang sangat ia kenal. Siapa lagi dia jika bukan mamanya Marko.

"Sedang apa kamu sini?" tanya Bu Carina dengan nada tidak sukanya.

"Saya sedang menikmati waktu libur saya."

"Bohong. Jangan-jangan Marko memintaku ke sini, itu karena ada hubungannya dengan kamu."

"Marko? Di sini? Maksud Tante apa?"

"Sudah deh, gak usah pura-pura gak tahu kamu. Kamu pasti janjian sama Marko di sini kan? Dan Marko menyuruhku ke sini untuk meminta restu."

"Maaf Tante, sepertinya Tante salah paham. Adanya saya di sini, sama sekali tidak ada hubungannya dengan Marko."

"Aku tidak akan percaya dengan ucapan kamu. Anak haram seperti kamu, pastinya pandai berbohong demi mendapatkan apapun yang kamu mau."

Huh, seperti inilah setiap kali Debi bertemu dengan mamanya Marko. Bukan bahagia yang didapat, tapi sakit hati karena ucapannya yang kasar dan juga lebih hinaan.

"Terserah Tante mau percaya atau tidak. Maaf, saya sedang sibuk, saya pergi dulu."

Debi pun melangkahkan kakinya meninggalkan Bu Carisa yang masih dengan amarahnya.

"Sombong sekali kamu anak haram. Berani-beraninya kamu bicara seperti itu kepadaku."

Bu Carina berteriak, namun Debi tetap terus melangkahkan kakinya.

"Awas saja kamu anak haram. Aku akan membalas perlakuan tidak menyenangkan kamu hari ini."

"Mama."

Bu Carina mengalihkan pandangannya saat mendengar seseorang memanggilnya. Ternyata itu Marko yang tengah berjalan mendekatinya.

"Kenapa Mama lama sekali sih?"

"Mama habis ketemu sama anak haram. Kamu dan dia janjian di sini kan?"

"Maksud Mama apa?"

"Alah, tidak usah pura-pura tidak tahu kamu, Marko. Tadi Mama habis ketemu sama anak haram. Mama yakin, kamu dengannya habis ketemu di sini kan?"

"Jika yang Mama maksud Debi. Sepertinya Mama salah paham. Aku dan Debi tidak ketemuan di sini. Lagian, aku malah tidak tahu kalau Debi juga ada di taman ini."

"Tidak mungkin kamu tidak tahu Marko. Mama yakin kamu tahu, dan Debi ketemuan di sini. Dan kamu menyuruh Mama ke sini untuk minta restu."

"Mama ngomong apa sih? Sudah aku katakan, aku tidak ketemu sama Debi di sini," balas Marko kesal.

Meski sebenarnya Marko terkejut mengetahui Debi juga ada di taman yang sama dengannya, namun Marko berusaha menutupinya di depan mamanya.

"Ada apa sih, kenapa kalian malah berdebat di sini?" kata Rafa yang berjalan mendekati mereka.

"Lo, Rafa. Kok kamu ada di sini?"

"Aku kan datang ke sini sama Marko, Kak."

"Jadi kamu ke sini sama Marko?"

"Iya Kak."

"Benar bukan, kalau aku ke sini bukan ketemuan dengannya."

"Maaf, Mama kira kamu ke sini ketemuan sama anak haram."

"Anak haram? Memangnya anak haram yang Kakak maksud dari kemarin itu siapa sih Kak?"

"Itu lo, wanita miskin yang gak tahu asal-usul, tapi Marko sangat mencintainya."

"Aku harus bilang berapa kali Ma? Dia punya nama, dan bukan anak haram namanya."

"Mama tidak perduli. Mama lebih suka memanggilnya anak haram."

Rafa yang melihat perdebatan antara keponakannya dan juga Kakak kandungnya pun panik. Rafa tidak ingin mereka sampai bertengkar dan pada akhirnya kejutan yang ia siapkan dengan keponakannya berakhir sia-sia.

"Sudah-sudah, tidak perlu dibahas lagi Kak. Lebih baik sekarang Kakak ikut aku saja."

"Mau kemana? Aku mau pulang."

"Ayolah, jangan langsung ngambek gitu. Ada sesuatu yang aku dan Marko siapkan khusus untuk Kakak."

"Sesuatu apa Rafa?"

"Kalau Kakak penasaran. Ayo ikut denganku sekarang Kak."

Meski sebenarnya Bu Carina ingin segera pulang, namun karena merasa penasaran. Bu Carina mengikuti adiknya. Tidak terkecuali Marko yang berjalan mengikuti mereka dengan perasaan kesal.