65 Sebuah Nama Yang aku simpan

"Kapan kamu ada waktu?,kita akan cari cincin"pagi itu adit sengaja mengantar nita ke tempat kerjanya,setelah beberapa waktu yg lalu terjadi perselisihan kecil.Dia tidak ingin membuat kesalahan kembali,kali ini dia akan melibatkan nita dalam keputusan sekecil apapun.

"Aku lihat jadwalku dulu nanti"jawab nita

"Baiklah"adit tersenyum

Mata adit terus mengikuti langkah nita yg perlahan menghilang dari pandangannya.Dia merasa ada sesuatu yg mengusik nalurinya.Sekarang ini dia merasa hanya memiliki fisiknya namun tidak dengan hatinya.Wanita bernama nita itu,selalu mengutamakannya dan mengesampingkan setiap rasa enggannya demi menghargai keberadaan adit.Dia tahu,betapa berusahanya nita melakukan yg terbaik untuknya.

Nita memasuki ruangan elsa untuk menanyakan kapan dia akan melakukan visite ruangan,dan menghampiri elsa yg duduk di kursinya melihat ke arah nita sekilas dan fokus kembali pada tulisannya.

"Akmeela Kanita Maxel"

Nita melihat ke arah elsa yg menyebutkan nama lengkapnya,suaranya begitu pelan tapi nita bisa mendengarnya.Karena hanya ada mereka berdua di ruangan itu.

Diwajahnya seperti terlihat tanda tanya besar,darimana elsa mengetahui dengan baik nama depannya itu.

Selama ini,nita selalu menuliskannya nama depannya itu hanya dengan huruf A di seluruh kertas-kertas ijasahnya.

Nita masih melihat elsa yg tidak beralih dari duduknya dan tengah menulis sesuatu.Tidak lama dia melihat ke arah nita dan tersenyum.

"Ada apa?"

"Nama itu,,"nita ragu menanyakannya"darimana dokter tahu nama itu?"

Elsa tersenyum matanya terus tertuju pada nita"tidak usah dipikirkan,aku akan visite sekarang"

Nita melihatnya berdiri tegap,dan tiba-tiba melihat sesuatu yg mengejutkannya dan berjalan cepat mendekati elsa,mengambil sebuah tisu ditangannya.

"Dokter epitaksis!!"nita memberikan selembar tisu pada elsa,untuk menyumbat sementara darah yg keluar dari kedua hidungnya.Elsa menerima tisu dari nita dan menengadahkan kepalanya.

"Kamu baik-baik saja?"wajah nita masih terlihat cemas

"Tidak apa-apa"satu tangan elsa menggapai tangan nita,dan mengcengkramnya begitu kuat.

Nita membantunya untuk duduk dan melihat penuh cemas ke arah elsa.

Dipikirannya terlintas apa elsa memang sudah benar-benar sembuh dari penyakitnya,atau lagi-lagi sekarang dia mau membohonginya lagi dengan sakitnya.

"Apa kamu bisa antar aku pulang?"

Nita terdiam untuk sesaat,dia sangat tidak ingin.Tapi rasa ibanya muncul ketika melihat beberapa helai tisu yg telah berwarna merah darah.

"Baiklah"nita menyetujuinya dan membantu elsa beranjak dari duduknya,memastikan bahwa dia akan baik-baik saja dengan berjalan di sampingnya.

Wanita yg sebelumnya masih terlihat angkuh dihadapan nita,kini berada di samping dengan tatapan kosong ke depan.Sepertinya dia begitu kesepian dalam hidupnya saat ini.Untuk saat nita merasa memang harus menemaninya.

"Dimana kamu simpan obatmu?biar aku ambilkan"nita membantu elsa merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya.

Elsa tidak mengeluarkan sepatah katapun,dia hanya menunjukan tangannya ke arah lemari yg tepat berada di depan tempat tidurnya.

Nita memaklumi sikap elsa padanya,dia berpikiran mungkin elsa begitu sangat lelah sampai tidak bisa menjawabnya.Dia membuka lemari yg elsa tunjukan dan mengambilnya,serta memastikan elsa meminum obatnya.

Walaupun dia tahu setiap sudut rumah yg elsa tempati,tapi ini kali pertamanya dia memasuki kamar elsa.

"Axel tidak tinggal disini"elsa tiba-tiba bicara"sudah lama yoga membawanya"

Nita melihat ke arah elsa,dan menunjukan ekspresi datar menanggapi ucapannya.

"Istirahatlah"nita tersenyum"aku akan kembali ke rumah sakit"

Dia bersiap-siap untuk beranjak,tapi tiba-tiba matanya tertuju pada satu bingkai foto yg tersimpan di atas meja kecil disamping tempat tidur.

Nita tahu ini sangat tidak sopan,tetapi dia begitu penasaran dan menggapainya.Ternyata dia memang benar,dalam foto tersebut dia melihat nenek dan dirinya sendiri,dan juga seorang wanita yg menggendong bayinya.

Nita teringat kembali kejadian tujuh tahun yg lalu,dimana dia membantu wanita yg nenek bawa kerumahnya.Dia sendirian dalam mobilnya ketika sedang merasakan kesakitan.Nenek yg melihatnya tengah hamil besar membawanya kerumah,saat itu nita baru saja mendapatkan pekerjaan di rumah sakit.Dan itu pertama kalinya nita menolong seseorang,karena dari kejadian itulah yg membuat nita untuk semangat belajar demi memperbaiki setiap pekerjaan yg dia lakukan.

"Kamu kenal wanita ini?"

Elsa tersenyum lemah"Apa kamu tidak mengenalinya?"

"Bayi yg selalu mengompol ketika kamu gendong itu,sekarang sudah besar"sambungnya"nenek berkata benar,kalau anak yg sering mengompolimu itu akan sangat dekat denganmu,dan dia akan selalu mengenali suara pertama yg dia dengar ketika pertama lahir kedunia ini"

Elsa tersenyum melayangkan pikirannya begitu jauh"suara cerewet yg selalu menciumnya begitu gemas,dan selalu menjadi orang pertama yg memandikannya"

Nita mengernyit,dia membenarkan semua yg dikatakan elsa.Itu memang kejadian yg dia alami tujuh tahun yang lalu.

"Dan sampai saat ini dia masih menyayangimu"elsa memegang tangan nita"selama tujuh tahun ini,aku selalu mengingat orang yg sudah menolong aku dan putraku"

"A.Kanita maxell"elsa menatap ke arah nita"aku mengambil nama cantiknya untuk putraku..."

" AXEL "

Nita begitu terkejut,dia melihat ke arah elsa tidak percaya.Tapi kalapun elsa berbohong,darimana elsa mengetahui semua cerita itu.

"Akmeela kanita"elsa tersenyum"sebuah kecantikan dan pejuang sejati,ibu kedua dari putraku"

"Jadi axel adalah bayi yg dulu selalu ku gendong dan mengompol di pangkuanku"seru nita

Nita dibuatnya tidak berkata apapun lagi,mempekerjakan otaknya begitu keras.Bagaimana bisa,nita selama ini dia tidak mengenali elsa.Wanita yg selalu nenek ceritakan ketika dia merasa merindukan bayi kecil yg selama satu bulan setelah kelahirannya dia merawatnya dengan penuh cinta.Dan selalu menganggapnya seperti keluarga sendiri.

avataravatar
Next chapter