webnovel

Cinta Cowok Dingin

Jangan salahkan aku menjadi seperti ini, sebab ini semua karena dirimu yang meninggalkan aku sendiri tanpa penjelasan darimu.

Wulandari_8096 · Teen
Not enough ratings
34 Chs

Tak tau di bawa kemana

Happy Reading

.

.

.

"Eh tunggu" minta Dwi sambil berlari mengejar Fian yang telah menjauh.

"Sebenarnya kita mau ngapain pakek beli baju segala?" tanya Dwi setelah berhasil mengejar Fian.

"Nanti lo tau sendiri" jawab Fian datar.

"Cih tinggal jawab juga susah amat" kesal Dwi.

"Cepat lo mau gue tinggal" ancam Fian saat dia sudah berada di atas motor sedangkan Dwi masih jauh darinya.

"Jangan tungguin gue" jawab Dwi panik sambil berlari kearah Fian.

"Cepat naik" minta Fian sambil memberikan helm pada Dwi saat Dwi sudah berada didepannya.

"Iiiyaa" jawab Dwi sambil mengambil helm yang diulurkan Fian sambil sedikit terbata sebab habis berlari kecil.

Brumm

Bunyi motor Fian membelah jalan di kota, dalam perjalanan Dwi masih memikirkan perubahan sikap Fian yang sangat berbeda dari kemarin itu.

"Jangan ngelamun entar kesambet" teriak Fian kepada Dwi karena jika tidak begitu suaranya tidak akan terdengar karena terbawa angin.

"Siapa juga yang ngelamun" sangkal Dwi sambil sedikit berteriak dan malah tidak mendapatkan respon dari Fian yang membuatnya menjadi kesal.

"Sebenarnya kita mau apa sampai harus beli baju?" tanya Dwi dengan nada sedikit membentak karena kesal.

"Nanti juga tau sendiri" jawab Fian cuek.

Sesampainya mereka di sebuah mall besar di Jakarta Fian langsung memarkirkan motornya dan langsung berjalan memasuka mall tersebut tanpa menunggu Dwi yang kesulitan membuka helmnya.

"Woi tunggu" teriak Dwi menggelegar tapi masih tidak dipedulikan Fian, dilihat dari langkah kakinya yang bahkan tidak memelan apalagi berhenti.

"Hais" desis Dwi frustasi dan berlari mengejar Fian yang bahkan sudah memasuki pintu mall.

"Hah hah hah" Dwi kehabisan nafas saat mengejar Fian.

"Lambat" komentar Fian pedas pada Dwi yang terengah-engah disampingnya.

"Apaan sih gak jelas amat jadi orang, tiba-tiba baik terus tiba-tiba jahat lagi." omel Dwi saat melihat Fian berjalan menjauh darinya.

"Tunggu" teriak Dwi sambil mengejar Fian.

"Sampai" kata Fian berhenti disalah satu toko ternama.

"Hah hah ak..akhirnya sampai juga" ujar Dwi lega, hal itu membuat Fian tersenyum manis sampai saat Dwi melihatnya Fian langsung mengubah wajah dinginnya lagi.

"Ayok masuk" ajak Dwi yang tiba-tiba bersemangat sambil menarik tangan Fian.

*deg deg deg*

Suara jantung Fian diluar kendalinya, tubuhnya menjadi lemas dan hanya bisa mengikuti Dwi yang menarik tangannya.

"Fian Fian Fiannnnnnnnnn" teriak Dwi menggelegar sambil menepuk-nepuk keras pipi Fian.

"Hah a..apa, au sakit" rintih Fian yang baru tersadar.

"Lo kenapa sih kesambet ya tiba-tiba diam gitu, mana muka lo merah banget lagi bikin khawatir aja" omel Dwi.

"Tuan ini air hangat silahkan diminum dulu" sela seorang penjaga toko yang tadi ikut khawatir akan keadaan Fian yang tiba-tiba seperti kehilangan jiwanya saat memasuki toko.

"Makasih" ujarnya dan meminum air pemberian penjaga toko itu.

"Lo kenapa sih?" tanya Dwi lagi.

"Gak papa" jawab Fian masih dengan meminum air tadi, seperti nya Fian sangat kehausan.

"Hiss"desis Dwi kesal.

"Cepat pilih sekalian pilihin untuk gue" perintah Fian pada Dwi.

"Oke lo yang bayar" jawab Dwi menyetujui dan langsung berlari memilih-milih baju.

"Ini bagus gak?" tanya Dwi memperlihatkan sebuah dress biru sejengkal di atas lutut itu.

"Apa bagusnya baju kurang bahan itu" jawab Fian sambil melotot.

"Cih cantik tau" jawab Dwi tak suka.

"Lama udah ini aja" putus Fian mengambil dress putih panjang dan kemeja putih yang serasi dengan dress Dwi.

"Mbak tolong ambilkan baju yang ini ukuran dia" pinta Fian pada penjaga toko, padahal Dwi sendiri blm mengiyakan. Hal itu sontak membuat Dwi menjadi kesal kembali padahal tadi dia sudah merasa sangat senang saat Fian mengajaknya berbelanja, apa lagi Fian mengajaknya berbelanja di brand toko baju yang disukainya.

Tak lama kemudian

"Mbak ini bajunya" kata penjaga toko itu sambil menyerahkan baju kepada Dwi.

"Oh Iya makasih" ucap Dwi sambil mengambil baju yang di berikan penjaga toko itu.

"Cepet ganti baju" perintah Fian dari belakang Dwi.

"Iya iya" ketus Dwi dan berjalan memasuki ruang ganti.

#12 Menit kemudian#

Tok tok tok

"Woi Wi masih idup kan" teriak Fian sambil menggedor-gedor pintu ruang ganti dwi.

"Apaan sih" Dwi keluar dari ruang ganti dengan muka masamnya.

"Lelet tau gak gue aja yang masuk terakhir udah selesai dari tadi" sewot Fian.

"Namanya juga cewek harusnya lo sabar" kesal Dwi sambil melewati Fian dan berjalan menuju kaca.

"Udah dibayar kan?" lanjut Dwi sambil memandangi pantulan dirinya dikaca.

"Udah ayok" ajak Fian.

"Dasar gak berubah dari dulu" gumang Fian pelan yang masih bisa didengar Dwi samar.

"Apa yang gak berubah dari dulu?" tanya Dwi curiga.

"Ee..eh apa?" tanya balik Fian gelagapan.

"Lo tadi bilang gue gak berubah dari dulu, berarti lo udah kenal gue dari dulu?" Dwi mulai curiga kalau Fian mengenalinya.

"Apaan sih maksud gue tu toko ini dari dulu gak pernah berubah, jangan ke gr-an deh" balas Fian setelah berhasil menenangkan dirinya.

"Ohh" balas Dwi kecewa, dia kira Fian mengenalinya ternyata hanya dia yang mengingat masa lalu mereka.

Dalam perjalanan mereka menuju parkiran tidak ada diantara mereka yang mau membuka suara bahkan untuk sekedar menanyakan pertanyaan ringan, mereka terlarut dengan pikiran mereka sendiri hingga mereka sampai di parkiran.

"Nih pakek" perintah Fian sambil menyodorkan helm pada Dwi dan langsung di ambil Dwi tanpa berkata-kata.

Dalam perjalanan mereka masih saja tak bergeming untuk membuka suara, bahkan Dwi tak mau lagi repot-repot bertanya (mereka mau kemana) kepada Fian yang membuat perjalanan mereka terasa sangat-sangat jauh dan sangat-sangat lama.

Ckitttttt

Setelah menempuh perjalanan selama 2 jam akhirnya sampai juga ketempat tujuan yang dituju. Dwi di buat terpanah melihat pemandangan indah di depan matanya, hal itu tak luput dari perhatian Fian yang diam-diam merasa senang karena Dwi menyukai tempat pilihannya.

Sebenarnya Fian merasa terkejut karena hampir menumbur Dwi pagi tadi, tapi sekarang dia berasa senang karena dapat menghabiskan banyak waktu bersama Dwi.

Bagaimana pun dia sangat-sangat merindukan Dwi yang telah lama pergi tanpa memberi kabar padanya, padahal jaman sekarang sangat mudah bagi kita untuk saling bertukar kabar karena ada media elektronik yang sudah sangat canggih tanpa harus mengirim surat yang sangat lama perjalanan seperti jaman dulu, hal itu yang membuat Fian sangat ingin memberi sedikit pelajaran kepada Dwi dengan cara pura-pura tidak mengenalinya.

"Hahhh" helanan nafas Fian membuat Dwi sejenak mengalihkan pandangannya dari pantai yang indah untuk melirik Fian.

"Hati cowok emang lemah" kata Fian yang membuat Dwi menyerngit heran.

"Apaan sih?" sahut Dwi keheranan.

"Lo gak bakal paham, pokoknya hari ini lo nikmati aja besok belum tentu bisa lagi" (karena mulai besok gue bakal lanjutin kasih pelajaran buat lo Wi) kata Fian dalam hati sambil tersenyum manis, yang membuat Dwi ngeri melihat tingkat Fian yang sangat aneh tapi dia mengabaikan itu dan mulai membuka sepatunya.

"Lo mau ngapain?" tanya Fian heran.

"Kita udah disini gak mungkin kan cuman mau lihatin laut dari pinggiran seperti ini terus?" tanya Dwi heran dengan jalan pikiran Fian buat apa dia mengajak Dwi kepantai kalau hanya mau duduk melihat pantai dari kejauhan saja.

"Terus mau ngapain?" pertanyaan Fian itu makin membuat Dwi heran padahal saat kecil Fian sangat suka bermain tapi kenapa sekarang sangat berbeda.

"Hahh waktu memang bisa mengubah segalanya" kata Dwi sambil menghelan nafas yang membuat Fian melihatnya aneh.

"Ya mau mainlah" jawab Dwi pada akhirnya.

"Hahah kek anak kecil tau gak" tawa Fian pecah.

"Hiss" desis Dwi tak suka dan langsung berlari menuju lantai.

*AARGGHHH*

TBC.....